1. Nasib memang sudah diatur

35.4K 885 68
                                    

Perkenalkan namaku Qiana Zury, aku berumur 18 tahun yang berarti aku duduk di bangku kelas 12 SMA.

Ngomong-ngomong aku ini bukan murid yang pintar juga bukan murid bodoh. Aku berada di zona tengah kedua istilah itu. Di sekolah aku juga biasa-biasa saja. Tidak famous Juga tidak nerd banget. Intinya aku itu selalu berada di zona tengah.

"Ibu Qia berangkat ke sekolah dulu. Assalamualaikum!" teriakku dari atas motor matic.

"Walaikumsalam. Hati-hati di jalan!!"

Merasa sudah mendapat respon dari ibu kandungku yang bernama lengkap Sharletta akupun bergegas menyalakan mesin motor lalu segera melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Di sepanjang perjalanan aku bernyanyi lirik musik yang sedikit aku hafal, sampai saking asiknya aku menabrak... Bukan menabrak lebih tepatnya menyerempet sebuah mobil berwarna hitam yang aku perkirakan itu tidak murah harganya.

Yaiyalah, ngga murah, lagian mana ada mobil yang harganya di bawah satu juta. Kalopun ada itu mobil mainan.

"Siap-siap kena omel ini mah. Ibu maapin Qia yang ceroboh ini!" batinku saat melihat pintu mobil mulai terbuka.

"Tanggung jawab!" sentak sebuah suara dengan kesal.

Astagfirullah. Dari suaranya saja udah serem banget, gimana tampang nih orang. Aku harus gimana?!

Perlahan kepalaku yang tadinya nenunduk ke bawa kini mendongak demi bisa melihat siapa gerangan orang yang telah aku rugikan. Detik berikut nya mata bulatku mengedip beberapa kali saat mengetahui bahwa orang yang tadi membentaknya adalah sosok berwajah tampan dengan brewok tipis yang menutupi rahangnya yang tegas.

"TANGGUNG JAWAB!"

Suara bentakkan itu membuat lamunanku buyar seketika. "Ehk.. Maaf tuan Qia ngga sengaja," cicitku takut dan ngeri.

"Saya ngga butuh maaf kamu. Saya hanya butuh kamu ganti rugi karena mobil saya lecet gara-gara motor butut kamu!"

Gila nih om-om. Wajah sih boleh ganteng tapi ngga ada sopan santunnya sama sekali. Nyesel aku udah puji tadi.

"Qia ngga punya uang sekarang, tapi Qia janji bakalan ganti rugi semuanya."

"Harga tubuh kamu juga ngga bakalan bisa buat ganti rugi mobil saya."

Apa dia bilang?! Mulutnya minta digaplok banget. Tapi takut. Gimana dong?

"Tuan ngga boleh ngomong gitu. Qia sakit hati sama omongan tuan itu."

Gimana ngga takut. Laki-laki di depanku ini memiliki tubuh tinggi dan tegap. Sedangkan aku? Bahkan tinggi badanku saja belum mencapai standar masuk kerja.

Yang ada kalo aku ngelawan bisa langsung di cengkeweng terus buang kelaut.

"Saya tidak peduli!" sentak laki-laki dewasa itu. "Ganti rugi atau masuk penjara!" lanjutnya dengan tatapan tajam yang mengarah padaku.

Hatiku bergetar takut dengan keringat dingin mulai membasahi telapak tanganku. "Tapi om Qia mau sekolah."

"Berikan alamat rumah kamu," pria itu berkata angkuh. 

Mataku kembali memutar gelisah. Kalau aku memberikan alamat rumah, apa laki-laki di depannya akan datang kerumah, lalu menagih uang ganti rugi kepada ibu? Bisa habis di jadiin tempe goreng aku sama ibu. "Tuan Qia mohon, ibu punya penyakit jantung, jangan tagih uang itu ke ibu. Kita bukan dari golongan ekonomi atas."

"Saya tidak peduli! Berikan alamat rumah kamu!" sentaknya geram.

Walaupun tidak rela, akhirnya akupun mengatakan di mana alamat rumahku kepada pria berwajah tampan namun berhati demit itu.

Possessive Widower Tail Two || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang