14

10 2 0
                                    

ARGA

Hari ini aku yang mengantar Kiran ke kampus, karena Kinar harus menemani Zeva mengurus sesuatu. Kinar menyuruhku untuk menjemputnya saat makan siang saja dan akan mengenalkan aku pada Zeva dan Bara. Untuk menunggu waktu itu, aku memilih untuk mengantarkan Kiran ke kampus, tadinya dia malas untuk berangkat, tapi karena dipaksa oleh Tante Hasnah, maka akhirnya ia berangkat.

"Senyum dong,"

Kiran terus terdiam selama perjalanan, aku tau dia sangat terpaksa berangkat. Ingin aku membelanya saat Tante Hasnah malah memarahi Kiran saat ijin tidak masuk, tapi aku sadar jika aku belum memiliki hak untuk itu.

"Aku itu lagi males banget kak berangkat kampus,"

Kalimat itu terdengar sangat jujur, dari dalam hatinya. Kiran dan Kinar sama persis jika sedang kesal, mereka akan total ingin diam di rumah dan tak bertemu siapapun.

"Ya udah kita ke mall aja gimana?"

Mata Kiran berbinar seketika mendengarnya, "serius, kak?"

Satu anggukkanku membuatnya kegirangan. Tak akan ada yang bisa membuat seorang wanita bahagia selain menuruti keinginannya.

"Kita kemana nih sekarang, bilang aja." Ucapku lagi.

"Kita ke kafe aja, aku kasih tau kafe favorit Kak Kinar." Jawabnya.

"Oke."

Kiran lalu menunjukkan jalan menuju sebuah kafe yang letaknya cukup jauh. Kiran sempat bercerita jika Kinar sering sekali nongkrong di sini jika banyak pikiran. Kiran juga mengatakan jika kafe ini bukan termasuk kafe yang ramai, tapi itu yang mmebuat Kinar mau berlama-lama ada di sini, tak banyak orang yang ia temui di sini yang membuatnya semakin betah.

"Kak Kiran itu sering ke sini, dan kalo ke sini dia selalu pilih kursi ini."

Kami duduk di kursi yang bisa langsung melihat pemandangan di luar kafe. Lantai dua ini sangat sepi, hanya lima orang termasuk aku dan Kiran di sini. Tak heran jika Kinar suka tempat ini.

"Gimana bisa Kinar nemu tempat ini?"

"Kayaknya dari Kak Dewa deh."

Mendengar nama itu disebut dengan santainya oleh Kiran, ada hal aneh yang timbul di hatiku. Nama itu sepertinya sudah sangat akrab oleh Kiran, terlihat bagaimana ia mengucap juga ekspresi yang ia berikan.

"Kamu tau banyak soal Dewa?"

"Lumayan, dulu aku sering nongkrong sama dia. Waktu Kak Kinar masih pacaran ya sama dia. Dia orangnya ya kurang lebih kayak Kak Arga gini.."

Penjelasan Kiran barusan membuatku merasa semakin aneh, aku tau tak seharusnya aku merasakan hal seaneh ini, tapi sayangnya tak bisa ku bending.

"Apa aja yang kamu tau?" tanyaku dengan suara yang mulai bergetar.

"Banyak sih, tapi ya nggak usah aku ceritain lah, hahaha." Jawabnya.

Walau menyebalkan tapi aku tau kalau maksud Kiran hanya agar aku tak skait hati nantinya. Aku bisa mengerti. Satu lagi sifatnya yang sama seperti Kinar adalah menjaga perasaan seseorang. Tidak heran jika Kiran juga memiliki sifat seperti itu.

"Kalo Galih? Pacar kamu namanya Galih, kan?"

"Oh Galih, awet banget ya kita, Kiran juga bingung kenapa bisa."

"Kok gitu?"

Kiran terkekeh mendengar pertanyaanku, aku sering mendengar cerita mereka berudua dari Kinar. Sudah pacaran bertahun-tahun tapi kadang masih tidak menyangka jika mereka beruntung satu sama lain.

Kalau Bukan Cinta, Lalu Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang