"Karena hitam dan putih adalah sepasang yang serasi, maka jangan terlalu berlebih."
Someone
Suara riuh para murid yang ingin segera pulang ke rumah menjadi pemandangan biasa pada siang terik seperti ini. Tampak Vio berjalan bersama Langit menuju area parkir sekolah.
"Tumben nggak bawa motor?” tanya Langit.
“Iya, tadi motornya mogok,” jawab Vio jujur.
“Terus berangkat sekolah sama siapa?” Langit kembali bertanya sambil sibuk memasang helm ke kepalanya.
“Emm ... Bareng sama Arlitta,” balas Vio gugup.
Vio berbohong karena takut Langit tersinggung jika ia bilang bareng Atha. Meski pada kenyataannya Langit belum menjadi siapa-siapa untuknya.
“Kenapa nggak bilang aku kalo motornya mogok? Kan aku bisa jemput tadi.” Langit memberikan helm pada Vio dan mulai mengeluarkan motornya dari barisan motor lain.
“Nggak pa-pa, ‘kan udah ada Arlitta.” Vio naik ke boncengan Langit.
“Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?” tanya Langit dari balik helm.
“Terserah kamu!” balas Vio sedikit teriak karena mereka sudah melaju di jalan raya yang cukup ramai.
“Ke satu tempat dulu ya, mau ‘kan?”
“Iya, boleh.”
Mereka pun terus melaju membelah jalanan ramai, hingga sampai di sebuah tempat sepi yang cukup jauh dari keramaian kota. Langit mengajak Vio turun dari motornya dan berjalan memasuki sebuah area wisata yang masih tampak alami.
Vio terus mengikuti langkah Langit hingga berhenti di sebuah gazebo dengan pemandangan gunung serta danau yang sangat indah. Sekejap Vio terpesona dengan keindahan alam ini.
“Bagus ‘kan, Vi?” tanya Langit yang sudah duduk bersandar di gazebo sambil melihat Vio yang sedang mengagumi alam.
“Iya, Lang, ini bagus banget!” teriak Vio antusias.
“Karena itulah aku ngajak kamu ke sini.”
“Kamu tahu tempat indah seperti ini dari mana, Lang?”
“Dari seseorang.”
“Siapa?”
“Kepo!”
“Ihh, Langit! Biasanya ‘kan rekomendasi tempat bagus itu dari media sosial atau lainnya gitu. Nah, kamu dari seseorang, kali aja aku kenal orangnya.”
“Kalo kenal kamu mau apa?”
Vio mendekat ke gazebo dan duduk di depan Langit.
“Kalo ternyata aku kenal, nanti aku tanya-tanya lagi tempat bagus lainnya."
Langit tertawa melihatnya. Anak di depannya kini memang tampang lebih manis dengan wajah cerianya. Langit mengapit hidung Vio dengan dua jarinya karena gemas.
"Langit, sakit!" protes Vio.
"Abis kamu lucu, sih." Tangan Langit berpindah ke pipi Vio.
"Dari dulu kali aku lucu," bangganya pada diri sendiri.
"Iya, bikin aku makin sayang aja."
Vio menatap Langit. Langit balas menatap dan tersenyum.
"Vi, aku sayang kamu."
Hati Vio merasa sangat senang mendengat kalimat itu dari mulut manis Langit. Ia tidak bisa lagi menyembunyikan senyumnya.
"Gimana, Vi? Kamu mau 'kan jadi pacarku?" tanya Langit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violetta (Hiatus)
Teen FictionPerjalanan seorang remaja dengan berbagai kisahnya. Bertemu dengan dia yang memberi cinta dan luka di kala senja. Hingga menemukan dia yang tulus menerimanya namun tak bisa memilikinya. Sesuatu sering terjadi tanpa alasan yang jelas di waktu yang j...