Berawal dari jariku yang mati arah, ketika membalas chat dari mu. Pertemuan kita memang tak seindah kisah serial drama di televisi itu. Bahkan mata kita belum sempat saling tatap, saling mengobati kerinduan satu sama lain.
Rindu kita hanya saling diobati dengan teks singkat, yang membuat senyum terpancar ketika dering bergetar. Semesta kita memang memiliki langit berbintang yang kita ciptakan sendiri. Dari kejauhan.
Berharap sampai garis putih datang, kita masih duduk disana (tanah lapang dengan rumput hijau), menikmati indahnya bintang, menikmati warna malam. Sambil ditemani lagu kesukaan kita bersama yang mengisahkan, bahwa kau adalah alasanku untuk tetap berdiri disini, meski dinginnya angin malam membuat waktu berhenti, namun untungnya hatiku masih tetap hidup dan merasakan kehadiranmu. Disampingku
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Waktu ; Mengabadikan Senyum, Tawa Dan Luka
Teen FictionSedikit aksara yang mewakili sebuah perasaan. . . . Tak ada yang lebih berharga selain pertemuan. Tak ada yang lebih bahagia selain menggenggammu. Tak ada satupun kata yang mampu mewakili rinduku padamu. Dan tak pernah ada yang menyakitiku seperti m...