Bab 1 :: Bad Day

91 9 7
                                    

Sinar matahari pagi menembus celah-celah kaca jendela yang menyilaukan mata. Claretta mengerang karena sinar itu mengganggu tidurnya. Sesekali ia menggeliat dan menarik selimutnya sampai menutupi kepala.

Wanita paruh baya itu sibuk membereskan barang-barang di sekitar tempat tidurnya. Dan ia juga menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Claretta.

"Non, ayo bangun! Udah siang loh, anak perawan 'ndak pantes bangun siang-siang." Kata wanita paruh baya itu sambil berusaha menarik selimut Claretta.

Claretta memegang kuat bagian dalam selimutnya sebagai bentuk pertahanan dirinya, "lima menit lagi ya, Bi" katanya dengan suara parau khas bangun tidur.

Wanita paruh baya itu tidak menyerah sama sekali, ia tetap besi keras menarik selimut gadis itu.

"Ndak bisa, non. Dari tadi non bilangnya lima menit mulu. Sekarang udah lewat sepuluh menit"

"Aahh, Bibi mah. Kan ini hari libur. Biarin aku tidur sampe siang dong, Bi" kata Claretta memohon

"Ndak bisa, non. Nanti kalo non dimarahin sama bapak, nanti Bibi juga kena"

"Ck.. iya deh ini bangun" akhirnya ia menyerah. Ia merenggangkan badannya terlebih dahulu, lalu bergegas menuju kamar mandi.

Setelah mandi, Claretta menatap dirinya di cermin. Ia menyisir rambut sebahunya dan tak lupa ia memoleskan pelembab pada kulit wajahnya serta lipbalm di bibirnya. Dirasa sudah cukup, Claretta pergi ke ruang makan karena panggilan dari Bi Iyem, asisten rumah tangganya untuk sarapan.

"Bi, ini pada kemana? Kok rumah sepi banget?" tanyanya sambil menyuapkan sesendok nasi goreng

"Oh iya, Non.. Tadi Bapak pesen sama Bibi, katanya Bapak ada kerjaan mendadak di Solo mau ketemu client terus Ibu juga diajak Bapak kesana buat nemenin Bapak, Non."

Claretta mengangguk seraya menyantap makanannya kembali. Walaupun ia terlihat biasa saja, namun dilubuk hatinya yang paling dalam ia merasa kecewa dan sedih. Kenapa setiap hari libur tiba, selalu saja ada yang menghalanginya untuk berkumpul bersama keluarga. Contohnya, seperti saat ini tiba-tiba orang tuanya pergi dadakkan ke luar kota.

"Hmmm, Bi kalo kak Vania sama Galen kemana?" tanyanya sambil terus menyantap makanannya

"Non Vania tadi pergi ke rumah temennya mau ngerjain proyek apa gitu Bibi lupa, Non. Katanya sih, mau sekalian nginep juga disana"

"Kalo den Galen tadi dia keluar, Bibi ndak tau mau kemana. Soalnya gak bilang sama Bibi, Non."

Claretta menghela napas panjang dan bahunya merosot tanda bahwa ia sedang sedih dan kecewa. Kenapa sih, setiap weekend kayak gini? Padahalkan dalam seminggu hari libur cuma dua hari, tapi kenapa pada sibuk semua? Minggu-minggu lalu juga gitu. Batinnya

Setelah selesai sarapan, ia bingung harus melakukan aktivitas apa. Karena sekarang moodnya benar-benar sedang hancur. Ia ingin pergi keluar, tapi kemana?

Tak lama kemudian ponselnya bergetar tanda bahwa ada pesan masuk. Ia pun langsung membukanya.

Ternyata pesan tersebut dari Natalia, teman sebangku Claretta. Isi pesannya, Natalia mengajak Claretta untuk menemaninya ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di daerah Jakarta. Karena Claretta merasa bosan di rumah, akhirnya ia menyetujui ajakkan Natalia. Mereka bertemu disana.

💎💎💎

Terlihat dari kejauhan, Natalia sedang memainkan ponselnya sambil menunggu Claretta di dekat pintu masuk mall. Setelah berpesan pada Pak Mulyo, supir keluarga Claretta untuk tidak usah menjemputnya. Karena Natalia mengajaknya pulang bersama dengannya.

Claretta EmperatrizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang