5 menit kemudian........
Lia termenung, memandangi tas miliknya, dan mencoba mengingat, seperti ada hal yang belum ia kembalikan.
" oh.... iya, buku matematika milik karma, aku harus segera mengembalikannya"
Setelah susah payah berfikir, akhirnya lia ingat, saat tadi siang, lia meminjam buku matematika milik karma, karena ada beberapa soal yang lia belum fahami. Lia juga meminta karma untuk menjelaskan sedikit, tentunya karma juga dengan senang hati menjelaskannya, mamun dengan cara karma sendiri T_T
Flashback........
"Seperti ini ya.......T_T"
"Hmp...... salah......."
'Bukk....'
"SAKIT KARMA!!....SUDAH BERAPA KALI KAU MEMUKUL KEPALAKU....!!"
Flashback off....
Diingat ingat lia juga kesal dengan perlakuan karma tadi siang T_T.
"Dasar karma sialan......"
Umpat lia.....
Karma memang tidak terlalu pandai dalam setiap pelajaran, tapi dia lebih menyukai mapel matematika.
Next.....😕
Segera saja lia menuruni tangga dan keluar dari mansion besarnya, menuju jalan yang lia dan karma lewati tadi.
"Pasti karma belum jauh...."
Malam begitu dingin saat itu, tapi ditempat keriyuhan kota membuat suasana tidak begitu sunyi, lia terus berlari kecil, ditemani cahaya rembulan yang sedikit remang remang.
'Aaarghh........'
Saat lia tengah asyik berlari kecil, tiba tiba lia dihentikan oleh sebuah suara pekikan seseorang yang sedang kesakitan, suara itu terdengar dari tikungan gang kecil yang berada didepannya.
Refleks saja lia berhenti dengan tegang, maniknya membulat, ditambah bulu kuduk yang mulai berdiri, karena hembusan angin yang lembut, membuat suasana terkesan horror disana, apa lagi jalan yang lia lewati juga jarang orang yang lalulalang.
Perlahan lia mulai menengokkan wajahnya kearah gang sepi tersebut, yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan."Jangan jangan hantu lagi, tapi mada hantu sih, atau suara orang lagi kesakitan, bodo ah, mending aku pergi"
'Aaargh......'
Belum jauh lia melangkah dari tempat itu , sekali lagi suara itu terdengar kembali dan terdengar menggema, karena suara itu, lagi lagi tubuh lia kembali menegang.
" suara itu lagi, tapi kalu tidak dicek, tidak akan tau"
Setelah berkata demikian lia berjalan mendekati gang tersebut dengan perasaan was was, degup jantung nya bekerja agak cepat, keringat dingin mulai bercucuran dibagian pelipis.
Lia juga menengak nengok sekitar dengan waspada kedua tangannya juga memegang kayu yang lumayan besar, untuk berjaga jaga, lia juga sudah mengumpulkan segenap tenaga untuk memukul, jika lia menemukan seseorang yang sedang merampok ibu ibu.Dan kini tempat yang menjadi sumber suara tadi sudah semakin dekat, yang hanya berjarak 5 langkah lagi....
Tap...
.
.
.
Tap...
.
.
.
Tap...
.
.
.
Tap...
.
.
.
Tap...
.
.
.'Duarr......'
Suara tembakan terdengar menggema diseluruh dinding gang, darah segar bermuncratan kemana mana.
Tepat didepan kepala lia sendiri dia menyaksikan pembunuhan yang nyata, lia terlihat kaku, dengan manik membulat, kakinya bergetar ketakutan, detak jantungnya tidak beraturan, keringat dingin bercucuran, tangan yang tadinya menggenggam sebonkkah kayu, kini ia jatuhkan tanpa sadar.
Karena suara yang dibuat lia tadi, membuat sang pembunuh menoleh kearah lia, wajah itu tak begitu jelas, dikarenakan cahaya yang hanya remang remang didalam gang.
Walaupun begitu lia tetap dapat melihat manik sang pembunuh yang berwarna mercury dan surai merah yang beterbangan disapu angin malam.Lia semakin takut tapi kakinya seperti menempel disitu, pasalnya sang oembunuh mulai berjalan mendekati lia, lia semakin takut, air matanya keluar.
Begitu lia sadar bahwa sang pembunuh membawa sebuah pistol, lia terkejut dan menyadarkan dari ketakutannya, lia mulai mundur perlahan dan lebih memilih segera berlari dan meninggalkan tempat itu.
Saking kalang kabutnya lia berlari tak tentu arah, hingga lia tersandung batu dan membuat lututnya terluka."A.......aduh.....s..sakit........."
Ringis lia sambil memegangi lututnya yang terasa sakit dan linu, sedikit darah juga mengalir dari lututnya, lia mencoba berdiri namun dengan tubuh yang agak sempoyongan.
Saat lia ingin beranjak pergi, tiba tiba sebuah tangan melingkar dilehernya, dengan pisau yang siap menebas dan memisahkan kepala dari tubuh.
Lia juga sempat geragaban, jantungnya seperti berhenti berdetak, air mata kembali bercucuran, ditambah sentuhan besi dingin yang semakin menempel dilehernya, hal itu semakin membuat lia takut dan mengabaikkan rasa sakit dilututnya yang semakin terasa linu.
Lia semakin lemas, takut menjalar diseluruh tubuhnya, bayangan yang tidak menyenangkan sudah seperti didepan matanya, karena takut yang menjadi, lia jatuh terduduk lemas. Sang pembunuh yang melihat lia terduduk lemas juga menyusul dengan diletakkannya, pisau didepan perut dan pistol yang bertengadah dibagian pelipis, yang siap menarik tuas dan melubangi kepala sang gadis.
Sang pembunuh mulai mendekat dan sampai didekat daun telinga sang gadis.
"Bungkam mulutmu, atau kau akan seperti yang kau lihat tadi.........
.
.
Lia Tomoharu...."
.
.
.
.
.
.
.
.
.Okay...... tinggalkan jejak....🌟🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma X Psychopath
FanfictionMungkin persahabatan sebagian orang mengatakan hal yang tidak penting , bersifat biasa dan tak ada artinya , bukan bagian dari hidup , tapi sebagian orang mengatakan bahwa persahabatan adalah segalanya , warna dalam hidup dan cinta yang melengkapi...