Malaikat Tak Bersayap

618 28 0
                                    

Klik Bintang di sudut kiri buat support cerita ini.. 😘😘😘

Aku kembali setelah sekian lama kehilangan akses terhadap akun ini.

Sebelum beralih pada cerita baru, aku akan melengkapi cerita ini lebih dulu.



Ataxia..

Mungkin nama penyakit itu begitu asing di telinga beberapa orang, namun beberapa orang lain justru sudah pernah mendengar itu sebelumnya. Ataxia adalah gangguan gerakan tubuh yang disebabkan masalah pada otak. Saat terserang ataxia, seseorang sulit menggerakkan tubuh seperti yang diinginkan. Itu lah yang terjadi pada Layla.

Tahun lalu, Layla sudah merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, dia merasa kehilangan kendali terharap tubuh nya dan juga kerap kehilangan keseimbangan. Terkadang ia tak mampu mengontrol langkahnya dalam berjalan, dia sering menabrak sesuatu atau bahkan terjatuh dengan sendirinya.

Itulah mengapa Shawn selalu berkata bahwa ia ceroboh.

Awalnya Layla merasa juga demikian, itu karena kecerobohannya hingga pada titik dimana ketika ia bangun dari tidurnya, dia kehilangan fungsi gerak tubuhnya atau kita biasa menyebutnya kelumpuhan sesaat, barulah Layla memutuskan untuk memeriksanya ke dokter. Dan benar saja, ia di vonis menderita Ataxia.

Saat itu Layla tidak tau harus bagaimana, tidak tau harus berbagi cerita dan kabar buruk itu kepada siapa, Layla tak lagi memiliki orangtua, kedua orangtuanya tewas dalam kecelakan mobil ketika Layla masih kecil, dan Layla kemudian di asuh oleh bibinya.

Namun sayangnya bibinya mengasuh Layla hanya untuk mengambil alih harta yang di tinggalkan oleh orangtua Layla.
Layla yang berusia 8 tahun semestinya hidup dan tumbuh di dalam rumah yang hangat dengan cinta di dalamnya, namun takdir yang kejam merenggut semua itu darinya.

7 tahun Layla hidup bersama bibinya menjadi korban kekerasan di dalam rumah itu. Hingga pada saat usia Layla 15 tahun Layla di tendang keluar dari rumah itu dan kemudian hidup sendiri dengan tangan dan kakinya.

Layla tak ingin memberitahu Jackson yang saat itu sudah 2 tahun menjalin hubungan dengannya, Layla tak ingin membuatnya khawatir dan Layla tak ingin Jackson tau tentang ini bahkan jika suatu hari penyakit ini merenggut nyawanya.

Namun pria baru yang datang dalam hidupnya, mampu membuatnya buka suara. Ahh bukan buka suara dengan sengaja, melainkan pria itu terlalu pintar untuk membuatnya mengaku. Siapa lagi kalau bukan Shawn.

Shawn selalu mendampingi Layla dalam pengobatannya, meski tak bisa selalu disisinya karena Shawn juga memiliki banyak tanggung jawab dari pekerjaannya. Namun, Shawn selalu berusaha untuk selalu ada.

“Makanlah Layla, kau harus makan banyak, aku rindu pipi kembungmu” kata Shawn tersenyum monggoda Layla dengan leluconnya.

“Heii Tuan, kau memiliki selera yang buruk, kau ketinggalan zaman, saat ini semua wanita ingin pipi yang tirus, kau tidak tau?” balas Layla.

Shawn tersenyum mendengarnya bicara, cara bicara Layla pun sekarang sudah berubah, Layla juga kehilangan kontrol terhadap lidahnya membuatnya sedikit cadel atau celat. Mungkin nanti bukan sedikit lagi, mungkin ia tak kan mampu lagi bicara.

Dalam hatinya Shawn merutuki takdir sial ini. Mengapa harus gadis seperti Layla yang Tuhan beri penderitaan.

“Layla, kau baik-baik saja?”

Shawn menatap Layla sendu, dengan nada bicara yang sangat lembut, namun entah mengapa malah membuat Layla menjadi sedih.

“Shawn, kenapa kau menatapku begitu? Aku tidak suka” katanya lirih.

“Jangan memandangku sedemikian menyedihkan, tubuhku mungkin tidak baik-baik saja, tapi di dalam sini, di hatiku, aku baik-baik saja, aku bahagia. Aku mendengar kabar Jackson darimu setiap hari dan paling penting, aku memilikimu. Lantas apa yang membuatku tidak baik-baik saja? Jadi jangan mengasihani ku”.

Yah begitulah Layla, dia adalah gadis yang tangguh, tawa riang dan senyum yang manis adalah ikon yang melekat pada dirinya, ia tak ingin ada mata yang menatapnya kasihan. Karena dia tak merasa semenyedihkan itu.

“Aku tau Layla, aku tidak mengasihanimu, tapi aku tidak bisa bersikap seolah aku baik-baik saja melihatmu seperti ini, bahkan aku merasa aku tak layak tertawa selama kau masih dalam keadaan ini, aku merasa buruk, sebagai orang yang mencintaimu aku tak mampu berbuat banyak”.

Layla meraih wajah Shawn, meski kesulitan menggerakkan tangannya Layla berusaha menyentuh wajah itu, wajah dengan rahang tegas yang menghiasinya.

“Aku baik-baik saja, Shawn”.

“Keadaan ku saat ini, adalah urusan ku dengan Tuhan, kau tidak boleh merutukinya”. Layla tersenyum lembut seraya mengatakan itu.

“Tuhan kejam sekali, Dia memberimu banyak kesulitan”.

Layla membelai pipi Shawn lembut, meraih rambut yang menjuntai di dahi nya dan merapikannya. Membuat sang empunya memejamkan mata menikmati sentuhan kaku yang tak berdaya itu.

“Bukan Tuhan tak tau sedihmu, tapi Tuhan tau kau kuat” kata Layla singkat.

Sialan. Kali ini bukan takdir Tuhan yang di rutuki oleh Shawn, melainkan liquid bening sialan yang jatuh tidak santai dari sudut matanya bahkan saat matanya terpejam.

Sungguh demi Tuhan, Shawn tidak rela malaikat tak bersayap di hadapannya tak di beri Tuhan kesempatan mengenyam bahagia.

Shawn tak mampu menahan gejolak aneh dalam dirinya saat ini, apalagi saat melihat Layla yang sama sekali tak merasa kesal dengan nasib buruknya. Melihat Layla yang sama sekali tak pernah menyalahkan takdir. Melihat Layla yang senantiasa berpihak pada Tuhan yang selalu membuatnya terluka.

Tuhan, aku adalah hamba yang jarang sekali menyerukan nama-Mu, tapi hari ini ku seru kan nama-Mu di hatiku, meminta kebahagiaan, memohon hidup lebih lama untuk gadis yang begitu ku cintai, Dia hamba-Mu yang selalu berpihak pada-Mu.

❤️❤️❤️

Sampai jumpa lagi di part berikutnya❤️




ADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang