Aku dengan perlahan membuka kedua mataku yang terasa sangat berat. Aku melirik ke sekitar dan mendapati atap langit-langit berwarna putih. Ingatan ku kembali seketika membuat kepalaku nyeri tapi bukan hanya kepala tapi juga hatiku. Aku hendak meraba pelipis ku namun tidak sengaja aku menyentuh sebuah kain basah yang berada di keningku.
Ya, aku ingat aku kabur dari rumah Jaebum dan menaiki taksi menuju rumah Jihyo. Dan disinilah aku sekarang, di kamar Jihyo.
Cklek
Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka dan menampakan sosok Jihyo tengah membawa mangkuk bubur dan satu gelas air mineral mendekatiku.
"Jie, lo udah sadar? Syukurlah"
Jihyo pun langsung menyimpan mangkuk dan juga gelas tersebut diatas nakas lalu ia duduk di sampingku.
"Lo kenapa bisa sampai kaya gini sih? Cerita sama gue jangan lo Pendem sendiri. Ada apa?" Tanyanya begitu lirih.
Aku hanya memberi senyum, sejujurnya aku tidak sanggup bercerita apalagi menyebut namanya hatiku benar-benar sakit dan dadaku rasanya sesak. Aku mengambil kain yang ada di kepalaku kemudian menyimpannya di samping.
Aku menarik selimut milik Jihyo dan berbalik memunggungi sahabatku itu. Aku tidak mau membuatnya lebih khawatir lagi, aku lebih memilih memejamkan mataku.
"Hyo, gue mau nginep dirumah lo ya. Kalau siapapun cari gue ke sini bilang aja gue gak disini. Kepala gue pusing, gue mau tidur lagi ya"
Aku mendengar Jihyo menghela nafas. "Iya tapi lo makan dulu terus minum obat baru tidur lagi"
"Nanti gue makan kok"
"Ya udah gue tinggal bentar ya, Jie. Gue mau ke supermarket dulu beli bahan masakan buat nanti siang"
Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Jihyo. Tak lama aku mendengar suara langkah kaki Jihyo dan suara pintu tertutup.
Aku memejamkan mataku berusaha untuk tidur.' Tuhan, aku mohon jangan biarkan aku terbangun dan biarkan mata ini terpejam untuk selamanya '
Jinyoung POV end.
•••••
Jaebum sudah selesai sarapan dan menyimpan sumpit di samping mangkuk nya. Pria itu terus menunduk dan menatap meja makan.
"Kamu harus temuin Jinyoung hari ini juga mama gak mau tau. Kamu itu udah bener-bener ngecewain mama dan bikin malu keluarga kita, Jaebum" omel nyonya Im.
Telinga Jaebum rasanya panas dan hampir terbakar saat ini. Bagaimana tidak sejak awal kedatangannya ke meja makan Jaebum sudah di hujani omelan nyonya Im yang pedas bagai masakannya hari ini. Jujur saja Jaebum sudah tidak tahu lagi harus mencari Jinyoung kemana. Semalam ia sudah mencari Jinyoung ketempat yang Jaebum tahu namun hasilnya nihil pria itu tidak menemukan Jinyoung dimana pun.
Jaebum frustasi, rasa bersalahnya semakin menyeruak ke permukaan hatinya. Sepanjang malam ia terus teringat wajah manis Jinyoung yang menangis terluka. Hatinya sakit bahkan harga dirinya pun terasa seperti diinjak-injak. Jaebum bertekad hari ini akan menemukan Jinyoung dan membawanya pulang.
Bagaimana pun caranya ia tidak peduli sekali pun harus mengacak-acak isi dunia ini.
"Iya ma" cicitnya pelan.
"Kamu tau gak kakak kamu sampai sekarang belum berhenti nangis, sekarang dia gak mau makan gak mau keluar kamar juga. Masih untung keluarga Park cuman mundurin tanggal pernikahan kakak kamu coba kalau di batalin? Mama sama papa kamu malu cuman gara-gara kelakuan bodoh kamu. Kamu gak kasian sama kakak kamu? Kamu gak kasihan sama Jinyoung? Dia sayang sama kamu tulus, kamu malah selingkuhin dia" sembur nyonya Im.