Enjoy this long chapter :) xx
---
Seorang wanita brunette berjas putih khas seorang dokter itu baru saja duduk di kursi empuk yang berada di sebuah ruangan dengan tulisan 'dr. Ashley Horan' menempel di pintunya. Dokter yang sudah resmi menjadi istri seorang Niall Horan sejak sekitar empat belas tahun itu menampilkan wajah cemas dan kembali mencoba menekan tombol call di kontak seseorang, setelah sebelumnya tak ada jawaban dibaliknya.
"Apa kau terlalu sibuk untuk mengangkat telepon ku, N?"gumamnya khawatir.
Tuut.... Tuuut.....
Bunyi telepon sialan itu terus menerus terdengar, tanpa berganti shift dengan suara yang sangat Ashley rindukan.
"Oh.. Cmon Niall... I miss you so bad"
"Halo, mine!"
"Oh finally! Kenapa kau baru mengangkat telepon ku, sih, N? Kau tau aku sangat merindukanmu"
"Hahaha, i know it, babe! I miss you too much. Dan maafkan aku karena baru mengangkat telepon ke 218 mu, sayang"
"Kau berlebihan, tak sampai segitu, Niall"
"Hehe, just joking, nyonya. Actually, you called me 28 times"
"Yeah, and you Ignored it"
"Don't be mad, babe... So? What are you going to talk with your beloved husband, eh?"
"I just wanna tell you that i'm free, now! No patient and anything. Hm.. Aku ada di London dan... I just miss our romantic.. Uhm... Our romantic dinner"Perlu kalian ketahui, pipi Ashley merona saat ia mengatakan kalimat barusan.
"Thats great! I'd Love to, but... Malam ini aku ada meeting dengan perusahaan Atlanta dan akan membahas project kerjasama perusahaan kita..."
"......."
"Babe, i'm really Sorry, but i promise, We'll dinner tomorrow, kay?"
"Oh.. Okay.."
"Ashley? Kau marah? Are you okay? Suaramu terdengar berbeda"
"No... And Yes, i'm alright.."
"Syukurlah.. Sudah ya, sayang, para karyawan dan manager sudah berkumpul di ruang rapat untuk membahas kelanjutan kerjasama dengan perusahaan Berlin. Take care dan jangan lupa makan. I Love you, sunshine"
"Good luck, daddy. I Love you more"Ashley pun mengakhiri sambungan telepon dengan suami nya. Wajahnya kembali menunjukkan raut kekecewaan.
"No Ashley! Kau tak boleh egois! Niall bukannya lebih mementingkan perusahaan, tapi ia profesional sebagai seorang pemilik perusahaan"Ashley mencoba meyakinkan dirinya sendiri."Believe your Niall, ash!"
----
Zedd Edward Horan menatap keluar jendela sebuah kedai kopi yang berada tak jauh dari rumah milik Liam Payne yang berada di London. Lelaki bermata biru itu terus menatap kosong keluar jendela bening yang langsung menampilkan pemandangan orang yang berlalu-lalang di trotoar. Kopi panas yang berada dihadapannya belum ia sentuh sama sekali sejak ia memesannya tiga puluh menit lalu. Pikiran Zedd kembali melayang jauh mengingat peristiwa yang terjadi sejam yang lalu, di perjalanan dari sekolah Darren, ke rumah Liam Payne dan Danielle Peazer./throwback/
"Stop talking about that Shit, Zedd!"kata Darren kesal seraya membuka pintu depan mobil dan masuk kedalamnya. "Apa salah jika aku membela adikku?"
"Aku tak bilang begitu"Zedd mulai menyalakan mesin mobilnya. "Seharusnya kau tidak berbuat hal sebodoh itu, kau tahu kalau Richard ingin memancing amarahmu dan membuatmu terlibat hal ini"
Darren memutar kedua bolamatanya. "Dia mengatai Pearl bitch karena ia kira pearl merebut Brooklyn dari adiknya. Apa kau akan terima jika adik sematawayangmu disebut 'bitch' oleh seseorang, hah?!"kata Darren menaikkan nada bicaranya.
"Tapi tidak dengan cara berkelahi seperti itu! Kau bisa membahayakan dirimu sendiri, Dare!"Zedd juga membalas perkataan adik lelakinya itu dengan sedikit berteriak.
"OH. FINE. KAU MEMBELA MANUSIA SIALAN ITU"teriak Darren.
"AKU TIDAK BILANG AKU MEMBELANYA. AKU HANYA BILANG KALAU--"
"STOP! STOP TALKING ABOUT THAT SHIT! DONT ACT LIKE YOU'RE MY BROTHER!"Darren shouted.
"I'M YOUR BROTHER!"
"NO YOURE NOT!"
Rahang Zedd mengeras. "AKU KAKAKMU! WAJAR JIKA AKU MENASIHATIMU, DARREN WILLIAM HORAN!"balas Zedd juga berteriak dengan mata yang masih fokus ke jalan raya yang sedang dilaluinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Changes [Book 3 of The Cutest Dad]
Fanfiction"Sebuah rahasia, tak akan selamanya menjadi rahasia" {The third book of The Cutest Dad} Tentang Zedd dengan segala masalahnya. Tentang Niall dan Ashley yang terus mencoba mempertahankan kehidupan rumah tangga mereka. Dan tentang sebuah kebenaran ya...