VS-3

22 7 2
                                    


"Sebelum mekar indah, semua berasal dari sebuah kuncup yang perlahan mulai bersemi."

Audry

Vio bersenandung sambil menuruni tangga. Dari arah belakang ada seseorang yg menarik tangannya hingga ia berputar menghadapnya.

"Mau ke mana lo?" tanya seorang cewek yang memakai seragam sama dengannya. Aruni panggilannya.


"Sekolah," jawab Vio enteng.

"Kerjaan lo udah selesai?"

"Gue bukan babu lo!"

"Lo berani sama gue?"

"Lo bukan Tuhan, kenapa gue mesti takut sama lo?"

Aruni tampak kesal. Ia selalu kalah saat adu mulut dengan Vio. Akhirnya ia selalu mengadu pada mamanya.

"Mama, Vio udah mau kabur dari tugas!" teriak Aruni.

Zoya, mama Aruni yang sedang berada di kamar langsung keluar dan menghampiri anaknya. Bi Nani pun yang sedang serius di dapur ikut berlari menghampiri kedua majikannya itu.

"Kenapa, Runi?" tanya Zoya lembut.

"Lihat, Ma, dia udah siap mau sekolah. Padahal baju Runi belom dia setrika," adu Aruni pada mamanya.

Zoya beralih menatap Vio. Tatapan sinis itu membuat Vio jengah.

"Kamu dengar 'kan? Setrika baju Runi sekarang!" perintah Zoya.

Vio tersenyum miring, "Tante Zoya yang terhormat, bukankah Tuhan sudah menciptakan dua tangan untuk masing-masing kalian. Lalu untuk apa tangan itu jika pekerjaan yang bisa kalian lakukan masih meminjam tangan orang lain?"

Bi Nani yang menjadi penonton sedari tadi langsung tertawa kecil mendengar ucapan majikannya. Berbeda dengan Zoya dan Aruni yang kini wajahnya berubah kesal setelah mendengar ucapan Vio.

"Kamu berani melawan, ya!" Zoya mengulurkan tangannya untuk menjambak rambut lurus Vio, tapi Vio langsung menepisnya.

"Gue bukan Cinderella yang dengan sukarela bisa kalian suruh-suruh seperti babu."

Setelah mengucapkan itu, Vio berbalik dan melanjutkan langkahnya keluar rumah. Mengeluarkan mobil dari garasi dan langsung melaju menuju sekolah.

***

Suasana masih terlalu pagi untuk masuk sekolah. Gerbang sudah terbuka lebar, namun masih sedikit murid yang datang. Vio bersama teman-temannya masih di parkiran sekolah. Memperhatikan satu persatu siswa yang melewatinya.

"Vi, lihat! Itu cewek kayak mau pindahan deh, bukunya dibawa semua loh!" seru Audry sambil menunjuk seorang cewek berkacamata yang kerepotan karena membawa buku terlalu banyak.

"Itu cewek rajin, Dry. Emang kita ke sekolah cuma bawa buku seingatnya doang," timpal Vio sambil tertawa.

Arlitta hanya geleng-geleng melihat dua temannya itu. Setelah kemarin tegang, kini mereka kompak lagi. Seperti itulah mereka, cepat berantem cepat pula baikan.

"Perut gue bunyi, cari makan yuk!" ajak Arlitta.

Audry dan Vio mengangguk setuju, tapi Windy hanya diam. Ketiga temannya bingung melihat Windy yang mendadak diam.

Violetta (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang