2
Il n'y a pas de verités moyennes
.
.
.
Tidak ada setengah kebenaran.
Hanya ada dua sisi:
Kebenaran atau kebohongan. Ungkapkan atau sembunyikan
-------- Je T'aime -------
Summer in July, 2016
Basah, lembap, dan dingin menemani tubuh jangkungnya berlari menembus rintik air yang turun dari langit. Uap tipis mengepul dari bibir selama langkah kakinya bersinggungan dengan genangan di sepanjang jalan. Cukup menggertakkan gigi adalah hal yang selalu ia lakukan untuk mengusir hawa dingin yang perlahan masuk di celah busana yang ia kenakan."Apa malam ini ada hal buruk? Kenapa hujannya tidak mau berhenti?" Runtuknya disela kakinya yang terus menembus hujan.
Hujan begitu lebat yang tak kunjung padam meskipun telah berjam-jam yang lalu. Entah langit seperti sedang ingin menumpahkan seluruh bebannya ke muka bumi.
Harapannya satu, hanya ingin segera sampai di rumah dan menyelamatkan kotak yang sedari tadi dia dekap dengan kedua tangannya erat, serta mengorbankan punggung sempitnya sebagai tameng untuk menampung bulir hujan agar tak membasahi sesuatu yang amat ia lindungi.
Hingga gertakan gigi telah terganti dengan senyum lebar tatkala deretan jeruji besi hitam yang amat ia kenali sebagai tempat tujuannya telah terlihat. Segera mempercepat langkah menjadi berlari, sampai tidak lagi terasa tetesan air dari langit menimpa kepalanya akibat tudung hoodienya yang tersingkap terkena angin.
Sesampainya di depan rumah, Ia keluarkan plastik yang membungkus sebuah kotak berharganya dari celah jaket, lantas mengusap rambut hitam kelamnya ke belakang, menimbulkan cipratan bulir kecil yang menetes dari anak rambut.
Dengan semangat ia masuk ke dalam rumah sambil mengeluarkan ponsel yang sedikit basah dan terasa dingin dari dalam saku celananya. Mengusap sekilas layar ponsel dengan pucuk lengan jaket yang menenggelamkan jemarinya, kemudian menekan lama panggilan cepat yang langsung terhubung dengan sosok di tempat lain.
"Eoh, kak. Kau sudah sampai mana?"
"Aku akan menunggu di kamarmu."
"Kenapa? Aku hanya ingin menunggumu pulang. Sudah, ya."
Dengan senyum kotak yang memperlihatkan deretan gigi putihnya Taehyung menutup cepat panggilan dengan kakaknya. Kakinya sudah tidak sabar ingin masuk ke dalam kamar sang kakak, tak memperdulikan seluruh pakaiannya yang masih basah. Dia diburu waktu, dan dia juga sedang merasa sangat bersemangat.
Keberuntungan ada di pihaknya. Pintu ternyata tidak terkunci. Pelan ia membuka pintu kamar. Gelap gulita. Ia sampai meraba-raba dinding kamar untuk menggapai saklar yang entah dimana letaknya. Terakhir kali dia masuk ke ruangan ini adalah dulu saat ia kecil dimana ruang ini sebelumnya adalah ruang kerja ayahnya, jadi dia sudah lupa dimana persisnya letak saklar.
Tepat! Tangannya menekan saklar dan lampu telah menyala. Buru-buru Taehyung ambil kotak di dalam plastik, lalu membuka penutup kotaknya. Kue ulang tahun bertuliskan ucapan selamatnya kepada kakaknya – Kim Seokjin yang kali ini genap berusia 23 tahun. Tak lupa Taehyung juga menancapkan lima lilin berwarna biru di atas kue dengan hati-hati. Lantas ia ambil lagi korek apinya, dan ia letakkan di atas nakas di samping kue tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime : C'est La Vie
FanficSINOPSIS Kim Taehyung begitu getolnya berusaha untuk mencarikan kakaknya seorang pendamping hidup mana kala dua fakta berhasil menekan hidupnya . Sampai akhirnya ia bertemu dengan Bae Irene-seorang wanita yang terlihat paling sempurna dimatanya untu...