Part 9

7.8K 526 5
                                    

Long weekend, Bingung mencari tempat untuk menghabiskan tiga hari nanti.  Sebenarnya, dua hari lalu Claudia yang aktif di grup alumni SMA mengabarkan ada acara reuni.

Aku memang tak mau dimasukkan ke grup, bukan karena tak ingin menjalin komunikasi dengan mereka, tapi saat ini memang tak ingin mereka banyak tanya tentang hidupku, yang memang tak pantas untuk diceritakan dan dibanggakan.

[Lu ikutkan?]
Pesan Claudia masuk di aplikasi Messeger. Walaupun layar ponselku retak, syukurnya  masih berfungsi dengan baik, hanya tak enak dilihat.

Aku melirik paper bag biru yang tergeletak di samping TV. Masih cari cara  mengembalikan barang itu.

[Belum tau]
Balasku.

Tak lama ada panggilan masuk.

"Pokoknya lu harus ikut. Nanti, jam tujuh malam gue jemput. Jadi siap-siap, ngga pake alasan apapun. Ajak Lala!" cecar Claudia setelah menggeser gambar telepon berwarna hijau.

"Gue lagi mager. Apalagi buat pergi jauh-jauh," jawabku.

"Serah! Ntar gue jemput! Kalo lu mager, gue seret! Dah gue daftarin, dah dipesenin kamar juga." Lalu Claudia memutuskan panggilan. Dia memang seperti itu, datang tiba-tiba, lalu pergi pun tanpa pamit dulu.

Aku diliburkan sementara waktu, kata Claudia, aku butuh istirahat dan menenangkan diri karena kejadian pingsan dan perlakuan Mas Adi tempo hari.

Kulirik jam yang tergantung di tembok belakang TV. Aku bersiap untuk menjemput Lala. Tak sabar ingin ketemu, meskipun jam pelajaran berakhir dua jam lagi, aku sudah siap bergegas pergi menuju sekolah Lala dengan si merah kesayanganku.

Aku mengintip Lala dari jendela. Kemudian menunggunya duduk di luar, depan kelasnya. Tak lama ibu guru keluar, dan menghampiriku.

"Bu, bisa bicara sebentar?" tanyanya.

"Bisa, Bu," jawabku, kemudian berdiri.

"Kita ngobrol di kantor saja, ya, Bu. Bentar saya bilang dulu ke anak-anak." Ibu guru kemudian masuk lagi ke kelas, tak lama keluar lagi. Aku mengikutinya, menuju kantor yang berada di bagian ujung gedung. Aku dipersilakan duduk di kursi depan mejanya.

"Gini, Bu. Lala akhir-akhir ini sering diam dan menyendiri. Ngga seperti biasanya, beda banget."

Deg!

"Mungkin lagi ada sesuatu di rumahnya," lanjut bu guru.

"Maaf, Bu. Saya ketemu Lala cuma sabtu dan minggu. Kalo lagi ikut saya, Lala biasa aja, Bu. Hari-hari biasa sangat sulit ketemu dengan dia, jadi ngga tau masalah yang terjadi di rumahnya," jelasku. Ibu guru sudah tau keadaan orang tuanya yang pisah. Karena memang begitu ganti wali kelas, aku selalu menginfokan hal ini, dan minta bantuan untuk menginfokan segala sesuatu yang Lala lakukan di sekolah.

"Kalau hari Senin, Lala memang seperti biasanya, Bu. Cuma setelah hari itu dia jadi pendiam lagi. Coba Ibu bicara ke Ayahnya Lala. Soalnya, kalo mau bicara ke Mamanya selalu ngga bisa, sibuk terus, jadi saya ngga bisa cari tau penyebabnya," jelas bu guru.

"Terima kasih, Bu. Coba nanti pelan-pelan saya tanya ke Lala."

"Iya, Bu. Biasanya anak akan lebih terbuka dengan ibu kandungnya. Soalnya di sekolahan, saya perhatikan Lala banyak tamannya dan tak ada masalah dengan mereka. Lala termasuk anak pintar. Takutnya kalo dibiarin bisa berpengaruh pada prestasinya nanti."

Setelah bercerita tentang keseharian Lala di sekolah dan banyak memberikan saran, aku dan bu guru keluar dari kantor. Menuju kelas lagi. Karena jam sekolah akan usai.

Seperti biasa Lala akan berlari dan memeluk saat bertemu denganku, jika sepintas memang tak ada yang berubah jika bertemu denganku. Kami pun pulang.

Istri Mantan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang