VA - 11

7 2 0
                                    

Jika mimpi itu manis, maka kau perlu belajar menerima kenyataan yang tak seindah mimpi.

Atha

“Langit!”

Langit langsung menoleh saat mendengar suara Vio. Cewek di sebelahnya pun ikut menoleh dan memperhatikan Vio dengan tatapan benci. Vio maju mendekati dua manusia yang kini sudah berbalik dan menghadapnya sempurna.

“Kenapa kamu bisa sama ular ini, Lang?” tanya Vio dengan emosi yang masih tertahan.

“Siapa yang lo sebut ular, hah?” cewek di samping Langit langsung mendorong tubuh Vio hingga Vio mundur satu langkah.

Vio tersenyum miring, “Jadi dia urusan lo yang lebih penting dari gue?”

“Jelaslah gue lebih penting dari lo, lo kan cuma anak broken home yang udah kayak sampah dan udah nggak dianggap sama bokap lo sendiri!” ejek cewek di samping Langit, Aruni.

Air mata Vio sudah tidak bisa ia tahan lagi. Bahkan Langit pun hanya diam saat Aruni mengucapkan hal yang sangat menyakitkan itu. Bukankah Langit masih berstatus pacar Vio? Apa semua itu hanya imajinasi Vio?

“Udah deh lo nggak usah tunjukin muka jelek lo di hadapan gue dan pacar gue! Nggak akan ngaruh tahu nggak?!” teriak Aruni.

“Pacar?” cicit Vio.

“Iya pacar. Kenapa? Kaget lo?” Aruni bergelayut mesra di lengan Langit dan Langit pun membalasnya tak kalah mesra.

“Sejak kapan?”

“Bego lo! Lo itu cuma mainan kita asal lo tahu. Gue yang nyuruh Langit buat jadiin lo pacar.”

Deg ….

Hati Vio hancur seketika. Bersama dengan pengakuan Aruni, senja muncul dengan rona jingganya yang sangat indah. Terulang kembali, Vio menerima rasa sakit itu bersama dengan datangnya senja. Kini ia tidak bisa lagi berucap. Semua yang ia dengar sudah cukup menjelaskan apa yang ingin ia ketahui. Mungkin inilah alasan Atha mengajaknya ke tempat ini. Tempat yang indah, namun rasa sakit yang ia terima.

“Oke,” Vio mengusap air matanya, “thanks ya Lang, akting bagus banget. Sekarang gue sadar siapa yang harusnya gue pilih sebagai teman. Thanks lo udah buka mata gue buat menyadari siapa orang yang tulus sama gue.”

Setelah mengucapkan semua itu, Vio berbalik dan berlari meninggalkan tempat indah itu. Atha mendekati Langit dan Aruni.

“Selamat ya, Lang, sekali lagi lo berhasil hancurin hati cewek yang tulus sama lo demi cewek yang hanya memperbudak lo!” ucapnya di telinga Langit.

“Maksud lo apa, At?” Aruni menarik jaket Atha hingga Atha menjauh dari Langit.

“Gue salut lo bisa terus manfaatin Langit hanya karena tragedi kecelakaan itu, Run!” seru Atha dengan senyum sinisnya.

“Mau lo apa sih, At?!” Aruni mulai gelisah.

“Lo sengaja kan nyuruh Langit nabrak nyokap dan adeknya Vio agar nyokap lo bisa nikah sama bokap Vio!”

Aruni membulatkan mata. Langit pun mengeluarkan ekspresi takut yang sangat terlihat jelas. Tidak berbeda dari dari mereka, di belakang Atha berdiri seseorang yang berhubungan dengan apa yang mereka bahas.

“Jadi mobil itu punya lo, Lang?” tanya Vio tajam.

“VIO!”

Tiga orang itu bersamaan menatap orang yang sama. Vio maju menghadap Langit dan Aruni dengan emosi yang sudah naik ke ubun-ubun. Ia tersenyum sekilas sebelum memberi Langit dan Aruni masing-masing satu tamparan.

“Ternyata lo berdua lebih parah dari iblis ya, lo berdua memang pasangan yang sangat serasi. Dan semoga lo berdua jodoh hingga kakek nenek nanti! Dan semoga anak cucu lo berdua nanti tidak akan pernah mengalami apa yang gue alami!”

Usai mengucapkan itu Vio kembali berlari meninggalkan ketiga orang yang masih diam menatapnya. Saat sadar, Langit langsung menarik Atha dan memberinya satu pukulan tepat di pelipis Atha hingga berdarah.

“Lo sengaja kan mengungkap ini di depan Vio!” teriak Langit.

Atha mengusap darah yang mengalir, “bukan gue yang mengungkap, tapi Tuhan telah membuka jalan agar Vio bisa melihat yang sebenarnya!”

Atha berbalik dan mengejar Vio yang sudah tidak terlihat. Ia terus berlari mencari keberadaan Vio. Keadaan yang sudah mulai gelap menyulitkannya menemukan Vio. Tapi ia tidak menyerah, ia terus memutari tempat itu hingga ia melihat orang yang dicarinya di bawah pohon rindang. Punggung Vio bergetar, menunjukkan ia sedang menangis.

“Vi,” panggil Atha pelan.

“Ngapain lo ke sini?”sinis Vio tanpa menoleh.

“Lo boleh marah sama gue, tapi lo nggak boleh melarang gue buat terus nemenin lo!”

“Gue nggak mau lo temenin, gue benci sama lo! Lo jahat, lo nggak beda sama Langit dan juga Aruni! Lo ….”

Vio tidak sanggup lagi berucap, ia menenggelamkan kepalanya di lipatan lutut sambil terus menangis. Atha mendekat. Ia mencoba memegang pundak Vio, tapi Vio menepisnya kasar.

“Pergi, At! Gue nggak mau lihat muka lo lagi! Pergi!” teriak Vio histeris.

Atha pun mengalah. Ia berbalik dan menjauh dari tempat Vio. Ia melihat langit malam yang sedang dikuasai mendung. Bahkan setetes gerimis sudah ia rasakan. Kini ia mulai khawatir. Tidak mungkin meninggalkan Vio dalam keadaan seperi ini.

Semakin lama hujan semakin deras. Vio masih tetap di tempatnya enggan bergerak sedikit pun. Arha semakin khawatir melihatnya. Ia mulai menghubungi seseorang lewat ponselnya. Setelah beberapa lama, terlihat tubuh Vio yang mulai limbung.

Atha segera berlari menghampiri Vio dan menangkap tubuhnya yang sudah lemas. Dengan sigap Atha mengangkat tubuh Vio dan membawanya keluar area danau. Di parkiran ia melihat Jason dengan mobilnya. Jason yang melihat kedatangan Atha langsung berlari dengan payung di tangannya.

“At, Vio kenapa?” tanya Jason panik.

“Buka pintunya, kita harus segera bawa dia ke rumah sakit!” Bukannya menjawab, Atha memerintah Jason.

Jason menuruti karena sadar keadaan memang sedang genting. Ia membuka pintu belakang mobilnya dan menolong Atha agar bisa memasukkan Vio ke sana. Wajah Vio biru karena kedinginan. Tidak berbeda, Atha pun sama.

“Motor lo tadi udah dibawa pulang adek gue,” lapor Jason dan Atha hanya mengangguk.

Jason segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit sesuai perintah Atha. Keadaan teman-temannya saat ini sangat mengkhawatirkan, jadi ia melajykan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jason terus melirik Atha dan Vio yang tampak semakin pucat. Ia berinisiatif menelepon Arlitta untuk mengabarkan keadaan ini.

Sampai di rumah sakit, Arlitta sudah ada di sana. Atha terus dengan sedikit sempoyongan, tapi ia bersikeras akan mengendong Vio masuk ke dalam rumah sakit. Dengan terpaksa Arlitta dan Jason membiarkan Atha menggendong Vio hingga suster datang dengan ranjang dorongnya. Tak lama setelah Atha membaringkan tubuh lemah Vio di atas ranjang, dirinya terjatuh pingsan.

“Atha!” teriak Arlitta dan Jason bersamaan.

“Suster, tolong teman saya yang ini juga!”

Suster lain segera menolong Atha dan membawanya ke ruang rawat.

🍀🍀🍀

Happy reading guys, jan lupa vote n komennya 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Violetta (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang