"Kamu seperti boneka barbie yang selalu tampak sempurna. Karena itu aku ingin selalu memainkannya."
Playboy
“Lo kira gue beneran suka sama dia? Enggak banget. Dia itu Cuma sasaran empuk ke-playboy-an gue.”
“Lo gila!”
“Lo baru kenal gue?”
“Bangsat lo!”
“Hahaha, selametin aja dia kalo lo bisa, tapi gue yakin lo nggak akan bisa, karena apa? Karena dia udah jatuh cinta sama gue setengah mati! Lihat aja nanti, dalam seminggu setelah gue jadian sama dia, dia akan baris sama jajaran para mantan gue!”
Atha terbangun dengan mimpi itu lagi. Mimpi yang sangat ia benci sejak mendengar pengakuan dari seseorang. Ia merasa bego pernah kenal orang seperti dia. Meski ia juga sadar, apa yang ia dengar dari mulut busuknya adalah suatu kenyataan.
“Enggak, gue nggak akan biarin semua ini terjadi lagi. Gue nggak akan rela dia mengulang masa lalu itu,” geramnya frustrasi.
Ia melihat jam di atas nakas, jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Kembali tidur ia tak bisa, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil air wudhu dan bersiap melaksanakan sholat sunnah.
***
Arlitta dan Vio bersiap berangkat bersama menggunakan motornya masing-masing. Saat Vio ingin menyalakan motornya, ternyata motornya tak bisa hidup.
“Ar, kok motor gue nggak bisa, sih?” keluh Vio.
“Yakin nggak bisa?” tanya Arlitta meyakinkan.
“Iya, lo coba deh!”
Arlitta turun dari motornya dan mencoba menstater motor Vio. Setelah beberapa kali, ternyata motor Vio benar-benar tidak bisa dihidupkan.
“Ya udah, pake motor gue aja!” putus Arlitta.
Vio menurut, ia mengambil tasnya dan beralih ke motor Arlitta. Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang hingga Vio hampir terjungkal ke belakang.
“Bareng aku!”
Vio menoleh, menatap orang yang sudah menangkap tubuhnya karena hampir terjatuh.
“Atha?” pekiknya.
“Yuk, berangkat sekarang! Udah siang, nanti telat loh,” ujar Atha sambil menarik tangan Vio menyeberang jalan ke rumahnya.
“Eh, tapi gue bareng Ar aja!” Vio berusaha melepaskan diri dari Atha.
Atha tidak memedulikan teriakan Vio. Ia terus menarik Vio hingga sampai di motornya. Ia memakaikan helm ke kepala Vio, kemudian memakai untuknya sendiri. Ada rasa yang berbeda yang dirasakan Vio. Berbeda saat Langit yang memperlakukan hal yang sama kala itu.
“Naik!” perintah Atha.
Vio melihat ke arah Arlitta, setelah Arlitta mengangguk, ia pun naik di belakang Atha.
“Pegangan!“ cetus Atha dari balik helm-nya.
"Udah," balas Vio cuek.
Atha melirik ke perutnya, tidak ada sentuhan tangan di sana. Ia menghembuskan napas dalam. Tanpa ucapan lagi, ia langsung menarik tangan Vio agar melingkar di perutnya.
"Atha, apaan sih. Lo 'kan bukan siapa-siapa gue!" protes Vio.
Vio menarik tangannya, tapi Atha kembali menarik tangan Vio. Saat Vio ingin menarik lagi, tangan kiri Atha sudah menggenggam kedua tangan Vio hingga Vio tak bisa lagi menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violetta (Hiatus)
Teen FictionPerjalanan seorang remaja dengan berbagai kisahnya. Bertemu dengan dia yang memberi cinta dan luka di kala senja. Hingga menemukan dia yang tulus menerimanya namun tak bisa memilikinya. Sesuatu sering terjadi tanpa alasan yang jelas di waktu yang j...