Part XXX

2.1K 275 17
                                    

Seseorang laki-laki dengan buru-buru menekan beberapa angka di intercom dengan tangan sedikit gemetar. Setelah berhasil memasukan enam digit angka, pintu pun terbuka. Ia segera berlari menghampiri gadis yang sedang duduk di mini bar. Gadis tersebut tampak kacau sepertinya, matanya sembab akibat nangis berlarut-larut dan juga rambut yang sedikit berantakan.

"aku uda ngambil keputusan"
"kita harus pergi dari sini!" seru lelaki itu dengan mencekram lengan gadis di depannya.

Pandangan gadis tersebut yang semula kosong kini beralih ke lelaki di hadapannya, cukup lama ia menatap sampai kemudian ia membuang tatapannya sambil tersenyum miring.

"sudah berakhir"
"apa yang harus di pertahankan?" balasnya yang kemudian ia meneguk gelas berisi wine tersebut hingga habis dan kemudian menuangkannya kembali

Lelaki itu merebut gelas berisi wine tersebut dengan paksa, lalu ia meneguk sisa wine tersebut. Setelah itu kedua tangan besarnya mencekram bahu sang gadis, agar gadis tersebut berfokus dengannya.

"aku sudah janji untuk menikah sama kamu...bukan sama orang lain"
"aku tidak peduli dengan perjodohan konyol itu.."
"aku hanya mau sama kamu" terangnya dengan lembut.
"aku cinta kamu Hana, kamu tau kan?" lanjutnya lagi

Air mata Hana mulai mengalir tapi ia menangis bukan karena ketulusan Seungwoo yang sangat mencintainya, gadis itu menangis memikirkan bagaimana masa depan yang sudah mereka bangun sejak dulu kini hancur karena keinginan keras orang tua Seungwoo untuk menjodohkannya pada gadis lain.

"tapi ini keinginan orangtua lo"
"gue bisa apa?"

"kita pergi dari sini!" ajaknya dengan tegas. Seungwoo mengeluarkan dua passport atas namanya dan nama Hana serta dua tiket pesawat tujuan New York.

"lo gila ya?" suara Hana meninggi karena tak percaya dengan tindakan nekat Seungwoo.

"Seungwoo, ingat lo satu satunya pewaris!"
"kalau lo pergi, siapa yang bakal gantiin bokap lo kelak?" sambung Hana lagi.

"aku gak peduli sama perusahaan"
"aku gak butuh semuanya"
"aku cuma butuh kamu disampingku" tuturnya dengan mengelus puncak kepala Hana. Namun bukan persetujuan yang diterima Seungwoo, melainkan penolakan. Hana bahkan menyingkirkan lengan Seungwoo dari kepalanya.

Ia berdecak tak percaya dengan tindakan bodoh Seungwoo lalu menyilangkan kedua lengannya di depan dada sambil menatap Seungwoo dengan tajam.
"Seungwoo jangan naif!"
"bagaimana kita bisa hidup kalau lo bukan jadi pewaris bokap lo?"
"mau makan pake apa? cinta lo?" Hana tertawa remeh sedangkan Seungwoo masih diam terpaku.

"aku masih bisa hidupin k-kamu" balas Seungwoo dengan sedikit terbata.
"selama kamu sama aku, aku yakin kita berdua bisa survive..." lanjut Seungwoo yang kembali meyakinkan Hana.

"pas-pasan maksud lo?"
"lo pikir gue bisa hidup sederhana?"
"ingat ya selama ini, setelah lo ngasih segalanya kaya apartemen, pendidikan, baju mahal, tas bermerek bahkan uang saku... dan lo berharap gue jadi hidup pas-pasan hanya demi cinta lo?"
"gue gabutuh cinta lo Seungwoo"
"tolong lah berfikir realistis"

Hana beranjak dari kursi, gadis itu berjalan menuju jendela apartemen yang langsung menghadap perkotaan. Malam itu kaca jendela dipenuhi tetesan air hujan yang ntah sejak kapan turun, namun demikian Hana masih melihat dengan jelas sorotan sinar lampu yang menghiasi kota saat malam tiba.

Indah!

Satu kata yang tepat menggambarkan suasana malam dari balik jendela apartemen miliknya, sayangnya keindahan malam itu berbanding terbalik dengan hubungannya dengan Seungwoo. Hubungan yang sudah dijalin selama 5 tahun itu tampaknya akan berakhir dengan cara yang paling buruk. Semuanya karena keinginan keras orang tua Seungwoo yang menjodohkannya dengan anak rekannya secara mendadak padahal mereka tau bahwa Seungwoo dan Hana masih menjalin hubungan, bahkan berniat ke arah yang lebih serius.

