04. Rumah Lama

179 35 4
                                    

Donghyun menghela nafas panjang. Akhirnya, setelah hampir empat tahun, Donghyun bisa kembali menapakkan kaki dihalaman rumah saat Donghyun dibesarkan.

Donghyun tersenyum kala melihat ayunan didepan rumahnya. Ayunan itu dibuatkan oleh ayah, untuk Donghyun dan Minsu kecil dulu.

"Jaaa.. Selesai!! Sekarang, Dongiee sama Minuu punya ayunan".

Donghyun menghampiri ayunan yang terbuat dari kayu itu. Ayunan itu masih kokoh.

"Ayah, Donghyun rindu" lirih Donghyun.

Puk!

Donghyun terperanjat, kemudian tersenyum setelahnya kala teman masa kecilnya berdiri dihadapan Donghyun.

"Kamu.. Rindu ayah?" tanya Minsu, ada kerut samar didahinya.

Donghyun menggeleng cepat. "Nggak. Ngapain rindu, kan serumah"

Minsu mengangguk-ngangguk. Lalu, tangannya menuntun Donghyun untuk masuk kerumah lama Donghyun.

"Rumah ini kenapa nggak ada yang beli ya, Hyun?"

Donghyun mengedikkan kedua bahunya. "Nggak tahu. Dikira angker kali"

"Iya sih, rumah kamu baru dilihat dari luar aja nyeremin, hehe"

Donghyun menatap Minsu yang tengah tertawa. "Jangan ketawa, nanti aku tarik pipi kamu"

Minsu menutup pipinya dengan kedua tangannya. Donghyun yang melihat itu tertawa renyah.

"Ayo, masuk!" ajak Donghyun setelah berhasil membuka pintu utama.

Minsu merasakan hangat dari dalam rumah Donghyun. Padahal, Minsu pikir rumah Donghyun itu dingin karena tidak ada penghuninya.

"Kok rumah kamu anget ya? Padahal biasanya kalau rumah nggak dihuni itu dingin, terus nggak rapi gitu, tapi ini rapi--"

"Sssttt.. Kamu jangan bicara terus, dimple kamu bikin aku jadi gemes, nanti aku cium kamu gimana?"

Minsu cemberut. "Itu kata-kata aku lhoo.."

"Oh, ya?"

"Minsu! Jangan tarik ayunannya kenceng-kenceng dong! Nanti aku jatuh!"

Minsu tak menurut, dia malah semakin kencang mendorong ayunannya.

"Minsu ih!! Aku takut!! Nanti aku jatuh!!!" Donghyun sudah berteriak, hampir menangis malah. Namun, anak perempuan kecil dibelakangnya masih saja mendorong kencang ayunannya.

Minsu kecil tertawa, dia puas melihat anak lelaki dihadapannya tersiksa.

Brukk!!!

"Ayaaahhh!!!" teriak Donghyun, setelah lutut dan keningnya mendarat sempurna ditanah.

"Dongiee!" Minsu menghampiri Donghyun, membantu anak lelaki itu untuk duduk.

"Aku sudah bilang tadi! Jangan dorong ayunannya terlalu kenceng!" teriak Donghyun, matanya melelehkan air mata.

Minsu cepat-cepat menghapus air mata Donghyun. "Jangan nangis, nanti kamu jelek"

"Aku udah jelek! Mau apa kamu?!"

Minsu bergidik, anak lelaki dihadapannya ini cerewet. Seperti kedua kakaknya, Hangyul dan Jeno.

"Sstttt.. Jangan nangis lagi, kalau kamu nangis nanti aku gemes. Kalau aku gemes, nanti aku cium kamu gimana?"

Seketika, anak lelaki itu diam.

***

"Donghyun?"

Donghyun menoleh. "Apa?"

"Mau bercerita?"

Dahi Donghyun mengerut, kemudian Donghyun menarik Minsu agar duduk berhadapan dikursi belakang rumahnya.

"Cerita apa?" tanya Donghyun.

"Pas kita ketemu lagi waktu dikooridor hingga sampai sekarang, kamu nggak pernah ceritain apa-apa soal kamu pas pindah rumah"

"Emang aku harus cerita apa?"

Minsu menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. "Semuanya, dari pertama kamu pindah kerumah baru sampai sekarang"

Donghyun tersenyum, tangannya mengelus pucuk kepala Minsu. "Nggak ada yang perlu diceritain, Minuu. Kehidupan Dongie dirumah baru itu, nggak ada yang spesial"

"Jijik ih! Apaan, Minu sama Dongie"

Donghyun ketawa sampai matanya hilang. "Halah, dulu aja suka banget pake nama panggilan itu"

"Itukan dulu!" kata Minsu, bibirnya mengerucut.

"Iyadeh iyaa" Donghyun mengusak rambut Minsu. Sementara Minsu menatap Donghyun dengan mata berbinar.

"Hyun, aku kangen sama om Yunho. Boleh dong ya nanti aku main kerumah baru kamu?" tanya Minsu, kedua alisnya dinaik turunkan.

Seketika Donghyun terdiam. Donghyun tidak mungkin mengajak Minsu untuk kerumah barunya.

Ini bukan karena rumah Donghyun jelek atau sebagainya, tapi..

Donghyun tidak ingin teman kecilnya membenci Donghyun.

***

Hayooooooo..

First Love | Keum DonghyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang