03. Direktur?

1.6K 186 16
                                    

"Kanaya, kamu dipanggil Direktur keruangannya."

"Ngapain Direktur memanggilmu? Apa kamu melakukan kesalahan?" Tanya Nina. Teman Kanaya yang kebetulan duduk bersebelahan dengan Kanaya.

Kanaya menggeleng, seketika raut wajahnya berubah menjadi sangat gelisah karena setiap karyawan yang dipanggil Direktur keruangannya pasti sedang dalam masalah. "Bagaimana kalau Direktur memanggilku karena aku terlambat hari ini? Nina, bagaimana kalau aku dipecat?"

"Kamu kenapa bisa terlambat sih? Sudahlah cepat temui Direktur. Semoga saja tidak ada apa-apa."

Kanaya mengangguk sebelum kemudian beranjak menuju ruangan sang Direktur. Yena yang merupakan salah satu karyawan tidak menyukai Kanaya pun mulai berbisik bisik dengan teman-temannya. Wanita itu mengatakan jika mungkin sebentar lagi Kanaya akan dipecat.

Nina yang mendengarnya sama sekali tak menanggapinya, lebih baik meneruskan pekerjaannya dari pada menanggapi gosipan Yena. Semua orang disini tahu jika Yena sama sekali tak menyukai Kanaya jadi bukan hal yang aneh jika Yena sangat ingin Kanaya keluar dari kantor.

Ditempat lain Kanaya mengambil nafas dalam lalu menghembuskan nya pelan. Saat ini dia sudah sampai didepan pintu ruangan sang Direktur. namun Kanaya masih belum berani masuk kedalam. Bahkan saking takut nya tangannya kini menjadi sangat dingin dan pelipisnya juga mengeluarkan keringat dingin.

Memejamkan matanya sekejap, Kanaya berusaha meyakinkan dirinya jika semuanya akan baik-baik saja "Oke, Naya. semuanya akan baik-baik saja. Kamu harus tenang."

Setelah cukup mengumpulkan keberaniannya akhirnya Kanaya pun mengetuk pintu. Beberapa detik setelahnya terdengar suara seruan dari dalam yang menyuruhnya masuk.

Baru mendengar suaranya saja nyali Kanaya sudah kembali ciut. Ah yang akan Kanaya hadapi adalah Direktur baru pengganti Direktur utama yang sebelumnya. Dengar-dengar orang yang menjadi Direkturnya saat ini sangat tegas dan juga dingin. Dia juga sangat disiplin. hal itu benar-benar membuat Kanaya kembali merasakan ketakutan jika dirinya akan dipecat karena terlambat masuk kantor hari ini.

Saat Kanaya masuk, dia melihat seseorang yang duduk membelakanginya. Dari postur tubuhnya Kanaya yakin jika direktur baru nya ini masih muda.

"B-bapak memanggil saya?" tanya Kanaya setenang mungkin.

"Hmm ,duduk," perintah sang Direktur tanpa berbalik badan.

Kanaya masih diposisi yang sama, berdiri menghadap direktur baru nya yang membelakanginya. "M-maafkan saya pak. Maaf saya terlambat masuk kantor hari ini. Tadi pagi ibu saya sakitnya kambuh jadi saya harus membawanya kerumah sakit terlebih dahulu. Maafkan saya, tolong jangan pecat saya. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi. saya mohon pak," ucap Kanaya tiba-tiba sambil membungkuk meminta maaf.

Merasa bingung dengan yang dikatakam karyawannya, Direktur itu pun memutar kursi nya . kini ia bisa melihat Kanaya yang masih setia membungkuk."Apa yang sedang kamu lakukan ? Tidak ada yang ingin memecatmu," ucapnya membuat Kanaya langsung menegakkan badannya.

Betapa kaget nya Kanaya saat melihat siapa kini yg berada di depan nya sekarang "k-kamu ?"

"Kita bertemu lagi, Kanaya."

,,,,,,,,,,,

"Lusa kita akan berangkat camping dan besok kalian akan diliburkan untuk mempersiapkan acara camping," ucap pak Hakim yang disambut teriakan senang murid muridnya.

"Hanya itu yang akan saem katakan. Jadi sampai jumpa besok lusa. Jangan sampai ada barang yang tertinggal. Selamat siang," lanjutnya lalu keluar kelas.

"Yey !! Akhirnya kita camping juga !!"

"Hah menyebalkan ! Disana pasti akan susah sinyal,"

"Sekali kali kita harus hidup tanpa ponsel jadi jangan manja !!"

Bella hanya diam mendengar teman temannya yang sibuk bedebat. Sampai tiba-tiba netranya melirik kearah Dimas yang sibuk mengemasi buku buku nya. Bella juga mendengar beberapa teman Dimas bertanya apakah pria itu akan ikut acara camping atau tidak. Tapi sayangnya Dimas menjawab jika dia tidak akan ikut. Pria itu tidak peduli jika mendapat nilai jelek hanya karena tidak mengikuti acara camping.

,,,,,,,,,,,,,,

"Jadi dia adalah direktur baruku? Astaga Kanaya kenapa dunia sesempit ini ? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi."

Setelah kembali dari ruangan sang direktur, Kanaya tidak bisa berhenti mondar mandir di kamar mandi. Seorang pria yang kemarin hampir menabraknya ternyata direktur baru di kantor tempatnya bekerja.

"Adrian Prakasa ?" gumam Kanaya mengingat nama yang berada di meja direktur barunya.

"Oke, Kanaya kamu harus tenang. Anggap saja kalau kamu tidak mengenalnya. Eh tunggu bukankah memang aku tidak mengenalnya ? Ah bodoh !! Oke kamu harus tenang dan bersikap seperti biasa. Semangat!!" gumam Kanaya mencoba menyemangati dirinya sendiri.

,,,,,,,,,,,

"Terimakasih pak," ucap Yena setelah meminta tanda tangan direktur barunya, Adrian Prakasa.

"Tunggu, apa kamu mengenal Kanaya? Kamu tahu dia bekerja dibagian apa?" Tanya Adrian sebelum Yena keluar dari ruangannya.

"Kanaya? Maksud bapak Kanaya Wirata? Dia bekerja dibagian keuangan, Pak. Maaf ada keperluan apa bapak mencarinya?"

"Tidak apa, keluarlah."

Dengan segala rasa penasarannya, Yena keluar dari ruangan sang direktur. Sepanjang perjalanan kembali ke meja nya, wanita itu terus memikirkan kenapa Adrian bisa mengenal dan mencari Kanaya.

,,,,,,,,,

"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Rama didalam sambungan tlp nya saat Adrian menghubunginya.

"Rama ? Maaf menganggumu."

"Tidak apa pak. Ada apa pak ? Ada yang bisa saya bantu?"

"Bisakah kamu memindahkan kanaya, karyawan dibagian keuangan menjadi sekretarisku ? Ah sepertinya aku butuh sekretaris tapi aku belum mempunyainya."

"Apa? Kenapa Kanaya pak ? Saya bisa mencarikan bapaksekretaris baru?"

"Tidak. Itu pasti membutuhkan waktu lama jadi bisakah kamu menuruti permintaanku tadi ?"

"Baiklah pak. Semuanya akan segera saya proses."

"Baiklah. Terima kasih, ram. Maaf mengganggu pekerjaanmu."

,,,,,,,,,,,

"Apa? Menjadi sekretaris direktur?!" seru Kanaya karena saking terejutnya. Bahkan dia hampir saja berteriak.

"Iya, direktur yang memintanya langsung," jawab Rama. Setelah mendapat tlp dari atasannya, Rama langsung menghampiri Kanaya guna menyampaikan berita itu.

"T-tapi kenapa saya? Kenapa tidak mencari yang baru?"

"Entahlah. Saya sudah menawarkan untuk mencari sekretaris baru tapi direktur tidak mau. Saya sudah mempersiapkan semua berkas perpindahanmu, mulai besok kamu akan bekerja sebagai sekretaris direktur. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Rama sebelum melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Kanaya dengan segala kebingungannya.

Begitu Rama sudah benar-benar pergi, Nina langsung menghampiri temannya. Wanita itu menanyakan apa yang baru saja dia dengar itu sungguh-sungguh atau tidak. "Bagaimana bisa direktur memintmu menjadi sekretarisnya? Kalian sudah saling mengenal?"

"Aku juga tidak tahu. Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali."

Yena yang tidak sengaja mendengar obrolan Kanaya dan Nina pun langsung menghampiri mereka. "Apa? Direktur akan menjadikanmu sekretarisnya?" Tanyanya dengan suara yang cukup keras.

Nina yang merasa kesal dengan wanita itupun menyaut dan mengatakan jika memang benar Kanaya akan menjadi sekretaris direktur.

"Sudahlah, Sebaiknya kita pergi makan siang bersama. Tidak perlu menanggapi si tukang kepo," Ujar Nina sambil menarik tangan Kanaya pergi.

"Sial! Aku keduluan sama si miskin itu. Ckk lihat saja aku tidak akan tinggal diam." gumam Yena




You're My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang