Part 3. Probation

447 39 0
                                    

"Bukan karena bertemu lalu kita berjodoh, tapi karena berjodoh, maka kita bertemu"

"Saya yakin, mbak jodoh saya"

Kata-kata Ikrar masih menari-nari di benak Binar. Dan kata-kata itu terasa semakin nyata setelah sebelumnya ia merasa ini semua hanya mimpi.

Binar membuka kado pemberian Ikrar pelan-pelan karena bungkusnya yang begitu cantik. Ternyata di dalamnya ada sebuah bros cantik berbentuk mobil klasik tahun 1930-an.

Binar tersenyum, lalu meraih smartphone-nya. Ia membuka aplikasi WA-nya dan membuka chat dengan Ikrar.

Terimakasih hadiahnya, lucu banget, ini maksudnya aku disuruh beli mobil klasik gitu?

Sama-sama Mbak, hehe, nggak, mau beliin bros bentuk mobil buat Mbak Binar, tapi susah ternyata cari yang bentuknya Cherokee. Mau beli minatur-nya, Mbak udah punya.

Binar tersipu.

Ini lucu, aku suka kok, balas Binar.

Ikrar tersenyum saat tahu Binar menyukai hadiahnya, hatinya terasa hangat.

Terus, apalagi kata Ustadz kondang itu? Binar melanjutkan chat-nya.

Bahwa meskipun jodoh, tetap perlu ikhtiar.

Maksudnya gimana tuh?

Ya seperti misalnya orang yang sudah menikah, tetap harus menjaga hubungan agar tetap samara atau yang belum menikah ... ya seperti ini, pendekatan.

Hmm, gitu ya, menurutmu ini pendekatan?

Iya, menurut Mbak apa?

Kamu serius?

Apa dari kemarin saya keliatan nggak serius?

Ikrar menangkap keraguan yang masih bersemayam di hati Binar.

Kalau begitu, sekarang kita ketemu yuk, mumpung weekend. Kita bicarakan lagi. Mbak saja yang tentukan tempatnya

Deg. Jantung Binar berdegup. Untuk kedua kalinya sejak pertemuan di café itu, Ikrar bisa membuatnya olahraga jantung. Biasanya ia tidak punya perasaan apapun setiap kali janji temu dengan Ikrar, tapi sejak saat itu, ada perasaan campur aduk singgah di hatinya.

Ok, di Jumpin' Beans Cafe ya, deket rumahku, nanti aku share location

Binar akhirnya menyetujui untuk bertemu sore itu dengan Ikrar. Bagaimanapun ia juga harus bicara lebih detil lagi soal ini padanya.

***

Ikrar mengambil celana jeans dan kemeja flanel-nya dari lemari dan buru-buru mengenakannya. Ia melihat arlojinya, pukul 14.00. Ini hari Sabtu, notebene malam Minggu, kemungkinan dia akan sangat terlambat karena jalanan macet.

"Nu, pinjem motor ya", Ikrar memutuskan meminjam motor Ibnu adiknya yang sedang sibuk membersihkan kamera DSLR-nya.

"Iya, Aa' mau kemana gitu ?"

Probation Of Love ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang