Part 4

27 3 0
                                    

Seorang gadis sedang termenung di balkon kamarnya. Menatap bintang - bintang di langit malam yang indah.

Denara, ia sedang memikirkan kejadian yang dialaminya tadi siang. Kejadian yang tidak bisa dicerna oleh akal sehat.

" Hufftt... Bagaimana mungkin?"

Flashback on

"ADOOHHH!!!"

Mendengar teriakan itu, Denara refleks membuka mata dan melepaskan tangannya dari tangan Radit.

"Lo kenapa sih dit, teriak - teriak? Kayak orang gila aja," sewot Tara karena kaget dengan teriakan Radit.

"Iya, nih. Ngagetin gue aja lo," tambah Kania seraya menarik nafas panjang dan mengelus dadanya.

"Tangan gue bego!" Ujar Radit sambil meringis.

"Ya.. 'kan yang bego tangan lo. Apa hubungannya, coba?" Tanya Tara.

"Maksud gue, tangan gue sakit. Panas banget, gila! Kayak kebakar, padahal gak ada api disini," jawab Radit, menunjukkan tangannya.

"Mungkin itu karena Denara."

Semua menoleh ke asal suara. Radar.

"Maksud kamu? Aku kan nggak ngapa - ngapain tadi," tanya Denara sekaligus membela dirinya.

"Lo punya kekuatan, Ra," jawab Radar.

"Ke–kekuatan?"

"Iya! Berarti lo orang yang kita cari, Ra," sambar Kania.

"Gak mungkin! Pasti ini ada yang salah! Gak mungkin nih cewek adalah orang yang dimaksud!" Sanggah Tara..

"Lo apa - apaan sih, Tar? Udah jelas - jelas tangan Radit panas waktu digenggam sama Denara."

"Iya sih, tapi kan siapa tahu aja, itu cuma kebetulan? Ya, 'kan?"

"Lo–"

"UDAH WOY UDAH! tangan gue panas nih! Obatin kek, bukan malah debat!" Radit berteriak kesal.

"Sini Dit, gue obatin," Kania menyuruh Radit mendekat padanya.

Radit mengulurkan tangannya kepada Kania. Kania dengan sigap menyambut uluran tangan Radit.

Kania memejamkan matanya. setelah itu, keluar cahaya hijau di tangannya dan tangan Radit.

Beberapa detik kemudian, Radit menarik tangannya dari tangan Kania. Denara dapat melihat, sudah tidak ada luka bakar di tangan Radit.

"Bagaimana mungkin?" Tanya Denara.

"Itu mungkin aja, Ra. Lo mau liat kekuatan kita?" Jawab dan tanya Radar.

Denara mengangguk. Ia masih belum bisa mencerna kejadian ini.

Radar memejamkan mata. Ia mengangkat tangan, dan diarahkan ke botol plastik yang ada di dekatnya. Setelahnya, botol itu terbakar.

"Amazing," puji Denara dengan nada tidak percaya

Setelahnya, Kania yang memejamkan mata. Kania memutar tangannya membentuk bola. Sedetik kemudian, muncul angin ditangannya. Diarahkannya angin tersebut ke sebuah pot bunga, membuat pot bunga itu melayang diudara.

"Wow..."

DUARR...

Suara petir mengejutkan Denara, membuat ia menengadahkan kepalanya kearah langit. Langit yang awalnya cerah, berubah menghitam disertai banyaknya petir dalam sekejap.

DENARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang