1

553 40 10
                                    

.
.
.
.
.
.


Bruk

Tubuh ringkihnya jatuh terembab menabrak jalanan yang kasar dan dingin. Karma mendesis, netra semerah darahnya berkilat penuh kekesalan.

Jika saja dia tidak menerima pemberiaan orang asing itu maka mungkin hidupnya akan tetap tenang. Duduk di depan perapian dengan secangkir darah di tangan.

Karma mengacak-acak surainya dengan kasar. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa menit yang lalu.



-


Pria itu memincing menatap kakek tua di depannya. Matanya beralih menatap sebungkus darah yang berada digenggamannya.

"Ini benar darah hewan?"

Kakek tua itu tersenyum lemah, "Apa aku masih bisa berfikir untuk menipu diusia menjelang kematian?"

Karma mangut-mangut. Setengah otaknya setuju bahwa tidak mungkin kakek tuaㅡ yang mungkin mau meninggal ini menipunya, tapi tetap saja setengah otaknya mengingatkan untuk was-was.

Meskipun otaknya tidak setuju tidak dapat dipungkiri bahwa Karma memang butuh darah saat ini. Wajahnya kian memucat, taringnya keluar tanpa bisa dikontrol.

Dengan ragu-ragu Karma membuka bungkus darah itu dan perlahan mengarahkan ke mulutnya.

Dor

Kantung darah itu pecah sebelum setetes darah masuk ke mulut Karma. Dia berdecak kesal dan menatap ke sumber tembakan.

"KAU GILA YA? BAGAIMANA JIKA PELURU ITU MENGENAI KAKEK TUA INI?"

Sang penembak berjalan mendekat. Setiap langkah kakinya membawa suara yang membuat Karma begidik ngeri. Langkah kaki itu terdengar seperti malaikat maut yang mendekat bukan manusia atau mahluk lainnya.

Yang semula hanya ada bayangan hitam kini parasnya mulai terlihat oleh cahaya remang-remang.

Tubuh tinggi dan ramping? Seorang gadis?

Karma tidak menyangka jika yang menembaknya barusan adalah seorang perempuan. Dia terlihat sangat mudaㅡmungkin seumuran dengannya yang notabenenya anak sekolah. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup topeng hitam yang melingkar pada sebagian wajah dan menyisakan satu mata.

Matanya begitu dalam, Karma terlalu terjebak menatapnya dan jatuh ke dalam tanpa sadar kini gadis itu tengah mengarahkan pisau ke jantungnya.

"Peluru itu hanya akan mengenaimu, vampire pengkhianat."

Suara halus namun menusuk miliknya mampu membuat Karma kembali ke alam sadar. Lengannya terangkat mencengkram pisau yang berada tepat di depan jantungnya, membuat darah menetes dari sana.

Gadis itu terlihat terkejut. Terlihat dari matanya yang membola dan menatap Karma dengan nanar.

Sedangkan Karma hanya tersenyum remeh. Dia bukan mahluk yang akan mati jika darahnya habis tidak seperti manusia yang lemah.

"Hei lepaskan tanganmu!"

"Ssstt gadis manis diamlah. Jelaskan padaku apa maksudmu tentang vampire pengkhianat?"

Matanya gadis itu memincing dan menatap Karma dengan tajam, "Kau pengkhianat karena telah meminum darah manusia!"

"Apa maksudmu?"

"Oh sekarang kau berpura-pura tidak tau. Jangan sok polos Akabane Karma."

Karma melepaskan pisau itu dari tangannya darah tetap menetes dari sana dan membasahi baju sekolahnyaㅡ pria itu mengeryitkan dahinya.

"Darimana kau tahu namaku?"

Gadis di depannya reflek memukul mulutnya sendiri. Hal itu sedikit lucu di mata Karma sangat terlihat jika Karma sedang menahan tawanya karena sudut bibirnya berkedut.

Karma menyembunyikan tawanya dibalik wajah dingin dan tatapan tajam. Hening melanda keduanya, gadis itu menunduk gugup seakan sedang mencari alasan. Melihat itu Karma kembali membuka suara.

"Jangan-jangan kau penguntit ya?"

"Bodoh, aku ini kekasihmuㅡ Oops!"

"Ha! Sudah ku duga itu kau (Name)."

(Name) menggelengkan kepalanya dengan ribut, gadis itu membungkam mulut Karma dengan telapak tangannya.

Dia seakan mengisyaratkan pada Karma untuk diam.

"Jangan sebut namaku, kau ingin aku menolongmu tidak?!"

Sekarang Karma benar-benar tidak mengerti cara berfikir kekasihnya yang nekat untuk menyelamatkan hidupnya dari para pemburu vampire lainnya.

Dan Karma juga baru tahu jika (Name) bergabung dalam organisasi ini. Pemburu vampire yang berada dibawah pimpinan pemerintah.

"Dari sini aku ambil alih. Kau gadis kecil kembalilah ke markas dan terima kasih telah menahannya."

Mereka berjengit kaget mendengar suara dari orang lain berada di belakang mereka.
(Name) memandangnya dengan tajam seolah berkata 'apa aku bilang!'

Ah Karma sadar, (Name) sedang berpura-pura karena di awasi pria menyebalkan ini.

Karma mengenal pria ini. Asano Gakushuu, seseorang yang selalu menjadi rivalnya dan akan selalu menjadi rivalnya.

"Tapiㅡ

"Kau mau ikut ke karantina? Aku tidak berharap anak kecil sepertimu melihat tempat seburuk itu."

Dari kata-kata Gakushuu barusan Karma tahu bahwa dia akan dibawa ke karantina. Tempat itu adalah penyiksaan, Karma pernah berada di sana dan tidak ingin kembal ke sana.

(Name) menahan tangan Gakushuu, "Saya ingin ikut senior."

"Baiklah terserahmu saja."

Sementara Gakushuu menatapnya (Name) mengisyaratkan pada Karma untuk kabur dari tempat itu.

Karma berhasil menangkap sinyal yang diberikan dan berbuat seolah-olah ingin kabur dengan menendang perut Gakushuu.

Gakushuu jatuh terembab ke jalanan sementara Karma sudah mulai berlari meninggalnya tempat itu. (Name) menatap kekasihnya yang mulai menjauh dan menghilang dibalik kegelapan.

'Semoga kau baik-baik saja..'




-



"Mau bagaimana lagi? aku harus ke sini Satu-satunya tempat yang aman."

Karma menatap bangunan tua di depannya dengan aneh. Dia begidik ngeri membayangkan akan menginap di sini bahkan hanya semalam.

Bagaimana tidak? Bangunan kayu itu sudah tua, berada di dalam hutan yang lebat dan sudah lumutan.

Tok tok tok

Ceklek

Belum jeda beberapa menit sang pemilik rumah sudah membuka pintu untuknya dan Karma sudah menduga bahwa pria itu belum tidur.

"Karma-kun?"

"Koro-sensei bisakah aku menginap di sini?"








━━━━━━━━━━━━━━
TBC

[✓]Selcouth ; Akabane Karma × ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang