Part XXIII
"kamu bisa nemenin aku ga ke galeri Artdium hari sabtu?" tanyaku pada Seungwoo ditengah sarapan.
"ngapain?" tanyanya
"temen aku ada yang gelar pameran"
"bisa ga?"Seungwoo tampak menimbang, butuh 10 detik baginya untuk menjawab "bisa deh kaya nya, aku free tanggal segitu".
"bagus deh" seruku bahagia.
Seungwoo memeriksa jam tangannya, dan selanjutnya ia berdiri dengan buru-buru "aku duluan ya, uda telat nih"
"iya, hati-hati" aku mengantarnya hingga depan pintu, aku tak langsung berbalik yang ku lakukan dari depan pintu adalah mengamati punggung laki-laki itu yang mulai menjauh dari pandanganku dan kemudian menghilang setelahnya. Aktivitas ini selalu ku lakukan setiap pagi, mengantarnya dan menunggu hingga tubuhnya menghilang dibalik lift.
Akhir-akhir ini Seungwoo semakin sibuk dengan pekerjaanya, ia selalu saja pergi dengan terburu-buru, terkadang ia tak sempat menghabiskan sarapannya dan kemudian pulang selalu telat. Bahkan aku hanya melihat wajahnya tak lebih dari 2 jam setiap harinya karena ia pergi pagi dan saat pulang aku pasti sudah tertidur padahal kami masih tinggal dalam satu atap.
Aku tak mau mengeluh dengan kesibukannya karena aku sangat tau Seungwoo benar-benar mencintai pekerjannya, dan Seungwoo juga merupakan masa depan perusahaan. Waktunya habis untuk berfokus pada kemajuan perusahaan, karena kelak ratusan kepala keluarga yang bekerja di perusahaan tersebut menjadi tanggung jawab Seungwoo. Yang diperlukan Seungwoo saat ini adalah dukungan penuh dariku. Dan aku berjanji pada diri sendiri untuk terus berada di sampingnya, memberikannya semangat serta memberikannya pundak bila ia mulai lelah.
--
Aku mulai bergegas untuk pergi ke galeri, tak lupa sedikit make-up ku paparkan di wajahku.
Sudah selesai! gumamku pada diri sendiri, aku tampak puas dengan penampilan ku kali ini. Hari ini aku menggunakan blouse sabrina bermotif floral dengan paduan celana denim, rambut yang biasa ku ikat, kini ku biarkan terurai.
Anggap saja hari ini ngedate bareng Seungwoo!
Memikirkannya saja aku sudah bahagia.
Ngomong-ngomong tentang Seungwoo, hari ini ia izin keluar sebentar sebelum pergi denganku jam 3. Ada urusan dadakan, katanya. Namun saat jam menunjukkan pukul 3, lelaki itu belum juga pulang atau memberiku kabar.
Ting
Sebuah notif WA muncul di layar hp ku, seperti yang ku duga pesan tersebut dari Han Seungwoo.
"sayang maaf aku gak bisa pergi harini"
"kamu sama teman-teman kamu dulu ya"Pesan darinya yang harusnya membuatku senang malah membuatku kesal. Raut wajahku pun berubah 180 derajat. Aku marah, bukan karena Seungwoo tak bisa menemaniku namun marah mengapa ia baru mengabariku sekarang.
Aku kan sudah menunggunya! Menyebalkan sekali huh
Helaan nafas terdengar berat dariku, aku tak membalas pesan dari Han Seungwoo dan memilih untuk pergi sendiri.
--
"hey" Sapa laki-laki setelah berlari kecil menghampiriku
Aku membalas senyumannya dengan nanar. Entahlah mengapa persaatku sedikit sakit hari ini, mungkin kenyataan Seungwoo lagi-lagi tak disampingku ketika ia sudah berjanji membuatku sedikit kecewa. Sangat kecewa lebih tepatnya.
"lo kenapa?" tanya Kookheon khawatir melihat wajahku yang sedikit murung.
"ah gapapa kok" jawabku bohong, kemudian aku tersenyum seceriah mungkin agar kebohonganku tak terdeteksi olehnya. Bagaimana pun Kookheon masih sedikit asing di hidupku, aku tak ingin ia mengetahui kesedihanku sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath // Han Seungwoo - PDX 101
Romantizm[Completed] Oh Tuhan selamatkan aku dari perjodohan konyol ini!!! Story by: @yawdasih