Dari rayuan pesan yang syahdu. Mendarat apik dibalik layar yang lesu. Mengharap ada sesuatu yang belum pernah menyatu. Namun, keberadaannya masih menyita waktu. Terus membidik dari arah yang berliku. Berhasil tidaknya tak ada yang tahu. Cerita sepersekian menit itu akan menjadi tabu. Sebab ia lelah dengan semua yang dulu dikata pernah. Sekarang ia menjelma sebagai singgah, bukan untuk rumah, tapi untuk baru yang salah. Karena memaksa rumit untuk tetap bertahan. Padahal, peraduannya masih tetap melelahkan. Lantas, menahan atau justru melepaskan? Jika semu kini membaur pilu dalam kenangan.
Terima kasih. Semua telah berprasangka kasih. Cerita ini harus sesegera diusir letih. Supaya aku, kamu, kita enggan lagi memaksa rasa. Supaya hati bisa tetap terjaga. Karena yang ditahan sudah tak mau nyaman. Ia ingin dibebaskan. Bukan terdiam, membunuh sepi dalam kurungan. Maaf, hasrat ini sudah tak tahu jalan. Jika akibat memang harus dipaksa perlahan. Maka biarkan rindu yang akan membenarkan. Untuk kisah kasih yang akan dilupakan. Bermetamorfosa, kemudian terbang, melayang, enggan lagi memberi kasih sayang. Maaf.
YOU ARE READING
PILU KLASIK
FanfictionAndai aja waktu bisa diulang, mungkin rasa ikhlas bukan cuma kenangan tapi rasa yang selalu bisa digenggam, dan rasa bahagia bukan lagi rasa yang fana tapi rasa yang selamanya bakal aku rasa.