Ro : Makasih bagi Owlandpidgeon yang dah request UwU. Pindahin nih cerita ke buku ini aja deh, supaya buku gak numpuk :v.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Author pov
"Itu akan mengajarimu karena telah membantah perintahku." Seorang wanita tergeletak penuh luka dan memar dilantai, dan didepannya seorang pria berdiri sambil memegang botol sake. Wanita itu tidak lagi bergerak, dan tidak diketahui apakah wanita itu masih bertahan atau tidak. "Cih... kau dan anak kotormu sama saja," kata pria itu sambil keluar dari sana.
Wanita itu tidak bergerak setelah pria itu pergi, melihat itu seorang anak berumur 3 tahun yang bersembunyi sedari tadi pun menghampirinya. Anak tersebut kondisinya sama naas dengan wanita itu, dia dipenuhi luka dan memar. Bedanya, luka dan memarnya ditutupi dan diobati, sedangkan luka dan memar wanita itu dibiarkan begitu saja. "Ibu...? Ayah sudah pergi... kenapa ibu tidak bergerak?" tanya anak itu sambil berlutut disamping ibunya.
Ibunya tidak menjawab, "Ibu... apa kita lagi bermain?" tanya anak itu sekali lagi. Tidak ada jawaban lagi, anak itu kemudian menyentuh ibunya, suhu ibunya begitu dingin. Sedingin es, layaknya seseorang yang telah meninggal. "Ibu kedinginan, ayo ke kamar bu... nanti ibu masuk angin loh, ketika ibu masuk angin nanti ibu kena demam." Ibunya tidak menjawab, dia pun berusaha mengangkat ibunya.
Dan alangkah ajaibnya, dia berhasil mengangkat ibunya. Dia membawa ibunya perlahan ke tempat tidur, dan menyelimuti ibunya. "Akan kucarikan ibu sup, supaya ibu tidak lagi kedinginan," katanya sambil pamit keluar dan mengunci pintunya.
Veli : Gak apa-apakan kalau dia mengunci ibunya dari luar? Kan ibunya lagi tidur, jadi wajar aja kan?
Diluar sedang hujan, tapi itu tidak menghentikan anak tersebut untuk mencari sup untuk ibunya. Dia tidak memiliki payung, jadi dia harus berlari dalam hujan untuk mendapatkan sup. Hujan membasahinya, genangan air membuat dirinya semakin kotor, penampilannya membuat semua orang menatap dia. Ketika dia sudah hampir sampai ke toko sup, dia menabrak seorang gadis. Akhirnya, dia dan gadis itu pun terjatuh. "Ah maaf... apa kau baik-baik saja?" tanya gadis tersebut.
Anak itu hanya mengangguk, dia mencoba memfokuskan pandangannya, tapi dia kesusahan. Ketika pandangannya terfokuskan, dia melihat seorang gadis yang mengulurkan tangannya pada dia. "Apa kau baik-baik saja? Maaf aku menabrakmu, aku tidak melihat jalan..." kata gadis itu.
"Maafkan aku juga, aku sendiri tidak memperhatikan jalan..." kata anak itu sambil mencapai tangan gadis tersebut. Dia terkejut ketika mendapati rok gadis itu kotor, "Maafkan aku... kau pasti jatuh di genangan dan membuat rokmu kotorkan? Maafkan aku sebesar-besarnya," katanya sambil membungkuk minta maaf.
"Gak apa-apa, lagian kenapa kau berlari tanpa payung ditengah hujan?"
"Aku ingin membeli sup untuk ibuku, tapi karena aku tidak ada payung, maka langsung lari saja," katanya. Dia pun tersadar bahwa dia meninggalkan ibunya yang kedinginan sendirian dirumah. "AKU HARUS PERGI!!!" katanya sambil berlari ke toko sup. Sesampainya disana, dia dilarang masuk ketoko.
"Mengapa aku tak boleh masuk?"
"Karena kau kotor, dan para pelanggan akan illfeel kalau melihat dirimu. Kami akan kehilangan pelanggan, hanya karena satu anak kotor, dan kami gak mau itu terjadi," jelas pemilik toko yang mencegah anak itu masuk. Anak itu hanya bisa mengembungkan pipi kesal, dan berbalik. Itu toko sup satu-satunya, kalau toko itu menolak aku masuk, apa lagi toko besar lainnya, batin anak tersebut. Dia menatap langit, sekarang dia lagi berteduh didepan toko sup sambil berpikir dimana dia mau membeli sup kaleng. "Hey..." panggil seseorang.
Anak itu berbalik, dan dia terkejut mendapati gadis yang tadi dia tabrak. "Ini, ambillah," kata gadis itu sambil menyerahkan sekaleng sup.
"Eh...? Gak usah repot, aku bisa nyari ditempat lain," balas anak itu.
"Tapi kondisi ibumu akan memburuk jika kau semakin lama, terimalah, gak usah diganti," kata gadis itu sambil menyerahkan kaleng sup tersebut. Anak itu melihat lekat-lekat gadis tersebut, dan kemudian menarik gadis tersebut. "Eh? Kenapa?"
"Pakai payungmu, aku gak mau kau kebasahan," kata anak itu. Gadis itu menurutinya dan memakai payungnya, ternyata anak itu menarik gadis itu kerumahnya. "Ini dimana?" tanya gadis itu sambil melihat gedung yang terlihat begitu sederhana didepannya.
"Ini rumahku, walau ada dilantai 2 sih, tunggu sebentar ya..." kata anak itu. Gadis itu mengangguk pelan, dan melihat anak itu pergi. Tidak lama kemudian dia kembali dengan sebuah bola, bola dengan motif begitu indah. "Ambillah, walau aku tahu ini tidak setara dengan sup yang kau berikan," kata anak itu sambil tersenyum. Wajah gadis itu menghangat, dan tersenyum sedih padanya.
"Bola ini jauh lebih berharga dari sup yang kuberikan padamu, simpanlah... aku tidak pantas mendapatkannya," kata gadis tersebut.
"Hidup ibuku jauh berharga dari bola yang kuberikan, terimalah... aku ingin kau mendapatkannya," kata anak itu dengan senyum yang sangat lebar. Gadis itu pada awalnya terkejut, tapi pada akhirnya ikut tersenyum dengan anak itu. "Makasih banyak, aku pergi dulu, semoga kita bisa bertemu dimasa yang akan mendatang," kata gadis itu sambil melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa," balas anak itu.
Anak itu pun naik kelantai 2, ketika sampai kelantai 2 alangkah terkejutnya dia menemukan pintu rumahnya kebuka. "IBU!!!" katanya bergegas masuk. Didalam dia melihat banyak petugas medis, beserta beberapa polisi sedang menahan ayahnya. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan penuh ketakutan.
"SEMUA INI SALAHMU ANAK KOTOR!!!! SEMUANYA SALAHMU!!!! IRENE MATI KARENA DIRIMU!!!!!" teriak lelaki itu dengan penuh murka sambil berusaha membebaskan dirinya dari genggaman beberapa orang. Ibu...? telah meninggal? Tidak mungkin, batin anak itu sambil berlari kekamar. Benar saja, petugas medis sudah membungkus ibunya, ibunya sudah tiada.
Anak itu jatuh terduduk melihat kondisi ibunya, tubuhnya terasa lemas, lidahnya begitu keluh... tidak ada yang bisa dia ucapkan. Dia memandangi para medis, mereka membawa pergi ibu entah kemana. "Pak, ini bukan salah anak pak," kata seorang polisi.
"INI SALAHNYA!!!! KARENA DIA ITU MENJIJIKAN SEHINGGA IBUNYA MENINGGAL KARENA TERTULAR PENYAKIT DARI KEKOTORANNYA!!!!" Seketika ruangan itu terasa sunyi, anak itu tidak dapat mendengar suara lagi. Dia tetap terdiam menangis, merenungkan apa yang dikatakan ayahnya, Apa yang ayah katakan benar? Maka itu artinya... aku telah.... Dia tidak berbicara, dia tidak berteriak, dia hanya duduk menangis, tapi semuanya terasa hancur baginya.
Semuanya terasa kabur, terasa begitu jauh, terasa begitu gelap, akhirnya anak itu jatuh pingsan. Ayahnya dibawa ke penjara atas tuduhan pembunuh ibunya, tapi dia merasa bahwa dialah yang bertanggung jawab. Dan beban itu dipikulnya selama bertahun-tahun, dan itu mengubahnya. Mengubahnya menjadi orang lain, mengubah segala sifatnya, mengubah segalanya yang pernah dia miliki.
•TBC•
Ro : Sekali-kali jangan nulis oneshot deh, nulis short story deh, ngelatih cara nulis dan kerajinan gitu :3.
Ro : Bagi kalian yang mau request, silahkan aja, nanti kutentukan akan buat short story atau oneshot OwO. Sekian dariku, makasih dah baca ceritaku.
Bai-bai
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfaedah drabble from KNY
FanfictionHanya kumpulan cerita gak guna dan gak jelas :v :v :v