Senyum Simpul

138 0 0
                                    


Minggu kedua di bulan Januari 2013 menjadi hari paling dinanti Neira. Keputusannya untuk menikah muda di usia 20 tahun, akan segera menjadi kenyataan. Rido, pria yang berhasil menaklukkan hatinya selama enam bulan terakhir, akhirnya mengucapkan kata 'Will U Marry Me?' di akhir tahun 2012.

Segala kebutuhan untuk acara lamaran pun sudah disiapkan sejak awal bulan Febuari 2013. Meskipun acaranya sederhana, namun hari itu adalah sebuah akhir penantian Neira, di tengah kegundahannya dibombardir pertanyaan kapan mengakhiri masa lajangnya.

Rido, sosok pria berkulit sawo matang, dikenalnya dari temannya Indah. Rido dan Indah merupakan teman satu kantor di perusahaan swasta yang bergerak di bidang percetakan.

Di mata Neira, pria pujaan hatinya itu menjelma menjadi pribadi yang dia impikan. Berkharisma, mengayomi, punya mimpi-mimpi indah untuk masa depan, hingga bisa menerima keadaan Neira apa adanya.

Neira adalah wanita karir yang termasuk sukses menjalani profesinya sebagai penulis lepas. Pundi-pundi uang pun bukan menjadi persoalan bagi Neira. Honornya sebagai penulis lepas yang berpengalaman, membuatnya digandrungi banyak relasinya.

Kolom status di aplikasi Blackberry Message (BBM) Neira penuh dengan kata-kata romansa, menggambarkan betapa berbunga-bunga hari-hari Neira di samping Rido.


Sabtu pagi di minggu kedua bulan Febuari 2013, Rido dan keluarga besarnya datang ke rumah Neira

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sabtu pagi di minggu kedua bulan Febuari 2013, Rido dan keluarga besarnya datang ke rumah Neira. Sambutan hangat pun membuka silaturahmi antar dua keluarga ini.

Wajah Neira tak henti dihiasi senyum lebar dan binar mata kebahagiaan. Begitu juga dengan Rido, yang selalu mencuri pandang ke Neira, yang tampak cantik dengan gamis berwarna biru.

'Berasan' yang menjadi makna penyampaian niat untuk melamar anak gadis seseorang, disampaikan kedua orangtua Rido. Tentunya ayah dan ibu Neira menyambutnya dengan tangan terbuka.

Neira, anak perempuan sulung yang cukup mandiri, akhirnya bisa dilepas kedua orangtuanya ke dekapan kekasihnya yang mempunyai masa depan cerah. Ya, itu penilaian pertama orangtuanya, saat melihat rombongan keluarga Rido penuh dengan kesahajaan.

Obrolan panjang pun berakhir keputusan akad nikah akan digelar pada akhir bulan Oktober 2013 dengan tradisi adat Jawa-Palembang. Baik Rido maupun Neira, tampak tersipu malu setelah mendengar jadwal pernikahannya yang sudah disetujui kedua belah pihak.

Bunyi denting jam dinding yang menunjukkan pukul 12.00 WIB, mengakhiri obrolan kedua keluarga ini. Keluarga Rido disuguhi beragam makanan tradisional yang lezat. Mereka pun menyantapnya dengan lahap.

Buah tangan berupa makanan tradisional juga diberikan Neira ke rombongan keluarga Rido. Dengan harapan, itu akan menjadi awal mula dia bergabung menjadi salah satu anggota keluarga kekasihnya.

 Dengan harapan, itu akan menjadi awal mula dia bergabung menjadi salah satu anggota keluarga kekasihnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

April 2013

"Kak, kamu dimana? Kita keluar yuk. Aku bosan di rumah," pesan singkat Neira yang dibaca Koiko, teman semasa mereka bekerja di kantor lamanya.

"Aku di rumah. Yuk keluar, aku sekalian mau ke angkringan. Mau icip-icip menu angkringan baru di Jalan Aman," balas Koiko dengan segera.

Laju kendaraan Neira segera membelah jalan utama di Kota Surabaya. Dengan hati penuh kegundahan, mata Neira tak henti-hentinya berurai air mata. 

Satu jam kemudian, mereka bertemu di simpang lampu merah, dekat angkringan tempat mereka berjanji bersua. Neira yang masih menggunakan busana serba biru, terlihat kurang bergairah dan lebih banyak diam.

Selama duduk dan mengunyah menu yang dihidangkan, Neira masih tetap diam. Hanya sesekali merespon obrolan Koiko. Reaksi datar Neira itu, membuat Koiko penasaran.

'Ada apa sih ni anak, gak biasanya pendiem gini. Biasanya heboh,'' tanya Koiko dalam hatinya.

Namun rasa penasaran Koiko, gak terlalu digubrisnya. Dia gak mau terlalu kepo dengan apa yang dipikirkan Neira. Toh, Neira juga sebentar lagi mau menikah, mungkin ini momen terakhir bisa jalan bareng sama Neira.

Dua jam, Neira penuh dengan kebisuan. Dia hanya tersenyum saat Koiko menggodanya dengan guyonan lucu yang sebenarnya hambar di telinga Neira.

'Yuk balik, udah jam 10 nih' ajak Koiko.

Neira pun hanya mengangguk lesu.

'Kamu nih, kan mau merid bentar lagi. Kok lesu gitu sih,' Koiko berusaha membuyarkan lamunan Neira saat di parkiran motor.

Dan lagi, Neira hanya mengangguk dengan senyum simpul yang tipis. Ah.. rasa penasaran Koiko semakin memuncak. Tapi dia tidak mau merusak pertemuan malam ini dengan Neira, hanya demi memuaskan rasa keingintahuannya saja.

Blind Eyes (Based On True Stories)Where stories live. Discover now