Pulang bareng?

106K 3K 84
                                    

Happy reading








"Dewa, kamu anterin Adira, ya?" pinta Damia ketika mereka berempat tiba di parkiran. Sadewa langsung mengerutkan keningnya.

"Kenapa harus aku, Ma?" protes Sadewa kepada Damia.

"Ya memang harus kamu, putraku." jawab Damia penuh penekanan.

"Tidak mau. Lagian bocah ini ada Mamanya. Kenapa harus aku yang repot?" sahut Sadewa sambil menatap sinis ke arah Adira.

"Siapa juga yang mau dianterin sama pria tua seperti kamu!" timpal Adira dengan nada kesalnya.

"Aku bawa mobil sendiri, Kak. Biar Adira pulang bareng aku," kata Ameera menengahi.

"Tapi..." Damia hendak mengelak, tetapi Sadewa langsung masuk ke dalam mobil begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu. Sungguh tidak punya sopan santun.

"Kami pulang dulu, ya. Maafin kelakuan putraku. Mungkin dia kelamaan tinggal di L.A makanya sopan santunnya hilang entah kemana," kata Damia.

"Iya, tidak apa-apa." balas Ameera lembut. Adira hanya mencebikkan bibirnya kesal.

"Sampai ketemu nanti ya, Adira." pamit Damia ramah. Adira pun memaksakan dirinya untuk tersenyum ramah.

Damia pulang bersama dengan Sadewa. Sedangkan Adira tentu saja ikut pulang bersama dengan Ameera.
Sepanjang perjalanan, Adira terus saja mengumpat tentang Sadewa.

"Mami kenal dimana sih pria tua menyebalkan begitu?" sungut Adira yang masih kesal.

"Menyebalkan tapi ganteng, kan?" goda Ameera sambil menyetir.

"Ganteng sih tapi..." Adira menggantung kata-katanya.

"Tapi kenapa, sayang?" tanya Ameera penasaran.

"Pokoknya aku gak mau ketemu dia lagi. Jangan sampai ketemu! Pokoknya gak mau! Orangnya nyebelin!"

Adira benar-benar kesal dengan Sadewa pasalnya pria itu tidak memberikan kesan yang baik dipertemuan mereka kali ini. Ameera hanya tertawa mendengar keluh-kesah dari putri bungsunya itu.

"Gimana kalo dia jodoh kamu?" tanya Ameera menggoda putrinya itu.

"Jodoh? Bagus sih bisa memperbaiki keturunan. Kalo dianya cinta sama aku ya gapapa, tapi kalo dia masih nyebelin gitu, ih amit-amit deh!" cerca  Adira.

🏵

Sesampainya di rumah, Sadewa langsung mengomel kepada Damia. Biasanya Sadewa lebih banyak diam, tetapi sekarang entah kenapa Sadewa begitu mempermasalahkan pertemuannya dengan Adira.

"Maksud Mama apa ngenalin aku sama bocah ingusan begitu?" gusar Sadewa sambil melonggarkan dasi yang terasa begitu mencekiknya.

"Husss... Gak boleh gitu, Dewa. Dia itu calon tunanganmu!" sahut Damia to the point.

Sadewa langsung membulatkan matanya ketika mendengar bahwa Adira itu calon tunangannya keluar dari mulut Damia. Yang benar saja, masa Sadewa dijodohkan dengan bocah yang belum lulus sekolah.

"CALON TUNANGAN??" Suara Sadewa begitu menggelegar memenuhi seluruh isi rumah.

"Mama sadar betul kan dengan apa yang baru saja Mama ucapkan?" tanya Sadewa ragu. Tentu saja Damia mengangguk mantap.

"Bukankah Mama sudah bilang sejak dulu kalau putrinya Ameera itu calon kamu? Mama gak pernah bercanda, Dewa." terang Damia.

Sadewa mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Damia. Bagaimana mungkin kelak ia bisa menikah dengan bocah ingusan itu? Apa yang akan ada dipikiran para rekan bisnisnya jika mereka mengetahui hal itu? Tentu saja Sadewa akan dicap sebagai pedofil.

My Man {Complete}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang