Ro : Kali ini, shipnya straight dulu ya....
###################################
Inosuke pov
Mimpi buruk? Aku pernah mendapatkannya, mimpi buruk dimana aku kehilangan ibuku. Namun, lain daripada itu aku belum dapat sama sekali. Atau udah kudapat, hanya aja dah kulupa. Entahlah, aku sendiri gak tahu soal gituan. Yang penting itu hanyalah mimpi buruk, dan... ya... aku dapat mimpi tersebut karena kematian ibu. Jikalau ibu gak mati, palingan aku gak akan jadi seorang pemburu iblis. Dan ya... aku tidak akan bertemu Tanjirou, Zenitsu, Shinobu, Kanao, Genya... dan... Aoi.
Kanzaki Aoi, salah satu anggota pemburu iblis yang tidak pernah pergi dalam misi. Namun, untuk ukuran seorang gadis... dia bisa dibilang cukup hebat. Dan aku mengagumi bahwa dia mencoba berguna walau gak berperang. Dan ya... seorang dokter juga diperlukan, jadi dia itu lebih dari berguna. "Inosuke, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Gonpachiro.
"Tidak ada, aku hanya memikirkan gadis di kediaman kupu-kupu, kupikir namanya Aoi."
"Ohw... kau memikirkan Aoi-san ya? Apa yang kau pikirkan dari dia?" tanya Mochachiro sambil duduk disebelahku.
"Entahlah, aku hanya memikirkan seberapa besar tekad gadis itu. Walaupun dia mengatakan bahwa dia takut dengan oni, tapi dia ingin dirinya menyelamatkan orang lain. Dan dia melakukannya, dia merawat kita para pemburu oni yang sakit. Jika kita sehat, maka kita bisa memburu oni dan menyelamatkan banyak orang. Dan aku bisa menghargai apa yang dilakukan Aoi," jelasku.
Kamibochiro tersenyum kearahku, dan mengelus kepalaku. "Apakah kau sadar bahwa kau mengatakan nama Aoi dengan benar?"
"Itu mah tidak pantas dipuji, aku bisa mengatakan nama siapa pun setelah 6 kali percobaan."
"Tapi kau mengatakan nama Aoi dengan benar 2 kali berturut-turut," jelasnya.
Mataku terbelalak akan kesadaran, itu benar... aku mengatakan nama Aoi dengan benar di ucapan dan pikiranku.
"Apakah kau hanya mengaguminya? Atau lebih dari itu?" tanya Machachiro. Aku menatap tanah, dan bertanya pada diri sendiri, apakah aku lebih dari sekedar mengagumi Aoi? "Coba tanya dia dulu? Karena ini dah malam, kemungkinan dia ada dikamarnya." Akhirnya Tanjirou pun meninggalkan aku, dan aku hanya bisa terduduk sambil menatap bulan. Kanzaki Aoi... apa yang membuat aku menghafal namanya? Tapioka aja masih belum kuhafal namanya, walau aku mengaguminya.
.
.
.
.
.
Aku pun memutuskan pergi ke kamar Aoi, aku tahu dimana letaknya karena aku pernah secara gak sengaja masuk kekamarnya. Ketika berada didepan pintu kamarnya, aku langsung membukannya tanpa minta izin. Didalam aku bisa melihat Aoi menangis dalam tidurnya, dan dia pun meronta-ronta entah mengapa. Ketika aku mendekatinya, dan menyentuh dahinya dia pun terbangun dan menonjok diriku.
"HEY!!!! ITU MENYAKITKAN!!!" keluhku. Aoi kemudian menatapku dengan mata berkaca-kaca, dan nampaknya dia mengalami kesulitan bicara. "I-I-I-Inosuke?"
"Ada masalah apa? Kenapa kau menangis dan meronta-ronta..." tanyaku yang dipotong oleh dia yang tiba-tiba aja menerjangku. Aku pun jatuh, dan itu membuat kepalaku sakit. "Syukurah... *hiks* syukurlah kau masih hidup..." katanya sambil menangis dibalik pundakku. Aku tidak melakukan apa pun, yang hebat dalam menyemangati orang lain adalah Gonpachiro bukan aku. "Mimpi apa yang kau dapatkan sampai kau seperti ini?" tanyaku.
"Aku bermimpi mengenai hari dimana aku kehilangan ayah dan ibuku, dan kakak lelakiku menggendong aku sambil lari menyelamatkan diri dari para oni yang masih sibuk memakan ayah dan ibu. Ketika kami sudah hampir bebas, tiba-tiba saja ada seorang oni berdiri dihadapan kami. Dia menatap kami dengan kejam, dan siap membunuh kami. Namun, kakak itu cerdas, dia dengan cepat menyembunyikan aku disalah satu lubang pohon wisteria didekat sana. Untuk mencegah oni itu memakanku, kakak mengorbankan dirinya demi aku bisa hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfaedah drabble from KNY
FanfictionHanya kumpulan cerita gak guna dan gak jelas :v :v :v