"Sampe Gavin beneran jatuh cinta sama gue, bakal gue hina lo berdua seumur hidup. Lihat aja,"
><><
Malika kembali menggelengkan kepala, sambil sesekali memutar kedua bola matanya, saat lagi-lagi mendengar suara ketawa Dita yang terdengar sangat menyebalkan. Mungkin orang-orang yang lewat atau nongkrong di koridor ini sama setujunya dengan Malika.
"Ahahahaa! Mampus tuh, rasain! Emang pantes sih dilabrak. Salah sendiri, kan, ya udah tahu kalau Marsha udah dari kapan tahun jadian sama Diko. Masih aja tuh cewek nggak tahu diri pake segala genit ke pacar orang. Kan, jatuhnya murahan banget! Bikin gue ketawa." gerutu Dita namun tetap lahap menikmati Maitos ke dalam mulutnya. "Amit-amit, dah. Mana gitu ya, Mal. Barusan juga katanya tuh cewek ngakunya jomblo karena abis diselingkuhin sama siapa tuh cowoknya? Yang mukanya songong banget. Lupa gue. Enggak banget, dah."
Mendengar itu Malika justru tertawa. Mulut Dita memang sangat-amat-lancar melafalkan kalimat demi kalimat pedas layaknya admin akun gosip dengan followers berjuta-juta di jagat Instagram. Dari kalimat Dita yang menyebut kata 'cewek itu' seakan-akan menggambarkan bahwa 'cewek itu' sudah pernah merepotkan atau merusak hidupnya. Padahal faktanya, Dita tidak pernah sama sekali terlibat apapun dengan cewek yang sedang diceritakannya tanpa ampun. Itulah Dita. Selain suka mengunyah segala jenis dan bentuk makanan, dia juga suka mengunyah segala jenis berita yang memang mau dia bahas.
"Ah, bodoamat lah, Ta. Mulut lo jatuh, tuh. Heran, perasaan si Rima nggak pernah nyari masalah atau ngibarin bendera perang ke lo, dah. Kok, elo sewot mulu bawaannya?"
"Dih, gue ini lagi diposisi yang emang harusnya dibela! Coba lo perhatiin deh, Markonah! Tanda-tanda rusaknya hubungan orang, ya, gara-gara makhluk kayak gitu. Ya antisipasi aja, sih. Lagian gue dari kelas sebelas emang nggak suka sama tuh cewek," mata Dita menyipit lalu mendekatkan tubuhnya ke Malika. "Tapi diem-diem aja lo, gue kasih tahu, dia itu salah satu orang yang udah masuk ke daftar musuh diem-diem gue!"
Mata Malika sontak melebar."Gila lo! Ini pasti gara-gara kebanyakan makan ciki." Itu bukan kalimat pertanyaan melainkan adalah kalimat pernyataan heran dari Malika. Kemudian tangan cewek itu langsung mengambil Maitos yang dibawa Dita. "Mulai sekarang lo harus kurang-kurangin makan makananan tikus kayak gini, Ta."
And see?
Langsung saja Malika berjalan meninggalkan Dita menuju kelas. Kalau saja Dita tak mengenal Malika dari awal masuk kelas sepuluh mungkin adu fisik sudah lebih dulu dia keluarkan saat sahabatnya itu mengatakan 'makanan tikus' pada snack kesukaannya. Kurang ajar memang!
"Lo belum gantiin gue duit lipstik." Ujar Dita sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Kepala Malika langsung menoleh ke sebelah kanan saat tahu Dita sudah menyamai langkahnya. "Lo juga nggak balikin duit gue, buat beli sling bag yang lo mau waktu itu!"
"Dih, ampas! Itu, kan, lo beliin pas gue ulang tahun." Bener-bener, deh, rasanya Dita ingin langsung menenggelamkan sahabat tersayangnya ini di segitiga bermuda. Kalau perlu sekarang juga.
"Tapi lo juga belum gantiin tiket konser Tulus waktu itu!"
Nyebelin. Bagai terkena jeratan sendiri.
Dita berdecak kecil sambil menggeret bangkunya. "Ah, lo emang sahabat gue paling sialan!"
"Ah, lo emang sahabat gue paling payah!" Jawabnya menyamai nada suara Dita.
"Ih, balikin Maitos gue nggak?!"
"Gantiin duit konser gue dulu."
"Bener-bener bukan sahabat gue kalau nggak pernah sialan kayak gini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionRenjana; perasaan atau niat yang kuat untuk melakukan sesuatu. Ini kisah dua anak remaja yang sedang menikmati masa SMA dengan sudut pandang yang berbeda. Tentang Gavino Prasetya, yang sudah mati-matian mengubur mimpinya demi untuk membangun kembali...