"So? Bagaimana kabar ayah dan ibumu, Zedd?"tanya seorang lelaki usia kepala tiga pada seorang remaja tampan di hadapannya.
Zedd Edward Horan -nama remaja tampan itu- tersenyum lalu menyesap ice coffee yang telah ia pesan. "Baik, uncle. Semakin hari mereka semakin mesra, haha"candanya.
"Nice to hear that. Kadang ketika melihat ayah dan ibumu, aku semakin rindu dengan istriku"
"I'm Sorry uncle, aku tak bermaksud membuatmu semakin sedih"kata Zedd menyesal.
Peter Pevensie pun tertawa kecil. "Its okay, Zedd, No problem. Hm.. Sekarang bagaimana kalau kau bercerita soal sahabatmu yang sering kau kunjungi itu?"lelaki pemimpin perusahaan Pevensie itu tersenyum jahil. "Apakah dia gadis yang cantik?"
"Oh cmon, uncle. Jangan menggodaku seperti itu"Zedd memutar bola matanya yang langsung disambut oleh kekehan kecil dari Peter. "Bianca Hemmings, teman pertama ku saat ditaman kanak-kanak"Zedd tersenyum kemudian mulai menceritakan semua tentang Bianca. Ya, semuanya, termasuk kembarannya -Alicia- yang kini sudah menjadi kekasih hatinya."Kurasa dunia memang benar-benar sempit, hahaha"ucap Peter Pevensie seletelah Zedd mengakhiri cerita panjang lebarnya.
"Aku juga tidak menyangka bisa seperti itu, haha"Zedd tertawa lebar dan menyipit kan kedua mata birunya.Dan Peter Pevensie, lelaki dewasa itu sedari tadi terus memperhatikan kedua bola mata Zedd. Bukan, Peter bukan seorang pedofilia, tapi....... Kedua bola mata Zedd mengingatkan dirinya pada seseorang.
Dahi Peter mengerut tepat saat Zedd berhenti tertawa. Dan saat itu juga sesuatu yang janggal tertangkap oleh retina mata coklatnya.
"Zedd? Ada sesuatu di bagian bawah mata kirimu"
Tangan Zedd meraba bagian bawah mata kirinya, sesuai dengan apa yang dikatakan lelaki dewasa yang berada di hadapannya. "Ada apa uncle? Sepertinya tak ada apapun"
"Seperti bercak hitam, persis di tengah kelopak bagian bawah"
"Oh.. Bukan, uncle. Ini hanya tanda lahirku."Zedd tertawa kecil.
"Ta--tanda lahir mu?"
Zedd mengangguk.Tanpa disadari Zedd, tangan Peter Pevensie bergerak meraih ponsel hitam dari sakunya dan mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang. Pesan yang sangat penting.
---
Seorang wanita berambut coklat sedari tadi terlihat sangat resah dan khawatir. Wanita itu terus saja mondar-mandir didalam kamarnya sambil memegang ponsel hitamnya. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya sambil merapikan rambutnya yang sedikit bergelombang karena terlalu sering dikepang.
"Oh, Tuhan.. Aku harus apa?"ucapnya sambil mengacak rambut panjangnya.Jatlyn Beatles, ya, wanita itu terlihat sangat bingung saat ini.
Berkat mimpi yang semalam ia dapat, mimpi yang sangat berarti.
"Kenapa kau harus memberikan mimpi itu padaku Tuhan? Itu akan semakin membuatku merasa bersalah dan sulit untuk melanjutkan rencana ini"ia melempar ponselnya kasar keatas kasur dan ikut melempar tubuhnya ke benda empuk itu.
Pikirannya kembali melayang pada mimpi yang belakangan ini sering datang kedalam tidurnya. Ia juga menutup kedua kelopak matanya, dengan tujuan agar hatinya terasa lebih tenang sedikit.
"Aku harus melanjutkan rencanaku. Ya. Harus"
'No, kau harus ingat, mereka dulu selalu melindungi mu, mereka selalu setia menjadi sahabatmu. Sesekali kau harus berkorban untuk kebahagiaan seseorang'
Begitulah, mulutnya berkata harus, tapi hatinya tak bisa bohong. Sejahat apapun perbuatannya, tapi hati kecil wanita itu masih memiliki sisi kebaikannya. Dan setelah berpikir panjang dan berkutat dengan hati dan pikirannya, akhirnya Jatlyn Beatles memutuskan untuk menghentikan rencana yang telah ia buat matang-matang. Ia pun mengambil ponselnya, bermaksud untuk mengabarkan seseorang soal keputusannya ini, namun sebuah pesan singkat dari seseorang berhasil mengalihkan pikirannya sejenak.
From : Peter Pevensie
Kau batalkan rencana mengejar pin perusahaan Horan itu, aku sudah tidak butuh itu semua. Tenang saja, setelah ini kau akan ku angkat menjadi manager.
Sejurus kemudian wanita itu bernafas lega lalu tersenyum. Senyuman tulus yang benar-benar berasal dari hatinya.
---
Nyonya Horan, itulah panggilan yang ia dapatkan setelah menikah dengan seorang lelaki berdarah Irlandia bernama Niall James Horan. Yap, Ashley, wanita cantik bermata biru dan berambut coklat, gadis beruntung yang sudah memberikan dua buah hati untuk Niall.Wanita itu memasuki kamar Philip yang selalu menjadi kamar nya ketika menginap dirumah Tuan dan Nyonya Payne. Sebenarnya wanita itu tidak berniat untuk tidur kembali, tapi ia berniat untuk mencari sosok lelaki pirang yang selalu menganggap makanan adalah kekasihnya.
"Niall?"kata Ashley seraya berjalan ke tempat tidur yang berwarna biru langit, terlihat cocok dengan background kamar yang menggambarkan antariksa.
Tak ada jawaban. Namun ia mendengar suara air dari kamar mandi yang langsung menjawab semuanya. Niall sedang mandi sekarang.
Ashley pun memutuskan untuk menunggu Niall dan iseng membuka ponsel suaminya itu. Baru saja berhasil membuka kunci Layarnya, sebuah panggilan langsung menghampiri ponsel canggih berwarna hitam tersebut.
"Hi uncle si!"
".........."
"Haha, kau bisa saja. Well belakangan ini banyak pasien yang harus ditangani, Niall juga sibuk mengurus perusahaan ayah"
"........."
"Dia sedang mandi, uncle. Uhm.. Kalau ada yang ingin kau sampaikan padanya, aku akan memberitahunya nanti, tapi kalau kau ingin menghubunginya lagi nanti tak apa"
"........."
"Okay, We'll wait for you, uncle si"Ashley pun memutus sambungan teleponnya dengan Simon Cowell. Dan entah ada dorongan dari mana, wanita itu membuka aplikasi pesan singkat. Lagi, ketika Ashley ingin membuka sebuah pesan yang menurutnya menarik, panggilan masuk pun kembali menghampiri ponsel milik Niall, kali ini dari seorang wanita bernama Jatlyn Beatles. Ashley mengangkatnya namun ia diam sejenak.
"Hello, Mr. Niall, uhm.. Aku--aku menghubungi mu ingin mengatakan sesuatu yang penting...uhm aku ingin bilang ...."
Ashley mengerutkan dahinya, namun ia masih diam, mencoba mencari informasi apa yang akan sekretaris pengganti itu katakan.
"Kalau.... Aku ingin minta maaf soal kelancanganku-- soal pesan itu... Sebenarnya-- semua yang ada difoto itu tak semenjijikkan yang kau pikirkan.. Kau-- er.. Maksudku Kita tidak melakukan hal itu-- aku hanya mengambil foto itu saja sumpah"
'Foto? Foto apa?'
"Jujur, aku hanya disuruh seseorang untuk menjalankan rencana, untuk mendapatkan pin perusahaan mu dan membuatnya bangkrut.. Dan kalau aku berhasil.. A--aku akan mendapat posisi penting di tempat kerja asal ku..."
'Aku belum mengerti benar soal apa yang wanita ini katakan'batin Ashley.
"K--kau boleh menyebut ku wanita jalang karena aku hampir membuat rumah tangga mu dan Ashley berantakan. Tapi sumpah aku menyesal.. Aku--aku sungguh minta maaf, Niall"
'What? Apa yang barusan ia katakan? Pasti wanita ini hanya bercanda, ya.. Dia hanya bercanda Ashley..'
"Terserah kau mau memaafkanku atau tidak... Tapi aku benar-benar minta maaf, dan setelah ini aku akan mengirimkan surat pengunduran diriku, Niall"
Entah apa yang membuat Ashley menitikkan air matanya, namun kenyataan nya begitu. Airmata Ashley sudah turun ke pipi merahnya.
'Kau wanita jahat, Jatlyn'
"Dan aku... Aku ingin berkata jujur padamu, kalau.... Kalau aku sebenarnya aku.... A--aku adalah..... Emily Knight"
--
Haaai...Lama banget ga update ya... Maafkan akuh karena ada Persami yang bikin punggung pegel semua(?)
Oke abaikan.
Cuma mau bilang makasih buat yang masih nunggu kelanjutan cerita absurd ini... Hehe... Beberapa chapter lagi insyaallah cerita ini tamat....
Yeaayaaah u,u
Vote dan comment yaa....
Thanks
-Annisa Salsabila xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Changes [Book 3 of The Cutest Dad]
Fanfic"Sebuah rahasia, tak akan selamanya menjadi rahasia" {The third book of The Cutest Dad} Tentang Zedd dengan segala masalahnya. Tentang Niall dan Ashley yang terus mencoba mempertahankan kehidupan rumah tangga mereka. Dan tentang sebuah kebenaran ya...