CHAPTER V

9.6K 1.1K 449
                                    

"Hahahaha!" Suara tawa lantang itu berasal dari Haechan, yang sekarang sedang menatap Mark dengan tatapan meremehkan miliknya. Matanya terpicing, tangannya terlipat dengan angkuh lalu dari sudut matanya dia hanya memberikan lirikan sinis belaka kepada Mark.

"Putus asa, ya?" Begitu kalimat sambutannya kepada Mark untuk yang pertama kalinya.

Mark tak hendak menjawab. Dia hanya berusaha menenangkan diri belaka, mencoba untuk tidak terpancing emosi dengan segala penghinaan yang akan dilontarkan oleh Lee sialan Haechan ini kepada dirinya. Ini demi nasib tugas akhirnya, di mana dia mau tidak mau harus bisa bekerja sama dengan kontrol emosinya sendiri kalau dia benar-benar ingin membujuk Haechan untuk mau gabung dengan kelompoknya.

Tak mendapat jawaban dari Mark, Haechan segera pasang muka angkuh.

"Aku tidak mau." Singkatnya. Dia tidak akan dengan semudah itu mau menerima ajakan dari Mark, Mark itu rivalnya, musuh abadinya yang sampai kapanpun tidak akan sudi untuk ia bantu. Enak sekali.

Mark menatap Haechan dengan makin tajam, matanya terlihat sangat berkilat. Sepertinya dia harus lebih ekstra untuk menahan emosinya sendiri untuk tidak kalap menghadapi Haechan yang terlihat ingin bermain-main dengan kesabaran miliknya.

"Lalu kau ingin gabung dengan kelompok siapa? Pilihan terakhirmu hanyalah membuat kelompok sendiri bersamaku." Ucap Mark dengan nada setengah tenang, meski sebenarnya dia ingin berucap dengan agak menggebu, karena demi apapun nyatanya dia memang sudah merasa agak putus asa dari sejak tadi siang di saat perdebatan singkatnya dengan si Kang Mina itu terjadi.

"Lalu? Peduli apa kau soal diriku?" Haechan mengangkat tangannya, menatap Mark dengan satu alis terangkat.

"Apa kau ingin tak naik kelas karena hal ini?" Sela Mark dengan cepat kala dilihatnya Haechan hendak bersuara lagi.

Mark menarik bahu milik Haechan.

"Buat kelompok denganku, Lee Haechan, di sini nasib kita sangatlah sama persis, jadi jangan banyak berpikir, kau harus membuat kelompok denganku jika ingin naik kelas." Dingin. Mark berucap dengan nada yang teramat dingin.

Haechan mendengus cukup keras. Menjauhkan tangan milik Mark dari bahunya dengan kasar. Matanya bersitatap dengan Mark, memberinya sorot serius juga tajam, tanda jika dirinya tidak merasa terindimidasi sama sekali dengan kalimat dingin yang diucapkan oleh Mark kepadanya tadi.

"Mark, maaf aku bukan kau. Tak peduli akan seburuk apa nilai raporku di akhir semester nanti, hal itu tidak akan berpengaruh sama sekali dengan masa depanku selama berada di sekolah ini. Aku punya uang juga ibu yang memiliki banyak koneksi di mana-mana. Kita berbeda. Jadi, tahu apa kau soal nasibku di akhir semester nanti." Haechan menampar Mark tepat di depan muka pria itu dengan menggunakan kalimat penghinaan miliknya.

Sorot matanya jelas juga memancarkan aura meremehkan. Dagunya terangkat tinggi, dan bibirnya menyunggingkan senyuman miring yang begitu culas.

Mark terdiam sesaat di tempatnya. Ucapan dari Haechan terasa begitu menghina harga dirinya. Ia bagai diludahi habis oleh anak itu.

Akhirnya menghela napas. Mark balas menatap sorot angkuh juga muka merendahkan itu dengan dagu yang sama terangkat dan bibir yang menyunggingkan seringai tipis.

Sekarang sudah selesai sampai di sini saja. Mark memutuskan untuk berhenti memermalukan diri sendiri, apalagi sampai terus meremukkan harga dirinya di hadapan bocah belagu dengan sikap congkaknya yang luar biasa itu.

"Aku lupa aku sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Si otak kerdil yang hanya mampu mengandalkan duit dari orangtuanya untuk bertahan hidup." Mark memundurkan kakinya, menjauhkan diri dari Haechan dengan mata yang tak pernah lepas dari orangnya.

SEIZURE [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang