26

12.6K 439 0
                                    

Bukankah sudah di bilang di awal bahwa Aries akan melakukan apapun yang diminta oleh Elara. Mau terjun ke jurang sekalipun, rasanya benar-benar akan dilakukannya jika Elara yang meminta.

Alasannya mudah saja, karena Aries tidak bisa menolak permintaan cewek itu.

Maka dari itu, ia santai saja saat dihadapkan pada dua orang yang menatapnya bingung, sedang satu cowok lain bersikap biasa saja. Tidak terlihat terkejut sama sekali.

"Kak Mars," panggil Elara yang sedari tadi menggenggam tangan Aries. "Ada yang mau diomongin sama temen gue Kak."

"Ada apa?" Tanya Mars.

Elara melirik ke arah Aries yang diam saja, memberi kode agar cowok itu segera bicara.

"Gue minta maaf soal kemarin." ucap Aries datar. Cowok itu membuang muka setelah mengatakan hal itu.

Mars tersenyum, membuat kedua matanya hampir tak terlihat. "Oke, santai aja."

"Lo sih, kecil-kecil udah songong, sok jagoan banget jadi bocah." Celetuk cewek yang sedari tadi memperhatikan.

"Ia maaf kak Tea," Elara yang menyahut.

Tea mengendik tidak perduli, "coba kalo cowok gue yang lo pukulin, gue congkel langsung mata lo!"

"Jaga omongan lo!" Bintang berdecak, ia melepaskan tangan Tea yang melingkar di tangannya.

Elara segera berlalu setelah mengucapkan maaf sekali lagi dan juga ucapan terima kasih. Ia menarik Aries kembali ke meja temannya yang lain.

Seperti hari-hari sebelumnya, mereka jadi lebih sering bergabung bersama Gandhi daripada makan hanya bertiga. Sedangkan Yuni dan Lisa duduk di meja sebelah.

"Gimana-gimana?" Gandhi bertanya heboh, cowok itu duduk bertiga dengan Akbar dan Hema, sedangkan Elara bersama Aries dan Orion.

"Apanya yang gimana?" Elara balik bertanya.

"Itu acara minta maafnya,"

Elara bergeser saat Orion datang membawa pesanan mereka, dibantu salah satu penjaga kantin karena makanan yang di pesan terlalu banyak.

"Gak usah di jawab Ra, gak penting!" ketus Aries.

"Tau lo, kepo banget jadi orang!" Hema menimpali, disampingnya Akbar sedang bermain game di ponselnya.

Gandhi baru diam saat di depannya sudah tersaji semangkuk bakso dan es teh manis yang disajikan si penjaga kantin.

"Neng lo mau jadi pacar abang gak?" Gandhi mengedipkan sebelas matanya.

"Abang? Kapan lo kawin sama mpok teh Lilis?" Tanya Orion menyebutkan nama si penjaga kantin yang sedari tadi senyum-senyum.

"Gue gak mau kawin sama mpoknya, tapi mau jadi Ayah dari anak teh Lilis aja."

"Jangan mau teh, si Gandhi anaknya bucin banget. Bikin jijik!" komentar Hema.

"Udah gitu jorok juga, masa abis ke toilet gak cuci tangan." Balas Akbar.

"Si berengsek! ganggu pedekate gue aja,"

Teh Lilis tergelak, merasa terhibur dengan candaan kumpulan anak di hadapannya.

Mereka sama-sama tahu jika penjaga kantin itu adalah janda beranak satu, tentu saja masih cantik dan sering digoda oleh siswa Cakrawala. Termasuk Gandhi.

"Saya permisi dulu," kata teh Lilis kembali membawa nampan yang juga tadi di bawa Orion.

"Makasih teh," ucap Orion.

Akbar meletakkan ponselnya di saku kemeja, "masa doyannya ama janda si Gan?" katanya mengomentari kebiasaan Gandhi yang sering menggoda penjaga kantin itu.

"Mana gombalan lo receh banget," Hema ikut menimpali.

Di sebrang mereka Elara sibuk mengatur porsi sambal untuk Aries, sedangkan Aries kalem saja dengan tangan menopang dagu, tidak mau menimpali obrolan teman-temannya.

"Lagian teh Lilis cakep gitu, mana mau sama lo yang burik gini." Kata Orion.

Gandhi berdecak, temannya selalu saja begitu jika ia sedang berusaha mendekati cewek. Padahal ia tidak pernah sedikitpun mengganggu mereka.

"Kalian tuh emang temen laknat, bukannya ngedukung malah ngehujat gue."

"Elo berat soalnya, gue gak kuat kalo harus ngedukung lo." Orion berbicara setelah menelan baksonya.

"Lagian muka-muka kaya lo emang pantes dihujat Gan," kali ini Hema.

"Bikin obrolan makin seru kan jadinya," Akbar ikut-ikutan.

Gandhi memutar bola matanya malas,  berdebat dengan mereka memang tidak akan ada habisnya. Jadi cowok itu lebih memilih mengabaikan dan memulai makan baksonya.

"Cuma Elara sama Aries doang emang yang baik sama gue, gak pernah ngehujat gue."

Elara dan Aries baru menoleh ke sumber suara.

"Soalnya udah diwakilin sama mereka Gan," sahut Elara.

"Punya muka jelek gitu mah sabar aja." Sambung Aries.

Setelahnya mereka tergelak kecuali Aries yang tetap kalem. Membuat Gandhi semakin ingin melenyapkan diri dari muka bumi saja.

"Mampus aja lo semua!"

Bersambung...

Dua Sayap Elara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang