Bagian 4 (Kaulah Penyelamatku)

781 89 14
                                    


"Zhanzhan ???!"

Semua kepala menoleh ke asal teriakan itu. Wang Yibo dengan terengah-engah akibat berlari, berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan suasana remang-remang gang sempit. Sesosok tubuh kurus terkapar di ujung gang buntu itu, berada tepat di sebelah Peng Chuyue yang berdiri menatapnya sambil mengayun-ayunkan sebongkah tongkat kayu.

Otak Wang Yibo berusaha memproses apa yang sudah terjadi di gang sempit itu hingga suasana terasa semencekam ini. Pandangannya terpusat lagi pada sosok kurus yang terkapar dan kini tampak sangat familiar di matanya. Manik matanya membeliak, bergetar menahan amarah yang menggelegak dalam dirinya.

***

Wang Yibo berjalan santai menaiki tangga asrama menuju kamar Xiao Zhan. Tangannya menenteng sebuah kantong roti berlogo oranye-abu, bakery kesukaan Xiao Zhan, di tangan kanan dan satu buket besar mawar merah di tangan kirinya. Senyum cerah tersungging di bibirnya, membayangkan reaksi Xiao Zhan begitu melihatnya.

Bersama Xiao Zhan beberapa bulan terakhir memantapkan pemikiran Wang Yibo terkait perasaan yang selama ini dirasakannya terhadap Xiao Zhan. Debaran yang dirasakannya terhadap apapun yang berkaitan dengan Xiao Zhan, membuat Yibo menyadari bahwa perasaan yang selama ini dirasakannya terhadap pria mungil itu tak sekadar rasa ingin membalas budi perbuatan baiknya dua tahun silam, tapi telah berkembang jauh menjadi perasaan yang lebih rumit. Cinta.

Latihan tambahan untuk pertandingan basket yang diumumkan lewat grup chat sore kemarin rupanya selesai lebih cepat dari perkiraannya. Hal itu dikarenakan Li Wenhan (mata-mata Peng Chuyue di ekskul basket untuk mengawasi Wang Yibo) mendadak sakit perut, padahal posisinya sangat penting di dalam tim. Pelatih pun terpaksa menunda latihan tambahan itu dan menggantinya di hari lain.

Awalnya Wang Yibo berniat untuk menunggu dan menjemput Xiao Zhan di ruang klub melukis seperti biasanya, namun ide lain terbersit dalam pikirannya. Wang Yibo memutuskan untuk berusaha menunjukkan perasaan cinta yang telah disadarinya pada Xiao Zhan, berharap Xiao Zhan pun akan merasakan hal yang sama dan membalas perasaan Wang Yibo. Itulah sebabnya dia mengurungkan niat awalnya dan segera berbalik keluar dari gerbang sekolah, pergi membeli hal-hal yang disukai Xiao Zhan untuk menambah kesan istimewa di hati pria mungil itu.

Peng Chuyue dan gengnya telah lama mengintai tindak tanduk Wang Yibo. Awalnya, ia berniat mengirim Li Wenhan lagi untuk menghambat Wang Yibo mendatangi Xiao Zhan, entah dengan membuatnya pergi membantu Li Wenhan yang sakit perut (dia sengaja minum obat pencuci perut karena diperintah Chuyue), atau mengirim beberapa anak buahnya yang lain untuk mengalihkan perhatian Wang Yibo. Melihat Wang Yibo justru tidak menghampiri Xiao Zhan, Peng Chuyue menyeringai menunjukkan rasa terima kasihnya pada Yibo karena mempermudah rencana jahatnya.

Kembali ke situasi kini, Wang Yibo telah beberapa kali mengetuk pintu kamar Xiao Zhan, bersiap mempersembahkan bunga mawar tercantik untuknya. Namun, pintu itu tetap tak bergeming dan tidak sekali pun menunjukkan tanda-tanda akan dibuka.

'Apa Zhanzhan belum kembali ke asrama? Tapi ini sudah lewat dari waktu usai kegiatan klub melukis. Apa dia ada urusan lain atau pergi ke suatu tempat? Tapi biasanya dia selalu memberitahuku sebelumnya setiap aktivitasnya. Aneh... Mungkinkah... Tidak mungkin kan dia masih berencana untuk...'. Wajah Wang Yibo mengernyit khawatir saat mengingat tindakan nekat Xiao Zhan untuk mengakhiri hidupnya.

Perasaan gelisah segera merayapinya. Wang Yibo memiliki firasat buruk dengan situasi terlambatnya Xiao Zhan kembali ke asrama saat ini. Dia memutuskan untuk meletakkan kantong roti dan buket mawarnya di depan pintu kamar Xiao Zhan dan segera melesat ke sekolah untuk mencari Xiao Zhan.

Tepat di depan pintu masuk asrama, seorang siswa dengan raut panik dan kalut menghentikan langkah Wang Yibo. Tangannya dengan gemetar menarik ujung lengan seragamnya.

Trust Me!Where stories live. Discover now