Chapter 2 : Pertemuan Kedua

8.9K 1.1K 34
                                    

Chapter 2 : Pertemuan Kedua

Dulu, awal ketemu malu-malu, sekarang ketemu lagi,  pura-pura tidak tau

Sebelum memulai sebuah acara biasanya para kru dan artis akan melakukan dua pertemuan, pertama pertemuan formal untuk membahas seputar konsep dan tujuan acara, serta perkenalan antar tiap tim yang terlibat. Selanjutnya pertemuan kedua akan dilakukan secara santai dengan mengadakan pesta makan-makan sebagai bentuk syukuran serta pesta pengakraban agar para tim bisa bekerja dengan kompak dan penuh kekeluargaan.

Hari ini berselang tiga hari dari Anza resmi menandatangani surat persetujuan kerjasama atas acara varity show tersebut, dia sudah mendapatkan panggilan untuk meeting perdana disalah satu ruang pertemuan pada gedung stasiun televisi terkemuka.

Pertemuan dilakukan dari pukul sembilan pagi sampai dengan selesai dan saat ini ketika waktu sudah menunjukan pukul sembilan kurang lima menit Anza masih terdiam di dalam mobilnya yang terparkir di basement gedung stasiun tivi ini.

Olin sudah cemberut parah, gadis dengan selisih umur tiga tahun lebih muda dari Anza itu sudah mulai mengeluarkan segala bentuk kecerewetannya dengan memarahi Anza yang belum berniat keluar dari dalam mobil, sementara pertemuan akan dimuali sebentar lagi.

"Lo mau mendekam disini seharian? Ayo dong Za! Gue bisa dimarahin Pak Bos kalau lo bertingkah disaat penting kayak gini!" Muka Olin cemberut berat, gadis itu bahkan menarik-marik lengan Anza yang belum berniat menggerakan tubuhnya dari kursi penumpang.

Anza menahan nafasnya yang kian memburu. Dia mendadak dilanda kegugupan akut saat ini. Awalnya Anza memang cukup sombong dengan berpikiran bahwa pertemuannya dan Reval bukanlah masalah yang besar, toh kisah mereka hanya masa lalu. Tapi, seketika Anza ingat bahwa masa lalu mereka berakhir dengan cukup buruk, pertengkaran hebat yang tidak menghasilkan damai sama sekali. Jadi bagaimana mungkin dia bisa bekerja secara profesional dengan pria itu.

"Lin, kalau gue ngebatalin kontrak kira-kira masalahnya bakal runyam nggak?"

Olin langsung melotot, gadis bertubuh mungil itu bahkan tak segan membentak Anza yang sudah terlihat nelangsa di tempat duduknya.

"Lo jangan macem-macem deh, Za! Gue bisa serangan jantung kalau lo bertingkah disaat genting gini! Cukup ya galau lo dua bulan belakangan ini dan menghancurkan hampir setengah jadwal yang gue susun sepenuh hati! Gue nggak akan tolerir kalau lo berani macem-macem sama kontrak ini. Bukan cuma gue yang bakal dibunuh oleh Aries itu, lo juga bakal ditendang dari agensinya! Paham?"

Anza menghela nafas. Sial! Kenapa dia baru memikirkan dampaknya sekarang? Kenapa juga dia sembarangan tanda tangan? Ah tidak! Kenapa dia sombong sekali!

Wanita itu menghela nafasnya, dia mencoba menerapkan pelajaran relaksasi yang diikutinya di kelas yoga. Sedikit manjur ternyata, Anza tak terlalu merasakan gemuruh dalam dadanya. Kini yang harus dia lakukan adalah meyakini diri sendiri. Bahwa semua akan baik-baik saja.

"Ayo kita masuk!" Anza menatap Olin dengan semangat berkobar di matanya.

Gadis itu mengangguk sekilas, tak mengatakan apapun, memilih mengekori langkah jenjang Anza menuju ruang meeting yang telah disepakati.

Beberapa pasang mata sempat menoleh penasaran dan penuh minat pada sosok Anza yang melintas di lobi kantor ini. Anza sendiri memilih untuk mengabaikan mereka. Dia dan Olin bergegas masuk ke dalam lift ketika pintu besi itu terbuka, lift tersebut dengan cepat membawa mereka ke lantai dimana ruang meeting mungkin telah dimulai.

Public StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang