Hai - hai aku ndak banyak kata hanya mau bilang "SELAMAT MEMBACA"
Pagi yang cerah. Matahari menyinari bumi menggantikan sang bulan. Tanpa terasa dua hari yang ditunggu – tunggu oleh Wei Wuxian telah tiba. Ini adalah hari terakhirnya bersama dengan orang tuanya. Dia akan menghabiskan hari ini dengan bersenang – senang. Sebelum dirinya pergi jauh.
"A-Xian, kemari kau. Jangan lari dari ayah!"
"Bwhee tidak mau, ayo kejar A-Xian dasar ayah jelek." Ledek Wei Wuxian pada ayahnya. Setelah berkata begitu Wei Wuxian segera melarikan diri karena melihat ayahnya sedang mengejarnya dibelakang.
"Awas kau A-xian. Jaga – jaga kau bila ayah menagkapmu. Waaa."
"Ahahaha tolong ada monster ganas mengejar A-Xian."
"Ayo makan bocah manis ini."
Tawa jejeritan melengkapi pagi yang indah ini. Dipadang rumput dengan sebuah pohon rindang besar sebagai pelengkap suasana cerah ini. Seorang wanita cantik duduk di bawah pohon rindang tersebut. Menata segala bahan untuk keperluan untuk makan siang mereka. Bersenandung ringan, menikmati angin yang semilir. Sesekali menolehkan kepalanya kearah padang rumput, guna melihat kejar – kejaran antara suami dan anaknya. Senyumnya makin merekah melihat sang anak telah tertangkap oleh suaminya.
Cangse Sanren sungguh bahagia akan anugrah yang datang padanya. Dirinya tak menyangka akan memperoleh sebuah keluarga yang ia idam – idamkan sendari dulu. Bila dirinya tak mencoba untuk turun dari gunung saat itu. Mungkin saja dirinya tak akan bisa menikmati indahnya sebagai seorang wanita yang dicintai oleh suaminya. Dan ibu yang mencintai anak yang telah dikandungnya.
Sungguh Sanren sangat bahagia.
"Ibuu, apa yang ibu lakukan sekarang. Tolong A-Xian dari serangan monster Ahahaha... cukup ayah... haha... A-Xian haha... geli..."
"Arrgghh menyerahlah bocah nakal aarrhh...." Ucap Wei Zhangze dengan terus tetap menggelitiki anak nakalnya. Melihat anaknya yang tertawa bahagia membuatnya juga merasakan bahagia yang besar sekali. Sebagai seorang pelayan kepercayaan, dirinya tak pernag berharab untuk bisa mendapat sebuah keluarga yang bahagia seperti ini. Dengan seorang istri yang cantik sekaligus galahnya dan anak laki – laki manis hadir, semakin melengkapi keluarganya. Dirinya akan menjaga dengan sekuat tenaga istri, anak dan keluarga hingga nafas ini berhenti berhembus.
"Ayo ayo hentikan. Sekarang ayo kita makan siang dulu." Ucap Sanren dari kejauhan.
Mendengar suara teriakan dari istrinya. Wei Zhangze segera melepaskan anaknya yang sudah kepayahan akibat gelitikannya.
"Ayo A-Xian, ibumu sudah memanggil kita." Ajak Wei Zhangze seraya meraup sang anak yang kepayahan tersebut.
"Emm, A-Xian lapar ayah.." Mendengar rengekan dari anaknya membuat tawa Wei Zhangze pecah. Dirinya tak menyangka bila anaknya akan begitu manja padanya.
"Mou.. ayah berhenti tertawa."
"Kenapa memangnya A-Xian?"
"Tawa ayah berisik, membuat telinga A-Xian terasa mendengung." Protesan Wei Wuxian bagai angin lalu untuk Wei Zhangze karena segala yang diproteskan oleh anaknya sungguh manis. 'Ai, anakku yang paling manis.'
"Kamu bisa saja A-Xian." Sahut Cangse Sanren seraya mengelus sayang rambut anaknya itu.
"Sanren, kau mengsetujui ejekan A-Xian yang menjelek – jelekkan suamimu tercinta ini.."
YOU ARE READING
The Lust
RomanceWei Wuxian yang telah melewati hidupnya dengan air mata dan darah. Kepedihan menderanya disaat - saat terakhir akhir hayatnya. Shidi yang disayanginya membunuh dirinya hanya karena rasa Iri dan kesapahaman belaka. Orang - orang disekitarnya yang me...