Lagi-lagi Jimin merasa bahwa kaptennya bertingkah aneh. Padahal baru tadi malam mereka mengunjungi aquarium dan bercerita banyak tentang ikan-ikan yang mereka temui, dan siang ini Jimin seperti bertemu dengan Namjoon yang berbeda. Jimin tahu bahwa kaptennya punya banyak hal yang tidak dia ketahui, tapi Jimin tidak menyangkan bahwa kaptennya tidak meninggalkan petunjuk apapun agar Jimin setidaknya menyingkap sedikit rahasia apa yang dimiliki oleh laki-laki itu.
Kaptennya itu mendadak aneh setelah mendapat telepon saat makan siang bersama tadi. Jimin sudah bertanya siapa yang menelepon, namun kaptennya itu hanya tersenyum dan malah menyuruh Jimin untuk terus makan mengingat mereka harus lepas landas nanti malam menuju Kuala Lumpur. Karena merek berangkat malam hari, maka mereka akan mendarat di pagi harinya. Penerbangan yang cukup melelahkan, dan semakin melelahkan karena sikap Namjoon yang tidak tertebak.
Saat mereka sampai di crew lounge yang dimiliki maskapai Korean Airways di bandara ini, bukan hanya Jimin yang sadar bahwa Namjoon mendadak aneh, seluruh pilot tahu, tapi tidak yang berani menanyakan kenapa Namjoon bisa sekesal itu selain Seokjin. Begitu melihat Namjoon yang duduk dengan wajah tertekuk di sofa sudut ruangan, Seokjin langsung menghampirinya.
"Ada apa?"
"Dia tahu aku di sini." Namjoon mengusap kasar wajahnya, suara orang yang meneleponnya saat makan siang tadi masih terdengar jelas di telinganya. Suara yang sangat ingin Namjon lupakan.
Seokjin mengatup rahangnya. Tentu saja. Bandara ini adalah milik kerajaan Dubai, mustahil jika orang itu tidak mengetahui siapa yang keluar dan masuk bandara ini. Apa lagi jika itu adalah maskapai mereka.
"Harusnya kupilih bandara Dubai saja tadi." Namjoon menghela napasnya frustasi, mulai menyesali pengalihan bandara mereka.
"Itu Lebih buruk lagi, Namjoon. Kau juga tahu kalau bandara Dubai adalah markas utama Emirates Airline." Seokjin menepuk bahu pilot muda itu pelan. "Hang on there, sebentar lagi kita akan take-off. Cobalah untuk tidak menonjol."
Namjoon berdecak kesal, dia mana pernah mencoba untuk tampil menonjol, setidaknya setelah pindah ke maskapai ayahnya, Namjoon tidak pernah lagi. Setelah kejadian itu, dia lelah menjadi menonjol dan terbaik karena pada akhirnya dia akan kembali pada ayahnya.
Seokjin menghela napasnya, sadar bahwa ucapannya cukup tidak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, dan mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu pesawat selesai pengisian fuel dan cepat-cepat melakukan prosedur agar dokumen release mereka bisa cepat turun.
Sekitar sepuluh menit kemudian, empat puluh dua pilot sudah berkumpul di crew lounge, mengistirahatkan diri masing-masing sebelum penerbangan menuju Kuala Lumpur. Masih ada empat belas jam perjalanan lagi agar mereka bisa sampai di Seoul.
Karena waktu lepas landas yang berdempetan dengan jam makan malam, seluruh pilot memutuskan untuk makan malam di base, bukan di restoran hotel. Tidak ada pilot yang mengeluh karena hal itu, kecuali Jungkook. Dia menggerutu karena harus makan makanan cepat saji yang disiapkan oleh maskapai mereka. Ketika staff Korean Airways yang ada di Dubai memberikan mereka dinner set pada pilot yang melakukan ferry flight, seorang staff dari bagian marketing menghampiri Namjoon yang sedang duduk di meja bundar bersama Jimin, Jungkook dan Seokjin.
"Capt, pihak pengelola bandara ingin bertemu denganmu."
Namjoon melepaskan sumpitnya dan mengutuk apapun yang bisa dia kutuk dalam hatinya, pandangan Jimin dan Jungkook yang tampak kebingungan memperburuk suasana. Ini bukan waktu yang tepat.
"Kenapa mereka ingin bertemu dengan Namjoon-hyung?" Jimin tidak bisa menutupi rasa ingin tahunya kali ini. Jik ada hal mendesak, bukankah staff yang harusnya bertemu dengan pihak pengelola bandara?
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRPLANE
FanfictionMINJOON - Namjoon × Jimin Tentang Kim Namjoon, si kapten Korea Airways mantan kapten di Emirates Airlines. Tentang Park Jimin, si first officer baru Korea Airways, mantan first officer Jetstar Japan. Tentang cerita di ketinggian 32.000 kaki d...