"Eh?" Nana benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh oleh Givo. "Maksudnya?" tanyanya dengan dahi berkerut.
Givo menghela nafas. "Maksud gue tuh... Lo ada hubungan apa sama Yandra?" tanyanya lagi dengan penekanan.
Nana tambah tidak mengerti, ini bang Givo kenapa sih? Aneh banget.
"Ck! Lama kalau ngomong sama lo. Udah deh, entar gue tanya langsung sama tuh curut." final Givo melihat kelemotan Nana.
"Aku gak ngerti sama yang kamu maksud bang, jadi gimana donk? Aku lagi malas nih berurusan sama tuh cowok aneh."
"Saran gue... Mending lo ikutin tuh maunya anak dari pada dia benar-benar laksanain ancamannya?"
Nana mendengus mendengar ucapan Givo. Dengan berat hati dia pergi menemui Yandra yang sudah menunggunya dengan senyum miring khas cowok itu.
"Gimana? Lo udah percaya kan? Jadi jangan coba-coba bantah perkataan gue atau lo bakalan tau akibatnya."
Memutar bola mata, hanya itu yang bisa dilakukan Nana. Jadi orang kaya emang gitu... Sebebasnya ae.
"Sini duduk."
Itu bukan permintaan, tapi perintah membuat mau tak mau Nana mendudukkan dirinya disamping Yandra. Tak dapat dipungkiri, jantungnya sudah bertalu-talu sedari bicara dengan cowok didepannya itu. Jangan lupakan fakta If she like him.
Yandra tersenyum miring melihat kelakuan Nana, tak dipungkiri hatinya senang melihat raut wajah gadis itu yang menurutnya lucu.
"Lo pesan makanan gih, temenin gue makan." suruh Yandra lagi.
"Untuk apa? Temanin bukan berarti gue harus makan juga kan?" tanya Nana bermaksud menolak membuat Yandra menggeram.
"Nurut aja bisa kan? Jangan banyak tanya!"
Lagi, Nana memutar bola matanya. "Pemaksa!" cibirnya.
"Iya... Dan lo harus terbiasa sama itu!"
Tak menunggu balasan gadis itu, Yandra langsung memanggil pelayan dan memesankan makanan untuk Nana. Dia tahu, gadis didepannya itu belum makan sama sekali.
Tomi yang sedari tadi melihat interaksi mereka berdua tersenyum geli. Hatinya bertanya-tanya kenapa Yandra bisa seperti itu pada seorang gadis? Setaunya, Yandra tipe orang yang cuek bebek pada makhluk berjenis kelamin perempuan. Semoga Nana benar-benar bisa memenangkan hari cowok didepannya itu.
*****
Tomi menyeimbangi kecepatan motor Yandra dalam menantang angin. Dengan usaha yang maksimal karena kecepatan Yandra benar-benar sulit untuk ditandingi. Memang, setelah Yandra ngotot ingin mengantar Nana pulang Yandra mengajaknya mengunjungi markas untuk mendengarkan laporan dari Gio.
"Dra! Jadi ini alasan lo uring-uringan gak jelas dan nyuruh Dio buat jagain Nana?" tanya Tomi sedikit berteriak.
"Alasan apaan?" tanya Yandra.
"Karena lo suka sama dia!"
Yandra bukan tipe orang yang akan menyangkal suatu kebenaran. Dia sendiri sadar jika dirinya tertarik pada Nana, sesuatu yang dikiranya mustahil akan terjadi.
"Gue rasa iya!" balasnya membuat Tomi terkekeh.
"Lo ceplas-ceplos amat dah! Bisa beku anak orang karena kejujuran lo itu."
Yandra tersenyum miring karena ucapan Tomi. "Bagus kalau gitu, gue jadi bisa cairin lagi."
"Apaan dah?" tanya Tomi bingung. "Omongan lo gaje anjir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYANDRA
Teen FictionTidak banyak yang dapat di deskripsikan dari seorang Nana, hanya seorang gadis yang sangat biasa, terlahir dari keluarga biasa, semuanya serba biasa. Namun, disaat dia akhirnya bisa dekat dengan orang yang di sukainya diam-diam... apa yang selama i...