08 Hancur

2.1K 162 39
                                    

Masih dalam ruangan yang sama dua pria dengan outfit bertemakan chappuchino tengah saling tatap, entah apa yang akan mereka bicarakan namun sejak awal semua ini dimulai saat Dazai menemukan foto istrinya di dalam dompet Ango

"Hei... jangan perlakukan aku seolah aku ini buronanmu!" Pinta Ango

Dazai hanya menyipitkan mata sambil beberapa kali mengusap dagu, sebuah seringai jahil muncul di wajah pria tampan yang secara tidak langsung membuat bulu kuduk Ango berdiri

"Ne... kau masih menaruh hati pada istriku ya?"

Bagai tersambar petir di siang bolong, Ango sempat harus menahan nafas sepersekian detik berkat pertanyaan random Dazai. Air mukanya bertambah masam dan kini Ango sudah tidak meluruskan pandangannya pada Dazai, sebal? Jelas sekali

"Jika saja aku tak kehilangan kontaknya pasti saat ini ia sudah menyandang nama keluargaku, jika saja saat itu dia menerimaku saat ini ia pasti sudah mengenakan cincin pemberianku, jika... jika saja"

Ango mengepalkan tangannya erat, bisa jadi kulit telapak tangannnya terluka jika ia terus melakukannya tanpa sadar

"Ma~ma... kalaupun aku jadi dia aku jelas tidak akan memilihmu"

Secara impulsif kepala Ango terangkat, menunjukan ekspresi bertanya tanya disertai sedikit amarah yang mungkin dapat menyebabkan perkelahian berkat pernyataan Dazai

"Bayangkan saja bagaimana rasanya memiliki suami yang bisa kau baca pikirannya! Tidak ada yg bisa kau sembunyikan, tidak ada hadiah kejutan, tidak ada yg tidak dia ketahui darimu"

Ango membuka mulut namun mengurungkan niatnya untuk berbicara, apa yang dikatakan Dazai benar benar tidak bisa ia sangkal, ia akui sejak awal dia memang mencintai (Y/N) namun apa daya wanita itu tidak pernah memberikan sedikitpun celah agar Ango dapat maju lebih jauh lagi

Derit kursi dan lantai membuyarkan lamunan pria berkacamata bulat itu, dilihatnya trech coat Dazai yang bergerak menjauh bersama sang empunya ke arah pintu keluar

"Hm... ini hanya saranku"

Seluruh atensi Ango sepenuhnya berada pada Dazai yang tengah menatapnya dari jarak yang tdak terlalu jauh itu

"Segeralah move on sebelum hatimu hancur lebih dari ini! Jaa~ makan siang nanti biar Tanizaki yang menemanimu".

***

Surai (Y/HC) milik wanita bermarga Dazai itu sedikit bergerak naik turun kala sang empunya hampir berkali kali kehilangan kendali atas dirinya. Ya... terlalu banyak pikiran membuat (Y/N) sulit tidur, terlebih akhir akhir ini ia masih bersikukuh untuk mencaritahu keberadaan Fitzgerald

Digerakannlah kepala ke kanan dan kiri guna menghilangkan sedikit kantuk yang hampir menguasai, kali ini Agensi begitu tenang karena memang tidak ada kasus merepotkan yang harus segera diselesaikan, mungkin secangkir kopi hitam dapat mengatasi kantuknya. Tapi apa daya (Y/N) sudah berjanji pada Dazai untuk tidak mengkonsumsi kafein untuk satu hari ini

PUK

Sebuah beban berat tiba tiba menindih bahu kanan (Y/N), dari pantulan layar laptop dapat ia pastikan itu ulah suaminya. Wanita itu hanya diam, tidak ingin menyumbang sedikit kegaduhan di Agensi yang tenang saat ini, bahkan ketika satu tangan Dazai bermain di balik baju (Y/N) wanita itu mengabaikannya dan memilih untuk terus mengetik laporan

Seolah mendapat tantangan, Dazai melanjutkan aksinya. Kali ini tangannya berusaha mengusap punggung istrinya dan bermain dengan sebuah pengait di balik kemeja istrinya

"Dame!! Hhhhh... berhentilah disitu atau malam ini kau tidak akan dapat jatah makan!"

Ancaman (Y/N) sukses menggagalkan aksi nakal Dazai, kali ini sang manusia perban berusaha memutar kursi sang wanita dan membuat garis pandang kedua insan itu sejajar dalam jarak yang amat dekat meski pada dasarnya ia harus sedikit membungkuk demi aksi nakalnya

My Precious DazaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang