19. Doa Yang Terkabulkan

1.3K 103 15
                                    

"Melina."

Bukan Bagas yang menjawab, dan bukan juga Alea yang menebak. Suara berat milik seseorang itu bagaikan udara yang tengah berbisik menjawab kebingungan Alea.

Secara bersamaan Bagas dan Alea menengok kearah kanan, terlihat seorang cowok dengan seragam putih abu - abunya yang dikeluarkan. Baru pertama kali ini Alea melihat cowok itu memakai baju seragam yang tak rapi.

"Aldi," ucap Alea lirih.

"Namanya Melina, gadis yang udah lo rebut dari gue. Dan lo bikin dia pergi ke luar negeri!" Tanya Aldi manatap Bagas sinis.

Alea hanya diam, dari pada berbicara yang salah dan semakin memperburuk keadaan.

"Gue udah bilang, gue nggak suka Melina!" Ujar Bagas tak kalah sinis.

"Terus kenapa lo pacarin dia kalo nggak suka?!"

"Gue pacarin dia ada alasannya!"

"Apa? Lo jadi tertarik sama dia? Terus lo bohongin gue, dengan alasan lo itu nggak suka sama Melina!"

"Gue sama sekali nggak tertarik sama Melina!" Bagas terus mengelak.

Belum sempat Aldi akan menimpali, Bagas sudah berbicara terlebih dahulu, "dan asal lo tau Al, Melina di vonis kanker otak!"

Mendengar ucapan Bagas, baik Aldi maupun Alea mereka terkejut. Terlebih lagi Aldi yang baru mengetahui hal ini, dan Aldi hanya diam menunggu ucapan Bagas lagi tentang Melina.

"Dan saat satu tahun lalu. Melina minta gue buat jadi pacarnya selama 99 hari, dan karena gue enggak tega denger kabar itu, gue kasihan terus nerima permintaan Melina. Selama pacaran Melina minta agar gue memperlakukannya layaknya pacar," ucap Bagas, "tapi karena kankernya yang sudah menyebar terpaksa Melina harus dibawa keluar negeri, biar dapat pengobatan yang lebih baik. Saat itu gue nggak pernah tahu lagi kabarnya, setelah kami pacaran selama 96 hari."

Aldi yang merasa terkejut bukan main hanya bisa diam, tak menyangka jika Melina menutupi semua masalahnya dengan senyumnya yang selalu membuat Aldi rindu.

"Dan sekarang gue nggak mau kehilangan untuk kedua kalinya! Jangan pernah deketin Lea lagi!" Ucap Aldi yang sudah kelewat benci dengan Bagas, dengan cepat ia mencekal lengan Alea meninggalkan tempat itu

Maaf Al, kali ini gue nggak bisa janji buat ngejauhin Alea.

~~~~~

"Lo apaan sih!" Kesal Alea mencoba memberontak dari cekalan Aldi, pasalnya Alea sudah kelewat malu karena semua orang di restoran menatap mereka dengan aneh.

Aldi mendudukan Alea disalah satu kursi, dan mulai memesan makan tanpa mempedulikan Alea yang tengah menggerutu kesal.

"Dasar pemaksa! Bisanya cuma maksa orang! Pantes aja si Melina sukanya sama Bagas yang penyabar, dari pada lo yang pemaksa!" Celoteh Alea, yang mendapat tatapan tajam dari Aldi.

"Makan," ucap Aldi dingin, setelah makanan sudah tersusun rapi di atas meja mereka.

"Gue nggak laper!"

"Mau makan sendiri, apa gue suapin paksa?" Ucap Aldi yang terdengar seperti ancaman.

"Lo tuh ya pem--" Belum sempat melanjutkan ucapannya, Aldi menyuapkan satu sendok nasi goreng kedalam mulut Alea.

Alea mengunyah makanannya dengan kesal dan juga sengaja dipelankan, karena saat ini Alea sama sekali tidak lapar.

"Kunyah yang cepet."

ABOUT ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang