Bagian 2 (Berada di Dekatmu)

800 85 10
                                    

Wang Yibo membantu menggendong Xiao Zhan di punggungnya dan berjalan kembali ke asrama. Tindakan menantang maut yang telah dia lakukan dengan menceburkan diri ke sungai tampaknya masih menyisakan ketakutan besar dalam diri Xiao Zhan. Meski telah lama dipeluk dan ditenangkan oleh Wang Yibo, gemetar pada tubuh Xiao Zhan belum juga mereda. Setiap kali berusaha berdiri, lututnya tetap terasa lunak dan membuatnya terjatuh lagi. Akhirnya Yibo berinisiatif menggendong Xiao Zhan di punggungnya dengan dua tas tergantung di depan tubuhnya.

"Siapa...namamu?", setelah lama berada dalam keraguan, pertanyaan itu meluncur dari bibir Xiao Zhan.

"Tampaknya kau benar-benar tidak mempedulikanku saat aku memperkenalkan diri di hadapanmu pagi tadi. Kau mengabaikanku seharian bahkan tanpa tahu nama orang yang duduk di sebelahmu", gerutu Yibo.

"Kamu duduk di sebelahku?", Xiao Zhan terkejut. Baginya, dia baru pertama kali bertemu dengan Wang Yibo di sungai sebagai penyelamatnya, tidak mengetahui kenyataan bahwa ternyata cowok ini sudah seharian berada di sebelahnya. Mendengarnya, Yibo merasa ingin menepuk jidatnya sendiri, andai kedua tangannya tidak terjalin di belakang untuk menopang tubuh kurus Xiao Zhan.

"Yibo. Wang Yibo. Jangan pernah lupakan atau abaikan nama itu lagi", ucap Yibo tegas.

Wang Yibo menggendong Xiao Zhan sampai depan pintu kamar asramanya. Dengan tenang dia menunggu Xiao Zhan membuka pintu dan ikut masuk. Dengan cepat Yibo membuka pintu balkon, mengambil handuk dan mengusap rambut basah Xiao Zhan. Xiao Zhan tercengang memandangnya.

"Kenapa menatapku begitu?"

"Kenapa kamu ikut masuk?", tanya Xiao Zhan canggung. "Meskipun kamu sudah menolongku, bukankah terasa aneh kalau orang yang baru saja dikenal masuk begitu saja ke kamar pribadiku dan bersikap seakan berada di kamar sendiri?"

"Lalu, apakah masuk akal jika aku meninggalkan orang yang baru saja terjun dari jembatan untuk mengakhiri hidupnya sendiri berada di kamar sendirian? Biarkan aku mengurusmu sebentar dan memastikan kamu baik-baik saja. Ganti seragammu dengan pakaian kering dan lanjutkan mengeringkan rambutmu", jawab Yibo dengan tatapan serius.

Sementara Xiao Zhan berganti pakaian dan mengeringkan rambut, Wang Yibo berjalan ke dapur kecil di kamar Xiao Zhan dan memanaskan air. Membuka kulkas, Yibo hanya menemukan sebutir telur di dalamnya. Saat membuka rak penyimpanan, setidaknya dia merasa beruntung karena menemukan beberapa bungkus mie instan dan satu pack teh hijau. Dengan cepat, Yibo membuat dua porsi ramen hangat dan dua gelas the hijau panas. Saat ramen matang, Xiao Zhan telah selesai mengeringkan rambutnya dan berjalan pelan menyusul Yibo ke dapur.

"Kamu sedang apa?"

"Ini. Hangatkan badanmu dengan teh panas dan ramen. Aku juga sudah masukkan telur di ramenmu. Makanlah sebelum mienya mengembang", jawab Yibo.

Xiao Zhan hanya diam dan patuh mengikuti perkataan Yibo. Yibo menyeruput kuah mie sambil mengamati Xiao Zhan yang duduk di depannya. Wajahnya menjadi lebih pucat dari yang dilihatnya pagi tadi, dengan mata yang juga masih menyembunyikan luka tak terdefinisikan. Mengamati lebih jauh lagi, Yibo terkejut melihat banyaknya luka sayatan di tangan Xiao Zhan. Luka-luka itu baru pertama kali dilihatnya karena lengan panjang seragamnya menutupi luka itu selama berada di sekolah.

'Kenapa kamu jadi begini? Seberapa parahkah permasalahan hidupmu? Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu berhenti melukai dirimu sendiri??', batin Wang Yibo sedih.

Selesai makan dan mencuci perkakas, Yibo mengambil tasnya dan berjalan ke pintu. Tapi kemudian dia berbalik lagi dan menghadap Xiao Zhan yang berdiri mengantarnya ke depan pintu. Matanya memandang Xiao Zhan penuh kekhawatiran.

"Jangan lakukan apapun yang berbahaya lagi, dengan atau tanpa sepengetahuanku. Berjanjilah padaku", ucap Yibo, memandang lekat manik mata hitam Xiao Zhan. Xiao Zhan seketika gelisah dan mengalihkan pandangannya. Wang Yibo mengulurkan tangannya, memegang kepala Xiao Zhan dan memaksa Xiao Zhan menatapnya. "Berjanjilah padaku"

Trust Me!Where stories live. Discover now