2. Dua bocah gembul

18.3K 776 23
                                    

Dua pasang anak manusia itu saling diam. Al yang masih memperhatikan gerak-gerik gadis yang sedang asik memakan semua cemilan yang seharusnya untuk dirinya.

"Tuan kenal dengan ibunya Qia?" tanyaku menelan kunyahan kacang, mata ku menatap penasaran pada laki-laki dewasa yang memakai kemeja abu-abu itu.
Penampilannya beda dengan tadi pagi, saat aku menyerempet mobilnya.

"Bukan hanya kenal, beliau turut andil dalam merawat saya dulu."

Alis ku terangkat, manatap tidak mengerti pada ucapan yang menurutku berbelit itu. "Qia engga ngerti, bisa di jelaskan maksud nya apa?"

"Saya tak suka dengan perempuan cerewet!" ketus Alaric, menatap tajam tepat pada manik mata beriris coklat milik gadis di depannya.

"Emang siapa yang nyuruh situ buat suka sama Qia? Kan engga ada," dumelku kecil.

"Ada yang kamu katakan?" mata Al tambah memicing tajam.

"Ngga ada," sahut ku cepat.
"Tuan mau nambah minum gak?"

"Saya tidak ingin."

"Lalu tuan maunya apa? Cemilan mau?"

Kepala Al kembali menggeleng. "Saya mau kamu saja."

Aku berdecak kesal. menyebalkan sekali, kenapa jadi aku? Memangnya aku makan dan juga minuman apa. "Kenapa jadi Qia?!" ketusku berdiri dari duduk.
"Qia mau ke kamar sebentar, mau ganti baju soalnya seragam ini buat besok. Kalo tuan mau pulang pintu di sebelah sana," tanganku mangarah pada pintu depan yang masih terbuka lebar.

Ngusir tamu kaya nih orang engga dosakan?

"Saya tunggu kamu 10 menit, kalau kamu tidak kembali dalam 10 menit itu, saya akan memberikan kamu hukuman!"

"Bodo. Pokoknya Qia engga bakal nurut," aku berkacak pinggang tidak terima. Enak saja laki-laki ini memerintah. Di kira aku babunya apa?

"Baiklah jika itu yang kamu mau, saya akan menelfon ibumu dan mengatakan bahwa sebenarnya kedatangan saya ingin meminta uang ganti rugi," al tersenyum miring, tangannya dilipat di depan dada, sombong.

"Kyyyaa... Iya Qia nurut!" teriakku berlari ke kamar.

10 menit kemudian...

"Tepat waktu," guman Al saat melihat Qia sudah berdiri di depannya dengan wajah cemberut.

"Mau kemanasih?" aku berteriak kesal, menatap penuh permusuhan pada laki-laki berbadan tegap di hadapannya.

"Ikut saya!" tegas Al menarik lengan Qiana kasar. Membuat gadis berkaki pendek itu susah mensejajaran langkah kakinya yang lebar.

Sebenarnya pria macam apa yang ada dihadapannya ini?!

*****

Dengan bingung aku berjalan di belakang pria ini. Aku penasaran, di depanku ini rumah milik siapa? Begitu besar bak istana.

Apa di dalamnya terdapat banyak penghuni?

"Jangan terlalu berfikir!"

Aku mengerjab bingung karena Al menarik pinggangku hingga jarak tubuku dengan laki-laki ini nyaris tidak ada batas sama sekali. "Hei! Apa yang tuan lakukan?!" teriakku marah mencoba melepaskan rengkuhan.

"Diamlah!" bentak Al kesal, ocehan cempreng gadis ini membuat gendang telinganya sakit.

"Ini rumah siapa tuan?"

"Jangan panggil saya tuan!" ketus Al, melepas lengannya yang tadi ia gunakan untuk memeluk pinggang lebar gadis gembul di sampingnya.

Manggil apa coba kalo bukan tuan? Kan biasanya orang kaya itu di panggil tuan.

Possessive Widower Tail Two || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang