Jaebum duduk terdiam di kursi depan ruang instalasi gawat darurat rumah sakit sendirian. Menunduk, Jaebum terus merutuki dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa Jinyoung saat ini. Sesenggukan, Jaebum menangis mana kala kejadian beberapa jam yang lalu kembali menghantam ingatannya dimana tubuh Jinyoung terpental keras ke arah pembatas jalan lalu bagaimana darah segar keluar dari dalam kepala Jinyoung serta mulut gadis itu membuat hatinya remuk seketika. Tubuhnya rasanya melemas bahkan kakinya seperti tidak menapak pada bumi. Dadanya sesak seperti tertimpa sesuatu dan nafasnya pun tercekat saat melihat Jinyoung terpejam tak berdaya di samping jalanan.
Saat itu yang bisa Jaebum lakukan hanya menggendong tubuh Jinyoung tanpa sedikitpun bersuara lalu membawa tubuh penuh darah itu kedalam mobilnya maka pakaiannya kini pun penuh dengan bercak darah milik Jinyoung yang telah mengering. Membawa Jinyoung segera ke IGD, Jaebum masih menunggu hingga saat ini.
Jaebum menyesal.
Sungguh, sangat-sangat menyesal.
Andai saja dia tidak terbuai kembali oleh gadis asal LA tersebut, semua ini tidak akan terjadi.
Pagi tadi Jaebum berbicara serius dengan Mark di cafe tersebut. Tanpa basa basi pria itu langsung mengatakan bahwa dirinya ingin mengakhiri hubungan 'terlarangnya' dengan Mark. Ia bahkan secara jujur dan blak-blakan sangat mencintai Jinyoung dan mengatakan bahwa dirinya pula di jodohkan dengan gadis bermarga Park tersebut oleh keluarganya. Jaebum berkata bahwa ia tidak bisa melepaskan Jinyoung. Ia baru menyadari kesalahannya dan juga meminta maaf pada Mark karena telah mempermainkan perasaannya selama ini.
Sementara Mark yang mendengar itu terdiam, air mukanya berubah sendu. Air mata perlahan membasahi wajah cantiknya. Dengan seluruh kekuatannya Mark memukuli tubuh tegap Jaebum. Umpatan, caci maki, bahkan permohonan keluar dengan lantang dari dalam mulut Mark pada Jaebum. Sementara Jaebum hanya terdiam dan menerima pukulan dari Mark karena ia memang pantas mendapatkannya. Mencoba menenangkan Mark, Jaebum memeluk tubuh mungil itu dengan paksa. Menggumamkan kata penenang sambil meyakinkan gadis itu bahwa mereka masih bisa berteman baik. Sepertinya refleks, Jaebum menciumi pucuk kepala Mark dan tanpa ia sadari ada sosok Jinyoung yang tengah memperhatikan mereka. Setelah Jaebum sadar akan kehadiran Jinyoung disitulah penyesalan yang ia rasakan semakin besar terlebih saat ini Jinyoung berjuang hidup dan mati di dalam sana.
"Aarrggghhhh"
Mengacak Surai frustasi, kini Jaebum hanya bisa merenungi semuanya. Tanpa bisa mengembalikan waktu yang sudah terbuang Jaebum menangis tersedu-sedu.
Andai saja..
Andai saja..
Dan
Andai saja..
Kini semuanya hanya bisa berandai-andai tanpa bisa di rubah lagi. Takdir dari Tuhan yang rumit membuatnya benar-benar merasakan sakit yang teramat dalam. Jaebum terpukul, terjatuh bahkan merasakan di tusuk berkali-kali oleh belati tepat di bagian jantungnya.
Apakah ini karma dari Tuhan untuknya?
Jika memang iya, Jaebum dengan senang hati akan menerimanya. Sekuat tenaga pun ia akan menghadapi semuanya karena ia adalah seorang lelaki sejati. Meskipun sebenarnya seorang lelaki sejati tidak akan menyakiti wanita yang ia cintai.
Dan yang menyakiti hati wanita yang ia cintai adalah seorang loser, termasuk Jaebum.
"Jaebum, gimana keadaan Jinyoung?"
Mendengar suara yang familiar, Jaebum menghapus air matanya kemudian mendongak menatap dua orang yang kini berada di hadapannya.
"Tante, om--"