06. makan malam

456 68 1
                                    

"maaf lama, yoichi tadi lagi bales pesan temen."

yoichi mengambil duduk di sebelah nenek yang sibuk mengambil lauk untuk cucu satu-satunya.

"udah jangan banyak-banyak, nanti engga abis."

yoichi berucap sembari mengambil sepiring nasi itu dari tangan nenek dan langsung dibalas dengan satu tangan terulur mengacak-acak rambut yoichi oleh nenek.

"cucu nenek harus makan yang banyak, liat ini kurus banget."

iris mata nenek yang serupa dengannya melirik sebelah tangan yoichi.

"ayah kamu males-malesan kerja? anaknya sampe kurus kering begini, nanti nenek marahin. aduh, apa jangan-jangan mertua nenek kurus gini juga."

"ih engga kok, ayah rajin kerja. yoichi kurang nafsu makan sebelumnya," jawab yoichi. kemudian ia hendak mengambil sendok tapi terhenti, lalu cepat-cepat melanjutkan kelimatnya tadi. "bukan karna masakan bunda gak enak! yoichi emang susah gemuk."














"susah tinggi juga."







"i-iya—eh?"



atensinya tertuju ke depan, yoichi melongo seperkian detik hingga otaknya bisa menangkap eksistansi manusia dihadapannya benar-benar nyata. menyadari pemuda itu menampilkan senyum menyebalkan —menurut pandangan yoichi, yoichi langsung menoleh minta penjelasan pada nenek.

"ini cucunya si kopling ngasih lauk makan, sekalian nenek ajakin makan bareng. kamu 'kan belum ada temen di sini, jarang-jarang ada anak muda."



"micha sama yoichi udah saling kenal kok, nek."


"malah bagus kalo gitu. ayo dimakan."

nenek mengakhiri percakapan dan beranjak dari duduknya. namun yoichi yang kebingungan ditinggal berdua dengan michael berseru, "nenek gak mau makan bareng?"

"nenek udah makan, kamu lama datengnya. nenek mau tidur, pinggang nenek sakit. nanti piring kotornya taro di belakang."

"siap nek!"


bukan yoichi yang merespon, melainkan michael.






———









yoichi tak mengeluarkan suara, ia hanya membuka mulut untuk memasukan sesuap sendok ke dalam. beda dengan pemuda di hadapan yang sibuk mengoceh tentang cerita yang tidak memiliki konteks. namun anehnya micael duluan yang selesai makan.




"abis ini minum susu, semoga cepet tinggi."






merasa tersindir, yoichi berdecak. tangannya mengambil segelas air untuk diminum sebelum merespon.



"berisik."






michael tertawa renyah, tak tahu apa yang lucu, pasalnya tiap melihat wajah yoichi yang menampilkan ekspresi itu-itu saja sejak makan dimulai terlihat menghiburnya.














"mau lo apa si— m-maksudnya lo ngapain sih? gak ada kerjaan banget."

yoichi berdeham pelan, untung ia secepat mungkin mengganti kalimat pertamanya. ia tidak mau mendengar jawaban yang sama seperti sebelumnya.





mau lo





rasa-rasanya yoichi ingin membenturkan kepalanya di meja saat ini. michael yang berucap tapi dirinya yang malu.









"emang salah ya main ke rumah temen?"



"kapan kita temenan?"



"sebelumnya lo kabur, artinya iya. kita temenan."





"mana bisa gitu? lagian lo gak ada ngajak gue temanan."






"ada. gue mau lo... jadi temen gue."





yoichi mengerjapkan mata, lalu bibirnya membulat membentu huruf o menyadari salah paham. ia kira michael orang mesum.


"ya udah."


"ya udah?" michael memiringkan kepalanya bingung, nampak seperti dibuat-buat.




tangan kanan yoichi yang sudah tidak memegang sendok terangkat menunjuk ke arah michael lalu berbalik menunjuk dirinya sendiri. "lo sama gue," ujarnya. kemudian menatap bola mata michael yang ia tebak tidak lepas memandanginya meski ia tidak lihat. yoichi kembali melanjutkan kalimatnya yang tertunda—



"kita temenan."










"asik."








michael tersenyum senang.






———

take a break | kiisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang