Saat ini aku sedang berjalan berkeliling melihat-lihat tiap rak di Toko buku, mencari buku yang ingin aku beli. Sudah lebih dari satu jam aku berlalu lalang, tapi belum juga menemukan apa yang aku cari. Aku menghela napas, melihat ponsel ku yang mati kehabisan baterai.
"Huft.. Mati. Kakak mencari ku tidak yah.." Aku bergumam sendiri sambil melihat-lihat.
Akhirnya setelah sekian lama, aku menemukan buku yang aku cari.
Aku bergegas, berjalan menuju kasir untuk membayar, untung antrian kasir ini tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah malam pikirku. Aku melihat kearah luar jendela ternyata hari benar-benar sudah gelap. Dan aku benar-benar terkejut saat melihat jam besar yang ada di Toko Buku ini hampir jam 9 malam. Celaka.. Kakak pasti mencari ku, dan aku buru-buru keluar setelah membayar.Sial, tidak ada taxi yang lewat. Angkutan umum pun sudah berlalu jam nya. Ingin memesan jasa transportasi online pun tidak bisa, sebab ponsel ku mati. Jadi aku memutuskan untuk terus melangkah sepanjang trotoar jalan. Setidaknya sampai ada taxi lewat pikirku.
Tiba-tiba ada mobil sedan hitam berhenti tepat disamping ku. Seoarang pria seumuran kak Damie turun dan tiba-tiba menarik tanganku, memaksa ku untuk masuk ke dalam mobil.
"Ih apa-apaan ini! Om mau culik saya ya, lepasin atau saya teriak." Begitulah aku mencoba mengancamnya. Dia mendorong ku hingga tubuh ku terpojok bersandar pada mobil.
"Silahkan jika ada orang yang mau menolong mu disini. Dan satu hal lagi...." Pria itu memajukan wajahnya, dalam jarak sedekat ini aku bisa dengan jelas melihat wajahnya.
Cukup tampan, hidung yang mancung, dan tatapan mata hazel itu.. Sejenak aku tertegun menantapnya tanpa berkedip.
"Jangan.. Panggil.. Saya. OM!!" Ujarnya penuh penekanan, setelah itu ia membuka pintu dan mendorongku masuk.
"Kalau sampai om macam-macam kakak ku yang akan berurusan denganmu. Kau tidak tau aku ini siapa hah!!" Ucapku dengan berteriak diakhir kalimat. Tapi Dia sama sekali tidak menanggapi ku..
Ya Tuhan, mau dibawa kemana aku. Kakak aku takut, dan sekarang aku hanya bisa menangis meraung-raung minta diturunkan.
***
Sepanjang jalan, Ashlyn tidak berhentinya menangis dan terus berteriak minta diturunkan. Membuat Alfareza jengah.
"Bisa diam tidak. Berisik sekali." Ucap Alfareza dingin.
"Bagaimana aku tidak menangis. Saat ini aku tidak tau mau dibawa kemana, oleh om-om yang tidak tau berasa dari mana.." Ucapnya seketika berhenti dan matanya melotot ke arah Alfareza. "Kau!!!" Tunjuknya. "Jangan-jangan kau ini sindikat pernjualan anak dibawah umur? Iya kan, mengaku kau, sekarang turunkan aku cepat!! Huaaa... Kakak Ashy mau dijual sama om-om kakak.." Ashlyn terus saja merancau sambil memukul-mukul Alfareza.
Seketika Alfareza menginjak rem mendadak yang membuat kening Ashlyn terantuk dashboard.
"Aw!! Sakit tau!" Ucap Ashlyn berteriak dan menunjuk kearah keningnya yang memerah.
Alfareza memajukan badannya, membuat Ashlyn beringsut mundur.
"Ma..ma..mau apa kau! Stop atau aku akan keluar dari sini dan berteriak." Ucap Ashlyn dengan rasa takut setengah mati.
Alfareza tersenyum miring, ia tidak menghiraukan ucapan Ashlyn. Dan saat Ashlyn mencoba mendorongnya ia justru mengunci rapat tangan Ashlyn dengan satu tangannya, satunya lagi ia gunakan untuk mencengkeram rahang Ashlyn.
Saat ini Ashlyn hanya bisa menangis, tenaganya sama sekali tidak sebanding, dia benar-benar terpojokan saat ini. Dan saat Alfareza memajukan wajahnya Ashlyn hanya bisa memejamkan mata dengan perasaan takut dihatinya.
Alfareza tersenyum saat melihat gadis itu menutup mata dan tidak bisa berkutik.
'Cantik..' Ucapnya dalam hati.
Cukup lama dan Ashlyn tidak merasakan apapun, dan ketika mencoba membuka mata ia justru tertegun dengan yang dia lihat. Yah.. Mata hazel itu, mata yang sejak awal membuat Ashlyn selalu diam dan bisa berkutik seakan mata itu menghipnotisnya. Cukup lama mereka saling pandang, sampai Alfareza melepaskan tubuh Ashlyn membuat Ashlyn tersentak sedikit kebelakang.
"Kau tau.. Jakarta itu kota yang keras. Jika kau ingin turun, silahkan saja.." Ucap Alfareza yang memandang kearah jalanan didepan. Ashlyn mengikuti arah pandang Alfareza, ia bisa melihat disana banyak sekumpulan manusia dengan tubuh bertato dan banyak botol minuman disekitarnya.
"Silahkan kau turun.. Dan aku tidak akan menjamin besok kakak mu akan melihat mu dengan keadaan utuh." Kini Alfareza melihat kearah Ashlyn yang sedang menatap para preman jalanan didepan sana. Ada air mata dipipi Ashlyn.
"Kenapa diam? Kau bilang ingin turun kan. Silahkan." Ucap Alfareza lagi, kini Ashlyn menatap Alfareza dengan mata sembabnya dan menggeleng pelan. Membuat Alfareza terkekeh
"Ck, bocah seperti mu memang merepotkan." Ucap Alfareza kemudian kembali melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota dengan gemerlap kelip lampu dimalam hari.
Hanya ada kebisuan dimobil yang mereka tumpangi berdua, sesekali Ashlyn melirik Alfareza yang sangat fokus menyetir. Hingga Ashlyn menyadari satu hal, jalanan yang mereka lewati saat ini adalah jalan menuju rumahnya. Hanya beberapa meter lagi ia sampai di rumahnya. Dan benar saja, mobil itu berhenti didepan gerbang dan memasuki pelataran rumah saat pintu gerbang terbuka otomatis.
Ashlyn melihat Damien kakaknya sedang berdiri didepan pintu, dengan wajah cemas menunggu kedatangannya. Ketika mobil berhenti, Ashlyn langsung membuka pintu dan keluar berlari memeluk Damien.
"Kakak.. Hiks.. Hikss.." Ashlyn menangis dipelukam Damien. Alfareza turun dari mobil, seketika Damien memberi tatapan tanya, Alfareza hanya mengedikkan bahu acuh.
"Sudah.. Sayang.. Sekarang kakak ada disini kamu baik-baik saja kan? Maaf kakak ada meeting yang tidak bisa diwakilkan orang lain. Kakak lupa.. Tapi kakak sudah meminta tolong pada teman kakak ini tapi sepertinya ia juga lupa." Ucap Damien menatap sinis Alfareza. Yang ditatap diam saja dengan wajah datarnya.
Kini Ashlyn paham, ia melihat kearah Alfareza dan menyadari bahwa dialah pria yang ingin dijodohkan oleh Damien untuk dirinya.
"Bisakah aku pulang. Sungguh lebih baik aku tidur untuk memulihkan badan daripada harus menonton drama keluarga kalian." Ucap Alfareza dingin.
Damien hanya menghela napas, dan Ashlyn menatap sinis kearah Alfareza.
"Silahkan saja! Lagipula siapa yang membutuhkan mu disini." Ucap Ashlyn ketus."Ash.." Damien mencoba memperingatkan Ashlyn. "Yah sudah, ini juga sudah malam kita semua harus istirahat. Sekali lagi thanks bro udah bawa pulang Ashlyn dengan selamat, utuh tanpa lecet sedikitpun." Damien berucap tulus.
Alfareza hanya mengangguk, lalu berbalik menuju mobilnya, saat ia membuka pintu ia sempat melirik kearah Ashlyn dan mendapati Ash sedang menatap kearahnya. Tanpa sadar ada lengkung dibibir Alfareza meski samar.
Ashlyn menatap mobil yang melaju keluar dari pelataran rumahnya, entah kenapa ada perasaan aneh dalam dirinya ketika ia melihat Alfareza.
"Sweetheart ayo masuk, sudah malam kamu pasti lelah." Ucap Damien menyadarkan Ashlyn dari lamunanya.
Ashlyn mengangguk lalu berjalan mengikuti Damien memasuki rumah dan menutup pintu.****
Ay.. Ay.. Kawan-kawan ku. Para readers kesayanganku.. Eaaa😂 kali ini kayanya part paling panjang yang aku ketik deh wkwkwk. Semoga kalian menikmati ya, maafin juga kalau aku jarang up😂pokoknya jangan lupa ya tinggalkan jejak, vote and comment kalian bikin aku semangat gitu hehe😘#sorrytypo
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. CEO
RomansaSejak awal mereka memang tidak saling mencintai. Apalagi gadis bernama Ashlyn Zeelina yang sangat membenci -Alfareza Montelibano- pria yang akan menikahinya yang merupakan sahabat dekat Damien Nevic -kakak Ashlyn. Dimata Ashlyn -Alfareza itu pria...