1. Awal mula

106 35 56
                                    

MY BOY IS A GHOST


"Tuan tidak boleh masuk!" Cegah seorang perempuan berbalut seragam putih kebanggaannya itu, kala Anderson ingin menerobos masuk keruangan yang berisi berbagai alat medis didalamnya.

Anderson menatap suster itu gusar, lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut sakit. Ia khawatir, sungguh.

"Kami akan bekerja dengan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan anak anda. Saya yakin dia gadis yang kuat. Sebaiknya anda berdoa untuk keselamatannya. Saya permisi." Ujarnya sambil berlalu.

Anderson meluruh kelantai, dirinya sangat berharap putrinya dapat melawan maut yang sedang dihadapinya. Entah apa jadinya hidup lelaki tua ini jika putri kecilnya itu ikut meninggalkannya.

2 jam kemudian...

Lampu operasi telah dimatikan. Menandakan bahwa operasi telah selesai. Anderson menegakan badannya menyambut dokter yang menangani anaknya keluar dari ruang ICU itu.

"Tuan Anderson?"

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" Sergapnya kepada dokter muda itu.

Dokter itu tersenyum seraya menepuk pundak Anderson. "Operasinya berjalan lancar. Anak Tuan sangat tangguh, dia dapat melewati masa-masa kritis itu. Selanjutnya anak Tuan akan kami pindahkan keruang rawat. Mungkin besok dia akan siuman." Jelasnya. "Saya permisi Tuan Anderson." Pamitnya meninggalkan Anderson yang tengah menghirup nafasnya lega.

Setidaknya putrinya dapat bertahan. Thnks God, batinnya lega.

* * *

Perlahan mata itu membuka menampilkan iris kelam si empunya,lalu mengerjap pelan sebelum pandangannya yang semula buram terlihat jelas.

Serba putih.

Itu yang dapat ditangkap oleh penglihatannya kala mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan.

Dimanakah ia?

Netranya menangkap alat yang terpasang di tangan kirinya. Kabel infus, batinnya.

"Gue dirumah sakit?" Gumamnya. Sekilas ingatan tentang kecelakaan kemarin berputar dibenaknya, bagaimana mobilnya ditabrak oleh sebuah truk yang sedang melaju kencang, lalu berputar-putar sebelum menabrak pembatas jalan yang berakhir dengan dirinya di ruangan serba putih ini. Ia bergidik ngeri, beruntung tuhan masih memberinya kesempatan untuk menikmati dunia sekali lagi.

"Flora." Panggil seseorang, membuat ia menoleh kesumber suara.

"Daddy." Lirihnya.

Anderson berlari kearah putrinya dan dengan cepat ia membawa putrinya kedalam pelukannya. Rasa lega itu langsung menyeruak didadanya kala melihat mata mungil itu kembali menatapnya. 2 hari mata itu tertutup cukup membuatnya hampir gila.

"Maafin Daddy sayang." Gumamnya sambil mempererat dekapannya.

Flora Aurora Anderson, gadis itu hanya terdiam dalam pelukan sang Daddy. Bagaimanapun rasa bencinya masih tertanam jelas untuk lelaki yang telah membuatnya hadir didunia ini.

Anderson melepaskan pelukannya. Ia tau luka yang digoreskannya pada putri kecilnya ini takan mampu sembuh dengan cepat, dan fakta yang harus dengan lapang dada ia terima bahwa putri kecilnya ini sangat membencinya. Ia tersenyum sendu sambil menepuk puncak kepala putri kecilnya. "Daddy tau. Maka dari itu Daddy minta maaf sama kamu Flo." Lirihnya tercekat.

My Boy Is A GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang