Her Family

4.2K 307 11
                                    

Uta mempersilakan Frans untuk beristirahat selagi menunggu Farah, seraya meminta seorang pelayan muda untuk membawa koper Frans ke salah satu kamar di rumah itu.

"Brisa, antar tamu kita ke kamar atas."

Frans tidak bisa menolak tawaran Uta untuk tinggal sementara di sana. Selain karena tidak punya uang, di sekitar perkebunan juga tidak ada hotel—hotel terdekat berjarak sepuluh kilometer dari perkebunan.

Setelah mengucapkan terima kasih, Frans langsung mengikuti langkah pelayan muda bernama Brisa menuju kamar di lantai dua. Ketika membuka pintu kamar, pemandangan kebun anggur—lagi-lagi—memukau Frans melalui jendela kaca lebar yang menjadi salah satu sisi bagian dinding kamar.

Perlahan Frans membuka jendela dan melangkah menuju balkon. Semilir angin langsung menyapa dan aroma anggur sedikit menggelitik indera penciumannya.

Samar-samar, Frans menangkap suara orang mengobrol dari bawah. Frans menjulurkan lehernya untuk melihat siapa yang mengobrol di bawah. Senyum langsung hadir di wajah Frans tatkala mendapati Mbak Yum sedang mengobrol dengan seorang pria dan menciumnya! Kedua mata Frans mengerjap, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya!

"Mbak Yum!" teriak Frans.

Mbak Yum langsung melepaskan ciumannya pada Matheo dan memutar kepala untuk mencari sumber suara. Wanita itu langsung melotot saat mendapati Frans berdiri di balkon. Tubuhnya seketika kaku—sampai Matheo harus menepuknya bahunya berulang kali untuk menarik Mbak Yum dari lamunan.

"Quién es?" (Siapa dia?) tanya Matheo.

Tanpa menjawab pertanyaan Matheo, Mbak Yum melangkah cepat menuju kamar Frans berada. Digedornya pintu kamar dan baru berhenti saat Frans menampakkan wajahnya.

"Mbak Yum apa kabar?" tanya Frans.

Jika Frans menyapa dengan senyuman, tidak dengan Mbak Yum yang memasang wajah kaku.

"Ngapain Mas Frans ke sini? Mau nyakitin Non Farah lagi?"

"Nggak, Mbak. Saya ke sini—"

"Mas Frans mendingan pergi dari sini! Non Farah udah bahagia! Jadi Mbak Yum minta, jangan bikin Nona Muda saya sedih lagi! Kalau itu sampai terjadi, nggak perlu nunggu Tuan Besar buat bunuh Mas Frans! Saya yang maju duluan! Lagian ngapain Mas Frans di kamar ini? Ini kan kamarnya—"

"Mbak Yum?" panggil Uta pelan dari arah tangga. "Frans adalah tamu saya."

"Tapi, Tuan, dia ini cowok yang—"

"Saya tahu."

"Kalau Tuan tahu tentang Mas Frans, ngapain masih dikasih hati buat tinggal di sini? Nanti kalau Non Farah tahu gimana?"

Uta tersenyum dan melangkah mendekati Mbak Yum.

"Ada masalah yang belum selesai antara Frans dan Farah," jawab Uta, "Benar, Frans?"

Frans mengangguk.

"Tapi Non Farah pasti marah besar kalau tahu Mas Frans di sini. Kemarin aja udah marah, trus nangis nggak berhenti-berhenti. Saya nggak tega lihatnya, Tuan."

Mendengar tentang Farah yang menangis dari Mbak Yum, membuat Frans merasa bersalah. Frans baru menyadari bahwa luka dua tahun lalu yang dia torehkan begitu dalam.

"Saya juga tidak tega melihat Farah seperti itu. Oleh karena itu, saya mengizinkan Frans tinggal di sini sementara waktu, agar masalahnya dengan Farah cepat selesai. Setelah itu tidak akan ada lagi hubungan antar mereka, dan Frans bisa pulang ke Indonesia," jelas Uta. "Bukan begitu, Frans?" tanya Uta penuh penekanan.

Tuan Landak dan Nona Kura-KuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang