Selamat menikmani kisah Adira bersama Sadewa💞
Setelah mengirim pesan kepada Friska, Adira terus menemani Sadewa minum. Pria itu tidak mengajaknya bicara lagi dan hanya menikmati minumannya. Adira mulai merasa bosan. Ia memberanikan diri untuk mengajak bicara Sadewa.
"Aku bosan. Aku ke lantai dansa, ya?" Adira meminta izin terlebih dulu kepada Sadewa.
Pria itu menatap Adira kemudian mengangguk. Adira bersorak senang dalam hatinya. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju lantai dansa. Tetapi, Sadewa justru mengikutinya. Adira ingin sekali mengumpat, tetapi ia teringat dengan ancaman Sadewa yang mungkin bisa membuat dunianya hancur berkeping-keping.
Adira menggoyangkan tubuhnya di depan Sadewa yang terlihat berdiri dengan tenang sambil menatapnya. Sadewa menarik tubuh mungil Adira hingga kepala Adira menabrak dada bidang Sadewa. Ia melakukan hal itu karena melihata ada pria yang hendak mendekati Adira.
"Lanjutkan!" kata Sadewa penuh penekanan.
Adira meneguk ludahnya sambil menatap Sadewa. Bagaimana ia bisa bergerak nyaman jika sekarang Sadewa memeluk pinggangnya? Sungguh Adira merasa gugup saat ini karena ini pertama kalinya ada pria yang menyentuhnya seintim ini, terlebih lagi pria itu adalah Sadewa.
Mata Sadewa memandang wajah Adira. Meskipun memakai riasan, Adira masih terlihat begitu muda. Atau mungkin Sadewa saja yang terlalu tua untuk gadis seumuran Adira? Entahlah.
Tatapan Sadewa turun ke hidung mancung Adira kemudian ke bibir tipis Adira yang dipoles dengan lipstik berwarna merah. Sadewa masih ingat dengan jelas wajah polos Adira tanpa riasan waktu mereka pertama kali bertemu. Tidak banyak berubah, hanya saja warna lipstik yang dipakai oleh Adira menambah kesan seksi yang ia tampilkan.
Sadewa mendekatkan wajahnya ke wajah Adira. Mata Adira bergerak gelisah ketika menyadari wajah Sadewa yang semakin dekat dengannya. Adira mengikuti nalurinya untuk menutup mata. Adira merasakan deru nafas yang memburu menerpa wajahnya kemudian sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya. Adira langsung membuka matanya dan mendapati Sadewa mencium bibirnya.
Tolong garis bawahi, mencium bibir. Adira kaget bukan main. Ini pertama kalinya ia berciuman di bibir dengan pria. Bibir mereka saling menempel. Ralat, tidak hanya menempel. Adira bahkan merasakan bahwa Sadewa mulai melumat-lumat bibirnya.
"Eungh..."
Terkutuklah mulut Adira yang tak bisa menahan desahannya ketika Sadewa menghisap kuat bibirnya. Ketika Adira membuka mulutnya, Sadewa memasukkan lidahnya. Terlihat jelas dalam permainan ini Sadewa yang begitu dominan. Adira lebih pasif karena ia memang polos dalam hal berciuman. Tetapi, Sadewa juga bukan seorang pro. Pasalnya, Sadewa tidak mencium sembarang wanita. Ia pun juga sudah sangat lama tidak menyentuh atau bahkan berdekatan dengan lawan jenis.
Adira memukul-mukul dada bidang Sadewa karena merasa hampir kehabisan nafas. Sadewa pun mengerti dan melepaskan tautannya. Sadewa menempelkan dahinya di dahi Adira dan mulai mengatur nafasnya yang memburu. Pipi Adira memerah seperti tomat karena keintiman yang diberikan oleh Sadewa. Mata keduanya saling beradu tatap. Entah mengapa Sadewa merasakan ingin menyentuh Adira lagi dan lagi.
"Saya antar pulang."
Sadewa menyudahi acara tatap-tatapan itu secara sepihak sebelum hal seperti sebelumnya terjadi lagi. Sadewa langsung menarik tangan Adira meninggalkan club malam tersebut. Adira pun merasa dongkol ketika Sadewa kembali memperlakukannya dengan dingin padahal Sadewa telah merebut ciuman pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man {Complete}
Roman d'amourAdira selalu tunduk dengan segala yang telah di atur oleh orang tuanya. Sadewa menyerahkan masa depannya untuk diatur oleh orang tuanya. Keduanya dipertemukan kemudian terikat pada sebuah pertunangan. Sanggupkah Sadewa (37) bertahan pada Adira (17)...