ARGA
Kedatangan tamu selalu membuat Kinar bersemangat. Sejak pagi Kinar sudah sibuk mempersiapkan semua hal yang akan disajikan untuk Tama dan Ayma, sahabat kami selama di Jakarta. Kami berdua tak banyak memiliki teman di sini, hanya mereka berdua yang paling dekat. Beberapa kali kami menghabiskan waktu bersama, makan malam seperti sekarang, nonton film terbaru, atau bisa juga nongkrong di mall terdekat. Tama dan Ayma termasuk pandai mendekatkan diri dengan Kinar yang bersifat tertutup, sebentar saja mereka bisa berhasil membuat Kinar bercerita banyak tentang dirinya. Ditambah kepribadian Ayma yang hampir mirip dengan Kinar, membuat Kinar nyaman mengobrol dengannya.
"Sayang, kamu pesen siomay depan?" tanyaku setelah membawa masuk siomay yang baru saja diantarkan oleh kurir.
"Iya, Mbak Ayma kan suka banget sama siomay itu." Jawab Kinar yang sedang sibuk menata makanan di piring.
Aku segera membantunya menata siomay ini di piring yang sudah di siapkan Kinar. Melihat Kinar sesemangat ini membuatku ikut bahagia. Walau dia selalu menampakkan semangat itu setiap hari, tapi berkegiatan di dapur memperlihatkan semangat yang lebih tulus.
"Kamu ganti baju dulu saja, Tama bilang udah mau sampe tuh." Ucapku.
Kinar menurut dan segera masuk ke kamarnya untuk ganti baju. Beberapa masakan yang dimasak khusus oleh Kinar sudah tertata rapi di meja makan. Aku tak menyangka hasil belanja kami tadi pagi bisa menjadi masakan sebanyak ini. Kinar sudah hafal jika aku dan Tama bisa menghabiskan makanan dengan porsi besar, maka dari itu ia sengaja menyiapkan masakan sebanyak ini.
Lima belas menit kemudian, Tama dan Ayma datang, Pasangan favorit, kata Kinar.
"Masak sendiri lagi, Nar?"
"Iya, mbak, aku juga beli siomay kesukaan Mbak Ayma tuh."
Kinar mendekatkan piring yang penuh dengan potongan batagor tanpa kentang dan pare itu kepada Ayma yang sudah melirik ke arah sana.
"Wah, enak tuh Arga nggak kurang makan tiap hari." Celetuk Tama.
Masakan Kinar tak pernah mengecewakan, selalu lezat rasanya. Aku akan sangat menyesal jika tidak menghabiskan semuanya, begitu pun dengan Tama dan Ayma yang aku yakin memiliki perasaan yang sama. Meskipun hampir setiap hari memakan masakan buatan Kinar, tapi membuatku bosan, bahkan justru ketagihan.
"Kalian ini menikah udah berapa lama sih?" tanyaku asal.
"Dua tahun ya, Ay?" jawab Tama.
"Iya, jalan tiga tahun lah." Ayma membenarkan.
"Kalo kalian udah pacaran berapa lama?" tanya Tama pada kami berdua.
Kinar melirik ke arahku mendengar pertanyaan itu, mempersilahkan aku untuk menjawab. Selama ini kami jarang membicarakan tentang hubungan ini kepada seseorang, sekali pun itu mereka.
"Sama lah, hampir tiga tahun." Jawabku.
Ayma dan Tama mengangguk bersamaan, lalu kembali menikmati makanan mereka. Kami sering mendengar cerita tentang hubungan Ayma dan Tama yang penuh lika-liku, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Sedikit banyak aku sudah mendengar kisah itu, baik dari Tama maupun Ayma.
"Terus kalian kapan mau lanjut? Nikah loh maksud aku.." Kata Ayma yang berhasil membuat Kinar tersedak makanannya.
Aku segera memberinya segelas air putih dan menepuk punggungnya pelan supaya batuknya reda. Sial. Pertanyaan Ayma ini akan membuat Kinar tidak bisa tidur lagi nanti malam. Padahal aku sudah memberitahu Tama agar tak ada pembicaraan seperti itu malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Bukan Cinta, Lalu Apa?
RomanceSebut saja trauma. Bukan perkara mudah untuk menyembuhkan trauma, yang disebabkan oleh orang terkasih. Namanya Kinar, yang harus terpaksa bertemu dengan Dewa disebuah kampus swasta di kota besar. Keadaan seolah mengatur pertemuan mereka yang terkesa...