Hana tau sejak awal hubungan ini tidak benar. Hanya Seungwoo seorang yang berjuang mempertahankan hubungan ini sedangkan Hana, ia memilih menggali keuntungan yang diterima dari Seungwoo. Benar, ini mutlak cinta bertepuk sebelah tangan. Bertahun-tahun lamanya Seungwoo mencintai Hana tanpa mengetahui perasaan Hana yang sebenarnya. Selama ini Hana berdusta mengenai perasaannya, nyatanya tak sedikitpun pun ia menyukai Seungwoo. Hana hanya memanfaatkan perasaan Seungwoo agar ia mampu bertahan hidup.

Hana sudah lelah menjadi gadis miskin yang bergantung pada rumah panti. Selama ia hidup, tak pernah sekalipun ia menerima apa yang ia inginkan, tidak sampai ia bertemu Han Seungwoo. Hana juga memiliki cita-cita yang tinggi. Namun cita-cita tinggi tentu akan sia-sia kalau tidak diiringi dengan pendidikan yang tinggi juga. Pendidikan tinggi artinya membutuhkan uang yang banyak sedangkan ia hanya seorang anak yatim piatu yang ditelantarkan orangtuanya. Makanya Hana memilih jalan pintas dengan memanfaatkan kekayaan dan kenaifan Seungwoo untuk membiayai pendidikannya. Seungwoo sangat baik dengannya semua keinginan Hana akan Seungwoo kabulkan, sampai Hana tak sadar kebaikan Seungwoo merubahnya menjadi serakah. Tak hanya pendidikan yang dibiayai oleh Seungwoo namun seluruh hidup Hana mulai dari makan, tempat tinggal bahkan uang saku untuk sehari-hari semuanya dibiayai oleh Seungwoo dan keluargannya. Hana pikir cara terbaik untuk membalas kebaikan Seungwoo adalah dengan cinta palsunya. Dan cinta palsu tersebut pun sudah berjalan lebih dari 5 tahun.

"Hana.." panggil Seungwoo

"hm" balas Hana tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.

"ayo kita pergi" bujuk Seungwoo sekali lagi, kali ini suara lelaki itu mulai terisak tapi sayangnya Hana tampak tak peduli.

"aku gak bisa Seungwoo" tutur Hana

"kalau kamu memilih untuk berhenti jadi pewaris artinya hubungan ini juga berhenti..." sambungnya lagi.

"maksud kamu?" Seungwoo berjalan pelan menghampiri Hana.

Hana berbalik menghadap Seungwoo, tangannya masih terlipat di depan dada
"aku gak nyangka kamu senaif ini Seungwoo"
"dulunya aku pikir kamu orang terpintar yang aku temui ternyata kamu sangat bodoh ya?"

Hana menarik nafas dengan keras "hubungan kita sampai disini aja ya".

Seungwoo menatap Hana dengan sorot tajamnya, kemudian ia mengguncang pundak gadis itu berharap sang gadis sadar akan ucapan yang mulai melantur.

"jangan becanda, na" tuturnya dengan wajah paling serius

"siapa bilang aku becanda?"
"kamu dijodohin sama orang lain"
"kalau kamu pun menolak, kesempatan kamu menjadi pewaris juga hilang"
"aku rasa hubungan kita sudah tidak ada masa depannya lagi"
"so kita akhiri aja ya" setelah mengucapkan kata-kata tersebut Hana bergegas pergi meninggalkan Seungwoo namun langkahnya terhenti ketika Seungwoo menarik tangannya.

"na plis jangan ngomong gitu"
"aku tuh sayang banget sama kamu...kamu juga kan?"
"kita perjuangin bareng ya" Seungwoo memohon dengan sangat, ia bahkan kehilangan akal sehatnya karena ia mulai menangis. Tangisan yang sangat memilukan bagi setiap orang yang melihatnya tapi tidak dengan Hana. Gadis itu bahkan tak tertarik dengan isakan Seungwoo.

"Seungwoo kita akhir aja ya"
"dari dulu aku gak suka sama kamu...selama ini aku cuma manfaatin kamu!"
"kamu sadar gak sih?"

"sadar" balas Seungwoo dengan cepat
"tapi aku gak peduli na"
"kamu bisa manfaatin aku sampai kamu puas" lanjutnya lagi.

"dasar bodoh" cibir Hana, lalu ia melepaskan lengan Seungwoo dengan paksa.

"Okay stop!"
"setuju atau ngga, gue gak peduli lagi"
"gue uda lelah jadi orang jahat"
"mau seberapa besar usaha gue buat cinta sama lo..tetep aja gak bisa"
"lepasin gue ya Seungwoo"
"biar kita berdua bahagia"

Breath // Han Seungwoo - PDX 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang