Part 1

25 3 0
                                    

Sebuah kereta baru saja tiba di stasiun. Para penumpang berhamburan keluar dari dalam kereta.

"Akhirnya sampai juga," ujar seorang gadis, seraya turun dari kereta.

Denara, gadis berparas cantik dan imut itu sudah sampai di kota tempat tinggal keluarga satu - satunya, omanya.

Senyuman tak luput dari wajah cantiknya.

"Oma gimana ya, kabarnya? Aku kangeeen banget sama oma," gadis itu mengoceh sambil berjalan menuju arah luar stasiun.

Denara keluar dari stasiun kereta.

"Udah hampir subuh, lagi. Mana nggak ada taksi. Terminalnya jauh nggak, ya?" Denara bertanya kepada dirinya sendiri, sambil menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari orang yang bisa ditanya olehnya mengenai letak terminal bus.

"Pak! Pak!" Panggil Denara kepada seorang pria tua yang lewat di depannya.

"Iya mbak? Ada apa ya?" Tanya pria itu.

"Hmm, maaf mengganggu pak. Saya cuma mau nanya, terminal bus jauh nggak ya dari sini?"

Bapak itu terdiam sebentar, lalu tersenyum, "nggak jauh kok mbak. Paling cuma 15 menit dari sini, kalo mbaknya jalan kaki."

"Hmm... Emangnya jam segini enggak ada ojek, pak?" Tanya Denara.

"Nggak ada, mbak. Sekarang mah lagi jam - jamnya istirahat."

"Oh gitu. Yaudah pak, makasih ya. Maaf mengganggu," Denara tersenyum kepada pria itu.

Pria itu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, dan berlalu pergi.

Setelah itu, Denara berjalan kaki menuju terminal bus, sambil menenteng koper besarnya.

Jalanan ini lumayan sepi, orang - orang yang lewat, baik menggunakan kendaraan bermotor ataupun mobil, bisa dihitung dengan jari.

Di tengah jalan, Denara tidak sadar jika ada 4 orang yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

Brukk

Denara hampir saja mencium aspal karena tidak sengaja menabrak salah satu orang di depannya.

Denara mendongak, menatap tajam orang - orang yang ada di depannya.

"Kalo jalan itu pake kaki, terus kalo ngeliat tuh pake mata! Udah tau ada orang yang mau lewat, eh malah jalan ngelawan arus begini. Kalo aku jatoh nanti gimana? Mau tanggung jawab, hah?!" Denara mengomel panjang lebar kepada 4 orang itu.

Sementara orang - orang yang ada didepannya itu, menatap  Denara dengan pandangan yang sulit diartikan.

Tanpa Denara ketahui, ada seorang pria paruh baya yang melihat dirinya dengan tatapan aneh.

Pria itu berulang kali mengucek matanya, seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Mbak itu udah gila, ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

***

Denara menatap kesal kepada orang - orang di depannya, yang sedari tadi diam.

"Heh, punya mulut tuh gunanya buat ngomong! Bukan malah diem kayak gini. Ck, dasar."

"Udahlah, lebih baik aku lanjut jalan aja. Dari pada disini, ngomong sama orang - orang bisu," lanjutnya, berlalu pergi.

Setelah kepergian Denara, keempat orang itu, lantas saling pandang.

Dari ekspresi mereka, sepertinya mereka sedang memikirkan hal yang sama.

"Ini tidak mungkin," gumam seorang gadis, sambil berpikir keras.

"Bagaimana bisa ini terjadi?" Tanya salah seorang pria dari keempatnya, yang lebih kepada dirinya sendiri.

"Ini aneh," ucap pria yang satu lagi.

"Sangat - sangat aneh," tambah pria yang lain, ketua mereka.

"Bagaimana bisa dia melihat kita?"

***

"Hufft," helaan nafas lelah keluar dari bibir mungil Denara.

Denara sudah sampai di sebuah terminal yang dikatakan pria tua tadi.

Suasana di terminal tidak seperti dugaan Denara sebelumnya. Dia pikir, terminal ini akan menyeramkan di jam - jam seperti ini. Namun nyatanya, ada beberapa warung yang masih buka, dan juga beberapa orang yang berlalu lalang.

"Syukurlah, masih ada beberapa orang disini."

Denara segera membeli tiket bus. setelah itu, ia masuk ke dalam bus dan duduk di dekat jendela.

Denara melihat jam di pergelangan tangannya, pukul 5 subuh. Masih ada waktu 2 jam untuk sampai ke terminal dekat rumah omanya.

Denara mengirim pesan kepada oma, untuk menjemputnya pukul 7 pagi di terminal.

Setelah itu, Denara memilih bersender di kaca jendela. Memejamkan matanya, melepas lelah selama perjalanan. Tanpa sadar, dia sudah masuk ke alam mimpinya.

Tak lama setelah Denara memejamkan matanya, ada seorang pria—tampangnya seperti preman—duduk di sebelah Denara. Pria itu menoleh ke kanan, kiri, depan, belakang. Penumpang di bus ini hanya ada beberapa orang, dan hampir seluruhnya tengah tertidur.

Setelah dirasa cukup aman, pria itu pelan - pelan mengambil ponsel milik Denara yang ada ditangan gadis itu sendiri.

Saat ingin menjauhkan tangannya dari tangan Denara, tiba - tiba tangan Denara mencekal lengan pria itu. Jelas saja hal itu membuat pria itu kaget. Pria itu melihat ke wajah Denara, tapi mata gadis itu masih tertutup, menandai bahwa si empunya sedang tertidur.

Pria itu mencoba melepas cekalan tangan Denara di lengannya, namun nihil. Bukannya terlepas, malah ia merasa lengannya panas seperti terbakar.

"M–mbak, le–lepasin saya. Sa–saya nggak jadi am–ambil hp mbak. Le–lepasin mbak," pria itu memohon dengan terbata - bata sambil menahan sakit.

Saat itu juga, ada seorang penumpang yang menyadari gerak gerik aneh si pria. Karena penasaran, orang itu menggeser duduknya supaya bisa melihat apa yang pria itu lakukan.

Mata penumpang itu membulat sempurna saat tau apa yang tengah dilakukan pria itu. Lantas ia berteriak,"MALING!!"

"ADA MALING!!!"

Semua penumpang kaget mendengar teriakan itu.

Denara yang sedang tertidur pulas, terbangun dari tidurnya karena kaget.

Lantas cekalan tangan di lengan pria itu terlepas. Setelahnya pria itu kabur, ia melompat dari dalam bus dengan keadaan bus yang masih berjalan.

Penumpang yang lain mencoba menangkapnya, tapi terlambat.

Denara yang melihat itu pun, bingung. Ia bertanya kepada salah satu penumpang.

"Maaf bu, ada apa ya?"

"Tadi maling itu mau ngambil hp nya eneng. 'kan tadi eneng sendiri yang megang tangan maling itu pas mau ambil hpnya eneng."

"Eh?"

Kan tadi aku tidur, kok bisa? Batin Denara.

"Yaudah bu, makasih. Maaf mengganggu."

"Iya, lain kali hati - hati ya neng."

"Iya bu."

Penumpang tersebut kembali ke tempat duduknya.

Denara terdiam.

Dia masih mencerna kejadian barusan.

"Impossible." Gumamnya.

***
TBC

Jangan lupa Vote and comment🖤

DENARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang