✖️ judul dan isi tidak singkron.Pintu unitnya tiba-tiba berbunyi, Jinhyuk sempat kaget ketika matanya menangkap jam yang menempel didinding. Pukul dua lebih sebelas menit dini hari, dan Wooseok 'pulang' padanya.
Kaleng bir yang sejak tadi ia genggam terpaksa diletakan di atas meja ruang tengah. Jinhyuk sedang mempersiapkan diri menerima terjangan tubuh kecil Wooseok yang menubruknya tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Bisik si tampan pada daun telinga sang kekasih yang kini mengubur wajah diceruk lehernya.
"Tak memiliki jam Kim Wooseok? Atau tak melihat poselmu terlebih dahulu?" Tanya Jinhyuk lagi namun masih tanpa jawaban.
"Jangan marah-- Wei jangan marah.. a-aku benar-benar tidak tahu jika Seungyoun melakukan improv hingga sedekat itu. A-aku juga kaget-- aku juga ingin marah padanya--"
Jinhyuk menghembuskan napas. Sudah ia duga jika Wooseok pasti terbebani dengan insiden-- tidak benar-benar bisa dikatakan insiden juga sebenarnya, namun apapun itu ia juga sempat terkejut dengan 'kelakuan' temannya. Ah-- mungkin juga Seungyoun balas dendam padanya, mengingat Jinhyuk sempat menggodai Sejin di fanmeeting si mungil tempo hari.
"Tak masalah, kita-- bukankah harus bersikap profesional? Pulanglah, aku akan mengantarmu hari cukup malam. Seungwoo berkata jika esok hari kau dan Yohan memiliki agenda."
Bukan, bukan maksud Jinhyuk mengusir kekasihnya itu. Ia hanya, ingin menikmati waktu dengan dirinya. Mendinginkan kepala yang kapan saja mungkin dapat meledak lantas menyakiti Wooshin-nya. Jinhyuk tak ingin hal tersebut terjadi.
Yang Wooseok lakukan justru mengeratkan pelukannya pada leher Jinhyuk. Menggeleng ribut tanpa bersuara; tanda jika ia tak setuju dengan ucapan prianya.
"Tidak mau. Rumahku juga di sini."
Repot jika sudah begini. Batin Jinhyuk. "Pulang, Lee Wooseok. Managermu mungkin saja tengah panik menyadari aku tak berada di asrama."
Wooseok menarik diri. Menatap manik tajam prianya dengan irisnya yang tertutup selaput air mata. "Kubilang tidak ya tidak!!"
Sudah Jinhyuk bilang bukan, repot jika Wooseok sudah merajuk ditambah dengan air mata sialan yang merupakan kelemahannya. "Baik, tinggal selama semalam. Dan pagi buta aku akan mengantarmu kembali. Sekarang tidur, kau butuh istirahat."
Wooseok mengembungkan pipi dengan mimik wajah dibuat sesedih mungkin. Tolong siapa saja, tahan Jinhyuk untuk tidak berlaku senonoh pada kelasihnya tersebut.
"Wei tidak rindu pada Wooshin?"
Rindu! Rindu sekali rasanya hingga jika bisa Jinhyuk membobol pintu asrama baru si manis kala rindunya tak lagi dapat ia kendalikan.
"Baiklah sayang, apa maumu hm? Tidakkah kau lelah? Kau baru saja selesa--"
"Wooshin Wei! Bukan 'kau' tapi Wooshinie!!"
Astaga--
Jinhyuk berdehem. "Jadi apa yang kekasihku inginkan? Apa yang Wooshinie ingin?"