Part 2

23 3 0
                                    

Di sebuah bangunan tua yang kotor dengan pencahayaan yang minim, 4 orang yang terdiri dari 3 orang pria dan seorang gadis, sedang serius membicarakan sesuatu.

"Siapa sebenarnya gadis itu?" Tanya salah satu pria yang bernama Rendy.

"Sepertinya, dia adalah orang yang ada di ramalan 'itu'," ujar seorang gadis.

"Ya. sepertinya kau benar, Tiara."

Gadis yang dipanggil Tiara itu hanya tersenyum.

"Untuk memastikan hal itu, aku menugaskan Tiara dan Jodi untuk mencari tahu tentang gadis itu," perintah sang ketua, Arlen.

Pria yang bernama Jodi hendak melayangkan protes kepada ketuanya.

"Tap–"

"TIDAK ADA TAPI - TAPIAN!" Arlen—sang ketua—langsung memotong ucapan Jodi.

Hening.

Semua yang ada di ruangan itu terdiam.

Tiara membuka suara, memecah keheningan diantara mereka.

"Baiklah, saya dan Jodi akan berusaha untuk mencari tahu tentang gadis itu."

"Bagus," Arlen tersenyum miring.

Sebentar lagi, batin Arlen.

***

"Mbak, mbak... Bangun, udah sampe," ujar seorang pria yang merupakan supir bus.

Denara menggeliat. Pelan - pelan ia membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Hmm.. makasih pak, udah bangunin saya...hoaam,"Denara menutup mulutnya dengan menyengir lucu.

"Hehe... Maaf pak,"

"Iya mbak, nggak apa - apa. Ya sudah, saya permisi dulu," supir bus itu berlalu pergi.

Denara segera bangkit dari duduknya. Setelahnya ia keluar dari dalam bus.

"Wahh, akhirnya sampe juga," Denara tersenyum lebar.

Denara berjalan keluar dari terminal sambil menyeret koper besarnya.

Saat turun dari tangga, Denara tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.

"Aakh." Denara memejamkan matanya, siap untuk terjatuh.

Lho? Kok nggak sakit sih? Batin Denara terheran - heran.

Karena penasaran, Denara membuka matanya.

Hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan seorang pemuda yang seumuran dengannya. Pemuda itu menatap khawatir kepada Denara.

"Lo nggak apa - apa?"

"Eh, aku nggak apa - apa, kok. Makasih ya," Denara tersenyum kepada pemuda itu.

"Yaudah, aku pergi dulu, ya. Sekali lagi makasih," lanjut Denara berlalu pergi.

Cantik juga, batin pemuda itu.

DENARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang