Bagian 3 (Dendam Lama)

686 72 5
                                    


SMA Shanliang termasuk sekolah elit yang terkenal dengan kualitas sarana akademisi dan sarana nonakademisinya. Sekolah ini menyediakan fasilitas terbaik dan terlengkap untuk memaksimalkan potensi siswa-siswinya di segala bidang. Semua jenis ekstrakurikuler tersedia dengan perlengkapan dan peralatan terbaik, terbaru, dan tercanggih.

Awalnya, Xiao Zhan tidak berminat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun. Dia bahkan masuk ke sekolah ini hanya karena mendapatkan beasiswa khusus berdasarkan prestasi gemilangnya dulu semasa SMP (sebelum tragedi kelam terjadi dan mengubah segalanya). Jika tidak ada Wang Yibo yang mendekat dan berteman dengannya, mungkin kini dia tetap menjadi siswa tak kasatmata tanpa tujuan hidup dan cita-cita. Entah bagaimana prosesnya hingga kini dia bisa duduk di ruang klub melukis, memegang kuas dan menggores kanvas di hadapannya dengan warna-warna cerah. Dia tak begitu ingat. Wang Yibo rupanya telah berperan besar dalam mengubah pandangan hidupnya.

Wang Yibo tidak mengikuti ekstrakurikuler yang sama seperti Xiao Zhan. Cowok itu memilih ekstrakurikuler silat dan basket dan dalam waktu singkat menjadi atlet dan pemain inti andalan kedua klub tersebut. Xiao Zhan sebenarnya juga pernah belajar beladiri semasa SMP dulu, tapi ia menolak ajakan Wang Yibo untuk ikut klub yang sama dengannya. Dia dengan asal memilih klub melukis sebagai kegiatan ekstrakurikulernya karena terlihat mudah dan bisa dia tinggalkan. Tapi dengan mengikuti klub ini, Xiao Zhan ternyata menemukan potensi lain dalam dirinya. Dia berbakat untuk menggambar dan melukis. Xiao Zhan mulai menikmati aktivitas mingguannya ini dan menekuninya.

Di klub melukis hari ini, Xiao Zhan akhirnya berhasil menyelesaikan lukisan potret wajah Wang Yibo yang dengan serius ia gambar selama tiga jam. Tanpa dia sadari, hari sudah menjelang sore. Biasanya Wang Yibo menjemputnya di klub setiap jam ekstrakurikuler berakhir, tapi hari ini Wang Yibo berkata tak bisa pulang bersama karena ada latihan basket tambahan menjelang pertandingan.

'Aku penasaran bagaimana pendapatnya tentang lukisan ini', batin Xiao Zhan.

DRAAAKKK!!! Pintu ruang klub terbuka dengan suara keras. Sesosok siswa muncul tergesa-gesa dari balik pintu.

"Kau yang bernama Xiao Zhan?", tanya siswa itu. Xiao Zhan mengangguk heran.

"Ikuti aku. Bantu Wang Yibo pulang ke asrama. Dia cedera saat latihan", ucap siswa itu. Ekspresi Xiao Zhan mengeras. Dengan cepat ia membereskan perlengkapan melukisnya dan menenteng hasil lukisannya, mengikuti langkah siswa asing di depannya ke area gedung olahraga.

***

"Kita ke mana? Bukankah seharusnya kita masuk ke dalam?", tanya Xiao Zhan heran. Mereka baru saja melewati gedung olahraga dan justru berjalan ke sudut sempit di ujung gedung olahraga.

"Dia ada di sana", ucap siswa itu menunjuk gang sempit yang membatasi gedung olahraga dan dinding pagar sekolah. "Sebenarnya tadi dia dikeroyok kakak kelas. Maaf, hanya itu yang bisa kukatakan", ucap siswa itu dengan ekspresi penuh ketakutan, lalu bergegas lari meninggalkan Xiao Zhan yang berdiri kaku. Apa??? Dikeroyok??? Xiao Zhan bergegas ke tempat yang ditunjukkan siswa tadi, namun tidak menemukan apapun di gang sempit itu.

"Lama tidak bertemu, Xiao Zhan...", tiba-tiba suara sinis terdengar dari arah belakang. Saat Xiao Zhan menoleh, sekumpulan geng yang dipimpin Peng Chuyue memblokir jalan masuk gang. Xiao Zhan masuk dalam jebakan Peng Chuyue.

"Kau siapa? Aku tidak ingat pernah mengenalmu", ucap Xiao Zhan dingin.

"Pertemuan kita memang begitu singkat. Wajar jika kau tak ingat. Tapi aku takkan pernah melupakan wajahmu, wajah yang ingin kucekik sejak dulu karena mencoreng harga diriku", ucap Chuyue berapi-api. Xiao Zhan tetap diam, enggan menimpali dan memang tak mengingat orang yang banyak omong di depannya saat ini.

Trust Me!Where stories live. Discover now